Dengan sangat perlahan, Ratna membuka pintu kamar rawat Davin. Dia tak ingin kehadirannya justru mengusik ketenangan anaknya yang mungkin sedang istirahat.
Tapi ternyata perkiraannya salah. Begitu dia masuk, Davin sedang menatap ke luar jendela. Gumpalan awan berwarna kelabu yang memenuhi langit Jakarta rupanya lebih menarik perhatian daripada memejamkan mata.
Diam-diam Ratna menghela nafas panjang nan berat. Dalam helaan itu terselip harapan, semoga anaknya lekas sehat seperti sedia kala. Meskipun hal itu tidaklah mudah.
Dan Key?
Pikirannya kalut. Dia tak ingin pergi ke rumah sakit. Tapi dia juga tak bisa menolak keinginan mamanya. Apalagi mamanya sampai berurai air mata saat memohon.
Key yang sudah ada di depan kamar rawat pun berhenti. Di tatapnya Davin melalui kaca yang ada di pintu. Di atas ranjangnya, cowok tampan itu sedang tergolek lemah. Matanya sayu, wajahnya seputih kapas.
Hanya dalam waktu singkat Key mampu bertahan. Melihat kondisi kakaknya seperti itu, hatinya kian teriris. Ingin rasanya dia menangis dan menjerit sekuatnya. Menyesal juga bersalah.
Tapi masihkah berguna keduanya? Saat semua tahu waktu tak pernah bisa bergerak kembali untuk memberikan setiap insan kesempatan menghapus penyesalan juga rasa bersalah itu.
Setelah itu Key memutar tubuhnya dan pergi.
"Key?" panggil Davin saat melihat adiknya sekilas.
Ratna yang sedang menyiapkan menyuapi Davin makan siang pun langsung menoleh ke pintu.
Key? Ulang Ratna dalam hati. Apa mungkin dia ada di sini? Tapi , kenapa dia nggak nemuin kakaknya?
Ratna pun bergegas menuju jendela, memastikan jika putranya memang tak salah lihat. Hampir setengah menit dia berdiri di samping kaca tebal melihat ke bawah tapi dia tak mendapati putrinya. Hanya pegawai dan pengunjung rumah sakit yang lalu lalang di sana. Ratna pun menghela nafas lalu bergerak pergi.
Dan saat Ratna pergi, Key muncul dari balik pilar besar. Key menghela nafas, Maaf, Ma, Key belum siap buat nemuin Kakak. Batinnya lalu beringsut pergi.
***
Sejak tersadar dari koma, Davin belum pernah tidur pulas. Otaknya terus saja bekerja tak mau berhenti memikirkan Key. Bahkan, obat tidur yang diberikan dokter pun tak memberikan efek apa-apa. Ratna takut, hal itu semakin memperburuk kondisi anaknya.
Usai menyuapi Davin dan membantu meminum obat, Ratna duduk di sofa. Membaca majalah yang ada di kolong meja.
Waktu berlalu. Majalah dibiarkan terbuka tanpa terbaca. Sampai akhirnya Ratna terkejut saat pintu terbuka. Seorang perawat masuk memeriksa kondisi Davin.
Ratna melihat ke arah Davin yang sudah tertidur. Lalu dia tutup majalahnya dan berjalan menghampiri suster itu.
"Sus, saya ada perlu sebentar. Tolong jaga anak saya ya, Sus," pintanya pada suster cantik itu.
"Oh, iya, Bu!" jawab suster itu setuju.
Ratna pun tersenyum lalu mengucapkan terimakasih dan bergegas pergi.
"Taksi?" teriak Ratna saat sampai di pinggir jalan raya.
***
Key yang ternyata masih bertahan di rumah sakit pun muncul dari balik pilar yang sama seperti tadi. Dari sana dia bisa melihat dengan jelas saat mamanya berjalan terburu-buru dan bergerak masuk ke dalam taksi.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Climbing Love (Republish)
Romance#1 dalam Gunung [06-08-2019] #2 dalam Persaudaraan [06-08-2019] Key, gadis cantik yang cuek soal penampilan itu tak bisa tidur karena dia dan orang tuanya akan meninggalkan Surabaya. Kota tempat tinggalnya sejak lima tahun terakhir. Kembali ke Jaka...