BAB 2

1.1K 23 0
                                    

Sejak 5 menit yang lalu, Key dan keluarganya duduk di lobi bandara menunggu Davin.

“Ma, Key cari minum dulu ya?” pamitnya karena merasa haus juga bosan.

Ratna yang duduk di sebelahnya, langsung menoleh dan mengangguk.
Setelah ijin didapat, Key pun segera melangkah pergi.

****

Dengan setengah berlari, Davin mencari keluarganya. Setelah dari kejauhan melihat Mama dan Papanya, dia pun berhenti sejenak. Satu senyum terukir di bibir mendapati dua paruh baya itu bercakap dengan akrabnya. Setelah itu, di arahkan pandangan ke sekeliling. Dimana gadis itu? Perlahan, masih dengan menyapukan pandangan ke sekeliling, Davin mendekat ke arah orang tuanya.

“Ma?” panggilnya begitu sudah dekat. Membuat percakan dua paruh baya itu terhenti.

Mendengar suara yang sudah lama tak didengar langsung–tanpa menggunakan HP–Ratna cepat menoleh ke arah suara itu berasal. “David,” gumamnya langsung bangkit berhambur merengkuh tubing jangkung cowok itu dalam peluknya.

“Gimana kabar Mama?” tanya Davin lembut dalam pelukan Mamanya.

Ratna pun menguraikan pelukannya, “Mama baik!” jawabnya dengan kedua tangan memegang kedua pipi putranya. Ditariknya wajah itu mendekat pada wajahnya, mendaratkan satu kecupan lembut penuh kasih di dahinya.

Davin pun tersenyum lalu menoleh ke arah Papanya. “Pa!” sapanya seraya memeluk Irfan.

“Gimana kabar kamu?”

“Baik Pa!” Jawab Davin seraya melepas pelukannya. Setelah itu, dia kembali melihat ke sekeliling lalu ke Ratna, “Key mana?”

Ratna tak menjawab dan justru melihat ke arah suaminya. Melihat itu, Davin kembali mengarahkan pandangan pada Papanya. Perlahan, Papa mengangkat bahu dan menggeleng.

“Maksudnya Pa?”

“Lihatlah Pa, kita ada di sini, tapi yang dia cari justru yang nggak ada di sini,” goda Ratna.

“Ma,” timpal Davin menunjukkan sorot jangan mempermainkannya lagi.

Ratna pun tersenyum, “Key lagi cari minum,” ujarnya usai puas menggoda anaknya.

“Ya udah, yuk Ma?” ajak Irfan pada istrinya.

“Tapi Key?”

Irfan tak langsung menjawab. Ditatapnya Davin dalam-dalam. “Jagoan Papa pasti bisa jagain putri Mama.”

Ratna terdiam memikirkan ucapan suaminya. Setelah berpikir cukup lama, Ratna pun membenarkan ucapan Irfan. Lagian, sekarang mereka, anak-anaknya sudah besar-besar. Dia yakin, jika kedua anaknya itu bisa saling menjaga, “Baiklah!” katanya kemudian.

Davin pun merogoh sakunya, mengeluarkan kunci mobil dan diserahkan ke Irfan. Setelah itu, Davin pun pergi mencari Adiknya. Sedang Irfan dan Ratna pergi ke arah parkiran. Mendorong trolley berisi koper.

Tak jauh dari tempat Davin, Elik yang notabennya pacar Davin melintas bersama Sita. Mereka hendak menjemput Mama Elik yang pesawatnya akan landing setengah jam lagi. Seraya berjalan, Elik terus sibuk dengan ponselnya, sementara Sita melihat ke sekeliling dan mendapati Davin dari belakang.

“El... El…! Tunggu deh! Itu bukannya Davin ya?” kata Sita menunjuk ke arah Davin yang terus saja menjauh.
Mendengar nama Davin disebutkan, Elik langsung mengalihkan perhatiannya ke arah yang dimaksudkan Sita. Benar saja, cowok itu memang Davin. Tapi mau kemana dia? Tanpa kata, Elik langsung pergi mengejar Davin. Dan tanpa banyak tanya, Sita langsung mengikuti Elik yang berjalan cepat.

The Climbing Love (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang