"Eh!" suara Key diikuti gerakkan kepala, menghantam pelan dada Adit yang tertidur dengan memeluknya.
Merasakan guncangan kecil di dadanya, Adit bangun dan mengedarkan pandangan melihat ke sekitar. Rupanya, pagi telah datang. Mentari telah menyemburatkan warna emas di langit timur. Kemudian, Adit melihat Key yang masih tidur dengan sejumlah luka gores dan lumpur di wajah.
****
Begitu sampai di pos Cileutik, mereka memutuskan berhenti. Adit mencari ranting-ranting kering untuk membuat perapian. Sementara Key duduk bersimpuh beralas tanah.
"Lo nggak pa-pa kan, gue tinggal sebentar?" tanya Adit cemas.
Key hanya menjawab dengan gelengan.
Adit pun pergi. Memungut ranting demi ranting. Tapi sejak meninggalkan Key sendiri, pikirannya sama sekali tak bisa tenang. Hampir setiap usai mengambil ranting, dia menoleh ke arah Key.
Tapi tiga puluh detik berlalu. Adit tak melihat sosok Key. Segera dia kembali ke tempatnya tadi dengan kayu yang belum seberapa.
"Key...?! Keeey...?!" teriak Adit sekencangnya.
Mendengar suara terperosok, Adit langsung menoleh. Segera dia buang Ranting sembarangan, lalu pergi menyusuri bibir jurang dan menemukan Key terperosok di sana.
***
Dengan gerakkan perlahan, Adit menidurkan Key dalam pangkuan. Diraih ransel yang tergeletak tak jauh darinya. Dengan sangat hati-hati, Adit membuka ransel. Mengeluarkan kotak obat.
Setelah itu, Adit mendekatkan diri pada wajah lelah Key. Diteteskan antiseptik di dahi juga lengannya, membuat gadis itu bergerak dan mengerang. Menyadari hal tersebut, Adit segera meniupinya dan Key kembali tenang. Selanjutnya, Adit mengambil plaster dan menempelkannya di luka itu.
Usai itu, dia tatap lekat wajah di pangkuannya. Kulit bersih khas orang asia, dua mata terpejam, alis hitam tak begitu tebal, hidung sedang -tak mancung juga tak pesek, juga bibir merah jambu yang menggiurkan meski tanpa polesan lipstik. Benar-benar perpaduan yang sempurna. Tanpa sadar, Adit menggerakkan bibirnya, mengulas senyum tipis yang manis.
Sorot mentari yang mulai meninggi mengusik tidur Key. Kembali kepalanya bergerak diikuti matanya yang membuka. Adit terpaku pada dua mata yang hanya berjarak beberapa senti dari matanya. Mata coklat mereka beradu, saling tatap dalam diam seakan mampu membekukan waktu. Tapi tiba-tiba Key teriak, "Aw...!" kebekuan di antara mereka cair seketika.
"Lo kenapa?" tanya Alvin khawatir.
Key tak menjawab dan terus mengibas-ngibaskan tangannya yang panas seperti tersengat. Ditajamkannya kedua matanya melihat ke tanah, mencari hewan-hewan yang melindungi diri dengan sengatan.
Tapi tiba-tiba Key terdiam seperti tersadar akan sesuatu. Setelah itu, Key menajamkan mata menatap Adit hampir tak berkedip.
"Kenapa?" tanya Adit dengan dahi mengernyit.
Key tak menjawab dan langsung melepas jaket yang dikenakannya dan melemparnya ke Adit.
"Lo gila, ya?!" tanya Adi dengan nada tinggi.
"Elo tuh, yang gila!" sahut Key sama tingginya.
Saat melihat Adit ingin membuka mulutnya, Key langsung melempar jaketnya. Membuat Adit bungkam seketika, "Jangan lagi pertaruhin hidup lo, buat gue!" kata Key tegas seraya bergerak pergi, kembali melanjutkan perjalanan.
Adit pun langsung mempercepat langkahnya, mencengkeram erat tangan Key, "Lo bener-bener gila!" bentaknya pada Key. "Lo baru aja kena hipotermia! Dan..., liat penampilan lo sekarang?!" lanjutnya masih dengan berteriak.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Climbing Love (Republish)
Romance#1 dalam Gunung [06-08-2019] #2 dalam Persaudaraan [06-08-2019] Key, gadis cantik yang cuek soal penampilan itu tak bisa tidur karena dia dan orang tuanya akan meninggalkan Surabaya. Kota tempat tinggalnya sejak lima tahun terakhir. Kembali ke Jaka...