29. Attack

202 24 0
                                    

Chanyeol melirikku diam-diam sambil mengendarai mobil. Aku tau, tapi aku tidak mau mempedulikannya. Kejadian tadi malam membuatku kesal padanya. Tentu saja, aku kesal! Ia dengan seenaknya memberi jejak-jejak merah pada leherku. Ia bahkan membuat bibirku memerah dan bengkak! Sekarang aku harus menggunakan syal dan masker untuk menutupi itu semua. Benar-benar menyebalkan.

Aku mengikuti kelas lebih awal dari biasanya. Dosen yang mengajariku memandangiku lalu bertanya soal penampilanku hari ini dan begitu juga teman sekelasku. Yah, wajar saja karena penampilanku yang sedikit aneh. Cuaca belum terlalu dingin dan aku sudah mengenakan syal. Aku hanya menjawab mereka dengan alasan tidak enak badan. Hanya itu yang dapat kupikirkan. Terserah mereka mau berpikir apa.

Setelah menyelesaikan kelas, seperti biasa aku pergi menuju tempat berkumpulku. Kulihat disana sudah berkumpul Silla dan Yoobi. Bahkan sudah ada Baekhyun disana. Mungkin ia ingin bertukar gosip hangat dengan Yoobi. Aku menarik kursi lalu duduk di antara mereka. Sama seperti tatapan orang-orang dikelas, mereka semua yang ada di meja ini menatapku aneh.

"Apa?" Tanyaku menanggapi tatapan aneh mereka berusaha seperti tidak tau.

"Apa-apaan syal dan masker itu?" Tanya Yoobi.

"Aku sedang tidak enak badan." Ujarku memberi alasan pada setiap manusia yang bertanya.

"Tumben sekali. Bukankah kau jarang sakit?" Tanya Yoobi. Aku memutar bola mataku.

"Bukan berarti aku tidak bisa sakit." Ujarku lagi. Yoobi terdiam oleh jawabanku tadi. Aku menatap ke arah Silla, gadis itu lebih banyak termenung dan terlihat stress semenjak kejadian Sehun itu. Yah tidak hanya ulah Sehun, Ia juga harus mengurus hotel milik keluarganya yang dalam masalah. Aku merasa kasihan padanya.

"Hhh.. aku mulai frustasi. Apa ada yang ingin ikut denganku mendatangi gadis itu?" Ujar Baekhyun. Kami semua menatap ke arah Baekhyun tak mengerti.

"Maksudmu?" Tanya Yoobi.

"Ya kau tau, Irene. Aku ingin melakukan sesuatu pada gadis jahat itu. Bagaimana bisa hanya karena dia, ia merusak sahabat-sahabatku!" Ujar Baekhyun.

"Aku setuju." Ujarku singkat. Yoobi mengangguk. Baekhyun menatap pada Silla yang kembali tenggelam oleh pikirannya. Baekhyun meraih gadis itu lalu menepuk bahunya. Akhirnya hal itu dapat membuat kesadarannya kembali.

"Bagaimana menurutmu, Silla?" Tanya Baekhyun.

"Terserah kalian mau bagaimana. Aku tidak peduli dengan jalang itu." Silla mulai terlihat kesal saat Baekhyun membahas Irene padanya. Baekhyun mengangguk.

Ponsel Silla berdering. Ia mengangkat panggilan itu sambil menjauh. Kurasa itu panggilan untuk mengurusi masalah hotelnya. Silla datang menghampiri kami kembali sambil membereskan barang-barangnya.

"Aku harus pergi untuk rapat." Ujar Silla.

"Hati-hati dijalan." Ujar Yoobi sambil melambai padanya. Aku pun ikut melambaikan tangan sepertinya. Gadis itu membalas lambaian Yoobi dan aku, lalu pergi meninggalkan kami bertiga. Jangan lupakan Baekhyun masih ada di sana.

"Bagaimana jika kita lakukan sekarang?" Tanya Baekhyun terlihat berapi-api. Aku mengangguk sambil mantap padanya. Sedangkan Yoobi, gadis itu terlihat sibuk dengan ponselnya. Kurasa gadis itu tidak jadi ikut dengan kami.

"Aku tidak bisa, Mingyu mengajakku bertemu." Ujar Yoobi. Sesuai dugaanku. Baekhyun terlihat kecewa sambil menghela nafasnya.

"Dasar, kau!" Ujarku. Gadis Min itu hanya terkekeh lalu beranjak meninggalkanku dan Baekhyun berdua. Baekhyun menatapku.

"Kita pergi sekarang?" Tanyanya.

"Ayo! Aku sangat bersemangat bila melakukan hal ini." Ujarku membuat rasa berapi-api pada Baekhyun muncul kembali. Aku dan Baekhyun beranjak meninggalkan tempat duduk kami dan pergi menuju Irene. Yah, aku tak tau pasti gadis itu dimana tapi kurasa Baekhyun tau. Jangan lupakan ia seorang informan.

Happy Delighted [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang