42. Faint

145 19 0
                                    

"Kang Seulgi!"

Suara teriakkan marah muncul dari arah belakang Seulgi. Semua mata teralihkan ke arahnya. Itu Kang Daniel. Ia terlihat sangat marah sambil berjalan kesini.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Seulgi pada adiknya itu.

"Harusnya aku yang bertanya begitu. Ikut aku!" Daniel menarik tangan Seulgi sedikit kasar. Akan tetapi sang pemilik tangan tak mau menurut dan menarik tangannya.

"Tidak. Aku harus memperingatkan gadis itu benar-benar! Kau juga, jangan pernah mendekatinya lagi!" Protes Seulgi sambil menunjukku dengan jari telunjuknya. Tentunya hal itu membuatku kesal, tapi aku tak ingin ikut campur dalam perdebatan kakak dan adik ini. Aku memilih untuk menahannya.

"Memangnya kau punya hak apa untuk melarangku dekat dengannya? Lagipula, aku yang mendekatinya bukan dia." Ujar Daniel dengan nada yang tinggi.

"Aku kakakmu, bodoh! Kau hanya menjadi pelarian baginya, harusnya kau berterima kasih sebelum berhasil dibodohinya!" Balas Seulgi lebih keras. Perhatian mulai tertuju pada kami. Orang-orang mulai berkumpul di sekitar kami.

Entah kenapa semua ini membuatku merasa pusing. Tanpa mengatakan apapun, Aku melangkahkan kaki menjauh dari sana. Aku sudah tidak kuat lagi. Dimaki, diejek, lalu mendengar semua nada tinggi mereka. Aku tidak peduli dengan mereka yang memanggilku. Kepalaku semakin pusing. Dunia terasa berputar sangat kencang. Pandanganku mulai menggelap. Tiba-tiba lantai yang kuinjak seperti berpindah ke sisi kiriku lalu semua menjadi gelap.

"Kyuhee! Kyuhee!" Suara teriakan Silla dan Yoobi terdengar sayup-sayup lalu kesadaranku hilang sepenuhnya.

***

Aku membuka mataku. Langit-langit berwarna putih menyambut pandanganku pertama kali. Bau menyengat menusuk indera penciumanku. Aku mengalihkan pandanganku ke sisi kananku yang terasa kaku.

Aku melihat kakak sedang tertidur sambil menggenggam tangaku. Ia masih mengenakan pakaian kerjanya. Aku menatap ke sekitar. Warna dinding putih mendominasi ruangan ini. Tangan kiriku ditusuk oleh jarum yang tersambung dengan sebuah infus.

Aku menghela nafasku. Aku di rumah sakit. Pantas saja bau-bau seperti ini tidak asing bagiku. Aku menatap kakak lagi lalu mengusap kepalanya. Ia pasti kelelahan. Hhh.. aku menyusahkan saja.

Aku memijit pelipisku. Rasa pusing masih sedikit terasa di kepalaku. Aku memejamkan mataku. Kau berhasil membuat drama picisan, Kyuhee. Selamat! Tiba-tiba pintu kamarku terbuka.

"Oh, kau sudah sadar?" Tanya Daniel yang langsung menghampiriku. Ia menatapku dengan khawatir.

"Sejak kapan kau disini?"

"Sejak kau pingsan. Aku sangat khawatir saat kau tiba-tiba saja pergi lalu pingsan." Jelas Daniel padaku. Aku terdiam sambil mencoba mengingat kembali kejadian yang baru saja menimpaku.

"Sebaiknya kau pulang. Aku tak ingin Seulgi datang kemari lalu memakiku karena mendekatimu lagi." Ujarku dingin. Jujur saja, perkataan Seulgi cukup menyakitkan. Memang awalnya aku berkata tak peduli perkataan orang. Tetapi aku sangat tak terima bila seseorang mengataiku jalang.

Aku memang bukan gadis yang baik tetapi aku bukan jalang. Aku punya harga diri. Dan aku bukan tipe wanita yang senang mendekati pria seperti temannya. Harusnya ia mengatakan kalimat itu langsung pada temannya yang bernama Irene. Gadis yang pernah menjadi korbanku. Jika Sehun tak menahanku saat itu, mungkin Seulgi akan bernasib sama seperti Irene waktu itu. Namun keberuntungan memihaknya. Sial!

Happy Delighted [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang