60. Prepare

190 23 0
                                    

Tuan Park benar-benar menepati kata-katanya. Tepat lusa setelah pertemuanku dengannya pada saat makan malam itu, Tuan Park beserta keluarganya langsung terbang ke London untuk menemui orang tuaku. Tuan Park sengaja langsung menemui ayahku di London dikarenakan kondisi kesehatan ayahku yang kurang baik. Tentunya aku juga hadir dalam pertemuan itu dan juga aku harus bertemu ayah karena aku sudah lama tidak bertemu dengannya.

Acara pertemuan itu dilakukan secara kekeluargaan yaitu dengan makan malam di salah satu restoran yang ada di London. Suasana saat itu terlihat menyenangkan, melihat ayah dan Tuan Park dengan cepat berbaur. Begitu pula dengan ibu Chanyeol dan ibu Minhee. Kupikir, mereka akan terlihat canggung karena yah.. Sifat perfeksionis Tuan Park dan ayah yang terkejut melihat putrinya tiba-tiba membawa keluarga dari pria yang sempat berakhir dengannya.

Selama makan malam itu, para orang tua itu entah kenapa mulai membicarakan hal yang terlalu cepat. Yah maksudku, mereka dengan gembiranya membicarakan seorang cucu. Ayah yang awalnya terlihat seperti tidak senang saat tuan Park membahas pernikahanku dengan Chanyeol, kini justru terlihat sangat bersemangat membahas bagaimana ia memiliki cucu nanti. Aku hanya dapat menggelengkan kepalaku melihatnya. Tapi jujur saja aku senang melihat ayah senang.

Setelah melakukan diskusi dan candaan ringan seputar cucu, orang tuaku dan Chanyeol sepakat agar kami langsung melaksanakan pernikahan tanpa acara pertunangan. Untuk tanggal pernikahan masih belum pasti, yang jelas pernikahan ini akan di laksanakan dalam waktu dua bulan. Semuanya setuju, terutama Chanyeol tetapi tidak denganku dan kakak. Aku tak tau apa yang menjadi alasan kakak tidak setuju tetapi untuk alasanku sendiri, aku merasa terlalu terburu-buru. Sayangnya, para tetua sudah menetapkan keputusan jadi tidak ada pilihan lain selain diriku dan kakak menerimanya. Yah, walaupun aku tidak merasa terpaksa sedikitpun.

"Sayang, kau kenapa?" Tanya Chanyeol saat aku memilih untuk berdiri di tepi balkon, menikmati semilir angin. Aku menggelengkan kepalaku.

"Tidak ada. Memangnya aku kenapa?" Tanyaku balik tanpa menatapnya. Kurasakan tangan Chanyeol yang tiba-tiba sudah melingkar di pinggangku dari belakang. Ia lalu menyandarkan dagunya pada bahuku. Aku manatapnya dengan tatapan kaget lalu mencoba melepaskan dekapannya.

"Kau gila? Banyak orang disini. Lepaskan!" Perintahku. Chanyeol tak bergerak sedikitpun. Ia mendadak berubah menjadi orang tuli. Aku menggeram lalu akhirnya menyerah. Kekehan Chanyeol terdengar membuatku semakin kesal.

"Apa yang lucu?!?" Tanyaku ketus.

"Tidak ada." Chanyeol akhirnya terdiam. Suasana hening saat kami terpaku melihat kerlap kerlip dibawah dari lampu kendaraan yang berlalu lalang.

"Apa.. kau mulai menyesal?" Tanya Chanyeol tiba-tiba. Aku menolehkan kepalaku padanya.

"Maksudmu?"

"Yah kau tau, apa kau mulai menyesal akan menikah denganku?" tanyanya lagi. Aku menghela nafas panjang.

"Chanyeol, kau tau kenapa aku marah padamu saat itu? Kau suka menebak sesuatu yang negatif padaku. Memangnya apa dasarmu berpikir seperti itu?" Ujarku berusaha agar tidak berteriak padanya.

"Kau terlihat kurang senang saat orang tua kita menentukan pernikahan dalam waktu dua bulan lagi."

"Aku bukan tidak senang. Aku hanya merasa itu terlalu terburu-buru tetapi aku juga tidak keberatan. Itu saja." Jelasku.

"Kupikir kau mulai menyesal. Yah kau tau, biasanya calon pengantin akan mengalami masa labil menjelang pernikahan." Celotehnya sambil terkekeh. Aku memutar bola mataku malas.

Happy Delighted [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang