Bab 26

123 3 0
                                    

"Gue bener-bener takut tahu! Kenapa kalian berangkat nggak bilang-bilang?" cerocos Citra pada Adit yang sepertinya malah fokus ke arah lain. "Dit, lo denger gue, kan?" tanya Citra yang lagi-lagi tak dapat tanggapan.

Citra menoleh ke arah yang Adit lihat. Di sana, Riko tengah bercengkrama dengan Key. Sesekali Key tampak tersenyum.

"Key cantik ya, kalo lagi senyum," gumam Citra yang dapat didengar jelas Adit.

"Biasa aja!" ketus Adit seraya berpaling.

Citra tersenyum, karena rencananya berhasil. "Lo kenapa sih, Dit? Jealous?"

Adit tak menggubris dan berlalu begitu saja.

Cepat-cepat Citra menahannya dengan meraih lengan Adit.

"Lo mau ke mana? Kalo lo cemburu, harusnya perginya ke arah mereka. Bukan ke arah lain. Gangguin kek, biar nggak bisa berduaan!" ucap Citra dengan alis naik turun.

"Nggak minat!" ketusnya dan kembali berlalu.

Sayangnya, Citra tak membiarkan Adit lepas begitu saja. Sadar jika Adit akan lepas, dia semakin memperkuat cengkramannya.

"Apa lagi sih, Cit?" kesal Adit.

"Temenin gue ke sana!" Citra menunjuk ke arah Riko dan Key dengan dagunya.

"Ogah!"

"Please...!"

"Kenapa sih, lo? Nggak biasanya kek gini."

"Hehehe...," Citra nyengir, "Nggak enak gue ke sana sendirian. Entar dikiranya gue obat nyamuk lagi!"

"Emang lo obat nyamuk!"

"Ih!" Citra geregetan, "Lo nyebelin banget sih jadi orang. Iya, gue tahu lo lagi cemburu, tapi nggak gini juga kali. Salah gue sama lo apa coba? Kenapa lo ngambeknya sama gue. Kenapa jadi gue yang lo jadiin pelampiasan. Tega banget sih lo jadi teman!"

"Bawel banget sih lo! Gue kira cewek tomboy itu irit ngomong, tapi taunya ngalah-ngalahin emak-emak yang mau pergi ke kondangan."

"Hm, hm!" Citra berdehem, "Sorry, itu tadi sifat bawaan," Citra kembali bersikap cool, "Tapi gue aslinya kan cewek. Kalo cewek ngomong banyak mah wajar. Nah, daripada elo. Cowok kok sensian.  Kek cewek pms aja lo!" lanjut Citra kembali ke sifat alamiahnya sebagai perempuan.

Adit sempat membelalak karena disamakan dengan cewek pms. Beruntung, di sekitar mereka tak ada orang. Kalo sampai ada yang mendengar ocehan Citra barusan, bisa-bisa citranya sebagai cowok cool dan cuek hilang. Oleh sebab itu, sebelum Citra kembali nyerocos lagi, Adit segera berlalu ke arah Riko dan Key. Meski sebenarnya, dia merasa sebal.

"Kenapa kalian?" tanya Riko begitu mereka sampai.

"Tahu tuh Citra. Katanya kangen sama lo, tapi nggak berani ke sini!" dusta Adit.

Mendengar itu, reflek saja Citra yang ada di belakang Adit, langsung mencubit pinggang Adit. Sampai cowok itu mengerang kesakitan.

"Ngomong apa lo barusan?" tanya Citra tetap tak melepaskan cubitannya. "Kapan gue ngomong gitu? Ha! Kapan?"

"Citra, lepasin Cit. Sakit tahu!" dumel Adit tapi sama sekali tak digubris Citra.

Key yang tadinya sempat berpaling ke arah lain, menoleh dan diam-diam tersenyum geli. Tak menyangka jika Citra yang selama ini dia kenal tenang bisa seanarkis ini.

Sementara itu, Riko menatap prihatin ke arah Adit, "Lepasin kali Cit. Kasian tuh, Adit. mukanya udah merah gitu!" bujuk Riko.

Entah karena hal apa, Citra pun  menuruti permintaan Riko. Ya, meskipun dengan tampang sebal.

The Climbing Love (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang