32. Regret

188 27 0
                                    

Aku menghentikan langkahku. Hanya selangkah lagi untuk masuk ke ruang inap Sehun. Aku mengurungkan niatku dan pergi kembali ke arah Chanyeol. Wajahku masih terasa panas, jika sudah panas seperti ini pasti wajahku sudah memerah. Silla akan curiga dan akan membalas mengejekku.

"Aku ingin pulang." Ujarku saat sudah berada di hadapan Chanyeol sambil menunduk. Aku menarik tangan Chanyeol menuju pintu keluar.

"Langsung pulang? Apa kau tidak mau pamit dulu?" Tanya Chanyeol. Aku terus menyeret Chanyeol tanpa memandang ke arahnya.

"Tidak. Aku mau pulang sekarang." Chanyeol kemudian diam dan menuruti keputusanku untuk pulang.

"Ah, Chanyeol! Apa kau mau berhenti di minimarket? Stok cemilanku sudah habis." Ujarku saat baru saja masuk dan duduk di dalam mobil. Chanyeol tersenyum sambil mengusap kepalaku.

"Siap, nona." Jawabnya seperti seorang tentara yang menerima perintah dari atasannya. Chanyeol mulai menyalakan mesin mobil lalu membawa mobilnya ke jalanan. Selama di jalan aku sesekali melirik ke arah Chanyeol.

"Kenapa? Apa kau semakin jatuh cinta pada ketampanan ku?" Tanya Chanyeol sambil terkekeh. Aku memutar bola mataku dengan malas. Chanyeol kembali terkekeh padaku.

"Aku hanya ingin bilang, Jangan cemburu pada Sehun. Aku hanya menganggapnya seorang kakak sekarang. Lagipula ia sahabatmu, bagaimana bisa kau cemburu pada sahabatmu sendiri?" Ujarku panjang lebar. Chanyeol awalnya tidak membalas penjelasanku. Ia terus mengendarai mobilnya hingga sampai.

"Ia baru saja mengalami patah hati, dan tiba-tiba kau memberikan perhatian padanya. Aku takut ia mulai menyukaimu. Bukankah patah hati adalah saat yang gampang untuk menerima hati baru?" Perkataan Chanyeol membuatku terdiam. Apa yang dikatakan olehnya memang benar. Lalu aku harus bagaimana? Aku memang sudah tidak ada rasa apapun lagi pada Sehun selain pada seorang kakak. Tapi beda cerita bila yang memiliki rasa itu Sehun. Aku menggelengkan kepalaku.

"Tidak akan. Sehun tidak mungkin melakukan itu. Kau sahabatnya, mana mungkin ia melakukan itu pada kekasih sahabatnya sendiri." Jawabku yakin.

"Oke, memang kemungkinan yang kau katakan bisa terjadi. Aku akan mengurangi perhatianku pada Sehun. Tapi bukan berarti aku menjauh. Aku hanya takut pria itu bertindak gila lagi. Walaupun hanya kakak dari temanku, melihatnya pada kejadian waktu itu seperti melihat kakakku yang melakukannya. Aku tidak kuat dengan itu semua." Lanjutku lagi pada Chanyeol dengan harapan ia mengerti maksudku. Chanyeol terdiam lagi kemudian tersenyum.

"Aku mengerti. Jangan sampai kau kecolongan. Kau milikku. Selalu ingat itu." Chanyeol kembali mengusap kepalaku.

"Aku tidak pernah merasa aku adalah milikmu." Aku menjulurkan lidahku lalu keluar dari mobil. Aku tersenyum lalu melangkahkan kakiku masuk ke dalam mini market. Sampai di dalam aku langsung memilih beberapa cemilan kesukaanku seperti keripik kentang.

"Yang ini saja." Sebuah tangan menunjuk salah satu keripik kentang yang kupegang. Chanyeol tiba-tiba saja sudah berada di sampingku. Ia bahkan sudah membawa beberapa makanan di tangannya.

"Aku bosan dengan rasa ini. Aku pilih ini saja." Ujarku lalu memilih keripik kentang yang tidak ditunjuk oleh Chanyeol. Aku kembali berkeliling lalu memilih semua cemilan yang kuinginkan. Setelah selesai aku kembali menghampiri Chanyeol yang juga ikut memilih belanjaannya.

"Ini." Aku menyerahkan keranjang yang berisikan semua camilanku lalu tersenyum lebar pada Chanyeol. Chanyeol menggeleng lalu tersenyum melihatku. Ia mengambil keranjang itu lalu menggabungkan belanjaannya denganku.

Happy Delighted [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang