BAB 17

890 30 17
                                    

Malam bertambah larut ketika Key melewati pos pemeriksaan. Udara dingin menyusup melalui celah-celah jaketnya, menusuk hinga ke tulang. Kepulan asap keluar dari bibirnya tiap kali dia menghembuskan nafas dari mulutnya.

Kalau bukan untuk kakaknya, Key tak ingin merasakan hal ini lagi. Kedinginan ini, hampir saja membunuhnya. Jika saja saat itu Gunung tak langsung sigap, Key akan benar-benar mati dalam kebekuan itu. Kedua tangannya saling meremas satu sama lain. Menciptakan rasa hangat meski hanya sesaat.

Sayup-sayup, Key mendengar seseorang memanggilnya. Tapi dia tak begitu peduli. Mungkin ini hanya ilusinya saja. Tapi lama-lama, suara itu terdengar jelas dan lebih keras. Key berhenti sejenak. Memasang telinganya tajam-tajam. Menangkap setiap suara yang muncul. Bersamaan dengan suara binatang-binatang malam, suara lantang menyertainya.

"Key...?!"

Suara itu...

Key tahu betul suara siapa itu. Suara yang setelah dia kembali selalu mengisi hari-harinya. Baik saat dia menginginkan atau pun tidak. Baik dengan nada lembut maupun dengan nada tinggi. Suara itu selalu ada. Tapi benarkah itu dia...

Key yang penasaran pun, akhirnya menoleh ke belakang. Membuktikan jika perkiraannya memang benar. Satu cahaya perlahan keluar dan semakin jelas di antara pepohonan. Cahaya yang Key ketahui dari sebuah senter. Memberi penerangan ke tempat di mana senter itu mengarah. Juga menyilaukan untuk Key yang berdiri lurus dengan senter itu.

Key pun langsung mengangkat kedua tangannya. Menghalangi cahaya yang masuk ke matanya. Key sedikit memberi celah di antara kedua tangannya. Celah yang bisa dia gunakan untuk melihat pemilik senter itu.

Tepat seperti dugaan awal. Suara itu memang dari pria bertubuh jangkung ini. Tapi untuk apa orang ini mengikuti Key? Jangan-jangan, dia ingin membawa Key kembali ke tenda? Tanpa pikir lagi, Key langsung memutar tubuhnya, lari menjauhi pria itu.

Adit hendak mengukir senyum begitu menemukan Key. Tanggung jawabnya yang pergi kini telah ditemukannya kembali. Tapi sebelum senyum itu sempat muncul, Key sudah lari. Meninggalkannya tanpa satu pun kata. Membuatnya, harus lari lagi mengejar tanggung jawabnya itu.

Beban di punggung rupanya tak membuat lari Key melamban. Key sangat lincah, mencari jalan yang tepat di bawah cahaya senter kepala. Jalan menanjak, tanah lembab, guguran daun. Key bisa melewati itu semua dengan sangat mudah.

Adit tak terkejut dengan itu. Dengan gerakkannya yang tak kalah lincah, Adit terus mengejar Key. Menyusuri jalan setapak di antara rimbunnya pepohonan. Seakan-akan, tas di punggungnya bukanlah beban berat, yang membuat setiap langkahnya terhambat.

Sepuluh menit berlari dengan sangat kencang, Key berhenti. Ditolehnya belakang. Tak ada tanda-tanda jika jarak Adit dekat dengannya. Mungkin cowok itu lelah, atau juga menyerah. Setelah menghela nafasnya panjang, Key pun kembali melangkah.

Benar-benar melelahkan...

Tak lebih dari satu menit, Key merasakan kelegaan karena terbebas dari Adit. Kini kelegaan itu lenyap, saat dirinya merasa seseorang mengikutinya lagi. Berulang kali Key menoleh ke belakang, tapi tak ada siapa-siapa di sana. Hanya lorong gelap di antara pepohonan. Sama sekali tak sedikit pun cahaya yang nampak. Ditatapnya sekeliling. Tapi tetap saja, tak ada siapapun di sana. Setelah beberapa saat, Key memilih untuk mengabaikannya. Mungkin dia kelelahan, makanya halu.

Key benar-benar membulatkan tekad untuk mengabaikan apapun yang hanya memperlambat perjalanannya. Dia sama sekali tak menoleh meski langkah kaki terdengar semakin jalas di telinga. Bayang-bayang pun terlihat jelas tak jauh dari bayangannya.

Key sadar ada yang ganjal. Bayangan itu... bayangan itu jelas bukan bayangan Adit. Bayangan itu terlalu besar. Suara tapak kakinya, terdengar begitu berat, seakan-akan tanah bergerak setiap kaki itu menyentuhnya. Dan aroma ini...

The Climbing Love (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang