23. Fireworks

191 21 0
                                    

"Ingin kutemani?" Sebuah suara muncul dari sampingku. Aku mendongakkan kepalaku keatas, menatap si pemilik suara untuk mengatakan tidak. Tapi segera kubatalkan, karena orang itu adalah Chanyeol. Aku bungkam dan Chanyeol duduk begitu saja bahkan sebelum aku menjawab pertanyaanya.

"Kenapa kau sendirian? Mana teman-temanmu?" Tanya Chanyeol. Aku menghela nafas malas lalu menatap ke arah lain. Aku sudah muak dengan semua ini. Aku tidak peduli lagi. Untuk apa Chanyeol kemari setelah kembali bersama Sandara? Apa ia ingin balas dendam padaku? Aku berdiri dari tempat itu berniat meninggalkan Chanyeol. Tapi tangan besar itu menahan tanganku. Aku menoleh ke arahnya.

"Jangan pergi. Mari kita saling menjelaskan semua disini." Ujar Chanyeol tanpa menatapku. Menjelaskan semua? Apa maksudnya mengenai hubungan ini? Apa ia ingin akhir? Aku diam saja, tidak mempedulikan permintaanya sambil melepaskan cengkraman tangan besarnya dariku. Chanyeol tak membiarkannya. Kini ia menatapku memohon.

"Untuk apa? Aku sudah tau." Ujarku padanya. Chanyeol menatapku tak mengerti. Hal itu justru membuatku kesal.

"Apa maksudmu?"

"Kau sangat mengerti maksudku, Park Chanyeol." Aku hendak melepaskan genggaman tangannya lagi tapi kali ini Chanyeol menarikku hingga membuatku jatuh di atas pangkuannya. Hal itu sukses membuatku terkejut.

"Kumohon, jangan seperti ini. Dengarkan aku dan aku juga akan mendengarkanmu. Jika begini terus, masalah ini akan terus membesar dan kesalahapahaman ini akan terus terjadi. Apa kau tidak lelah?" Chanyeol menatapku dengan serius. Aku tertunduk mendengar perkataannya. Aku tak mau mendengar penjelasannya. Biar saja seperti ini. Aku tak mau mendengar bahwa kami sudah berakhir dan ia memang sudah kembali dengan kekasih lamanya. Membayangkannya mengatakan itu sudah cukup membuatku sesak. Aku tak siap melihat Chanyeol bersama orang lain.

"Pertama, aku-"

"Tidak! Jangan katakan! Aku tidak mau mendengarnya!" Aku menutup kedua telingaku. Aku sungguh tak ingin mendengarnya. Pelupuk mataku mulai basah. Bersyukur saat ini gelap dan Chanyeol tidak dapat melihatnya.

"Kenapa?" Tanya Chanyeol. Aku menggelengkan kepalaku sambil menunduk. Aku tak mau menatap Chanyeol. Keheningan terjadi beberapa saat.

"Maafkan aku.. Maaf jika sudah membuatmu berpikir aku menjadikanmu sebuah perlarian, tapi bukan itu maksudku. Aku tak pernah berniat menjadikanmu pelarian sedikitpun. Aku memang berniat untuk mencoba berpacaran, dan orang yang terpikirkan olehku adalah kau. Memang awalnya aku mengajakmu itu tidak murni karena perasaan suka dan terlihat seperti aku membuatmu sebagai pelarian, tapi itu tidak lagi." Aku menarik nafasku panjang. Dadaku terasa sesak.

"Mengenai Sehun, Aku memang sempat menyukainya tapi rasa suka itu hilang begitu saja sejak aku mulai bersamamu. Kau memang menyebalkan tapi kau selalu ada untukku walaupun aku sudah memperlakukanmu dengan kasar. Kau berhasil membuatku nyaman dari dulu. Kau tau.. aku menyukaimu.. jadi ja-" Kata-kataku terputus saat Chanyeol mendaratkan bibirnya padaku. Mataku sukses membulat dengan sempurna. Chanyeol menciumku secara tiba-tiba. Tubuhku menenggang. Aku tak tau apa yang harus kulakukan. Chanyeol mulai menggerakkan bibirnya, melumat pelan bibirku. Aku tetap diam terpaku dan membiarkannya melakukannya. Jantungku berdetak tak karuan. Chanyeol mengakhiri ciumannya lalu menarikku ke dalam rengkuhannya. Aku tetap diam.

"A-apa yang kau lakukan?" Tanyaku di dalam pelukannya. Jantungku masih berdebar, kurasa Chanyeol merasakannya.

"Mencium mu." Ujarnya singkat. Aku melepaskan pelukannya lalu menatapnya tak percaya.

"Kenapa kau menciumku? Kau lupa jika kau sudah kembali bersama Sandara?" Chanyeol mengerutkan keningnya padaku. Aku mulai kesal dengan tingkahnya yang seperti tak mengerti itu.

Happy Delighted [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang