Bab 22

159 8 1
                                    

Semalam,  saat Key dan Adit bertengkar, Riko mendengarnya. Bukan hanya karena dia belum tidur, tapi karena tendanya memang dekat dengan mereka. Awalnya cowok jangkung itu tak begitu peduli. Toh, hal tersebut tak berlangsung lama. Lagian, bukankah sudah menjadi kebiasaan mereka, bertengkar setiap kali bersama.

Setelah itu, dia pun mulai tidur. Selang beberapa menit, telinganya menangkap derap langkah orang berjalan. Mungkin Adit lagi keliling. Pikirnya. Meski begitu tetap saja dia tak bisa mengabaikan keinginannya untuk melihat siapa orang itu.
Akhirnya dia pun mengintip dari celah tendanya. Seseorang sedang memanggul tasnya, berjalan menuju pos pemeriksaan. Seketika dahinya mengernyit. Lalu berjalan keluar dan mendapati Adit berada di depan tendanya. Lalu siapa dia…?

Cukup lama dia terdiam. Menerka-nerka siapa orang itu. Matanya menyipit, memindai orang yang semakin bergerak menjauh. Dan tas itu…, sepertinya dia mengenal siapa pemilik tas itu. Segera dia lari ke tenda Key. Tak ada siapa-siapa di sana. Juga tak ada barang apa pun di sana. Jadi, fix! Pendaki itu adalah Key.

Riko pun kelabakan. Tak habis pikir jika cewek itu bisa senekat ini. Dengan tergesa, dia kembali ke tendanya. Sebelum masuk, ditolehnya tenda Adit yang sepi. Dia yakin, orang itu sudah tidur dan tak tahu kalau Key sudah berangkat mendaki. Tak mau buang waktu lagi, dia pun memutuskan untuk  berangkat saat itu juga menyusul Key.

*

Setelah melewati pos pemeriksaan, Riko mempercepat langkahnya. Takut tertinggal jauh oleh Key. Setelah beberapa menit jalan cepat –yang sebenarnya lebih mirip lari daripada jalan– Riko pun melihat Key. Dia tersenyum lega meski napasnya ngos-ngosan.

Sepanjang perjalanan, dia memutuskan menjaga jarak dengan Key. Dia takut, jika gadis itu akan lari setelah melihat dirinya. Dan dia pikir dengan menjaga jarak, perjalanan akan santai. Dan ya, hal itu memang terjadi. Namun hanya sesaat, karena Adit datang.

Menyadari hal itu, Riko pun langsung sembunyi di balik pohon. Membiarkan Adit berjalan melewatinya. "Begok‼" Makinya begitu Adit meneriaki Key dan membuat cewek itu lari. Dan secara otomatis juga membuatnya lari.

Tenaganya pun terkuras habis, karena memilih mengikuti Key yang salah memilih jalan dan harus berputar-putar ke tempat yang sama berulang kali. Saat dia memutuskan untuk menemui Key dan menunjukkan jalan yang tepat, Key sudah lebih dulu menemukan jalur yang benar dan mendapati Adit di depannya.
Dengan jarak yang cukup terjaga, tak jauh juga tak dekat, Riko mengikuti mereka. Melihat dengan jelas kebersamaan Adit dan Key yang kadang membuatnya kesal. Terlebih saat Key mengalami hipotermia. Dan kontak fisik yang Adit lakukan padanya.

Pagi harinya, Riko harus kembali mendapat tamparan keras. Saat mata Adit dan Key beradu. Saat Key melepaskan semua jaketnya dan hanya menyisakan tanktopnya. Saat Key menangis dalam pelukan Adit. Sayangnya, dia tak bisa mendengar dengan jelas percakapan mereka. Sehingga dia tidak tahu apa penyebab tangisan Key itu.

Dan sekarang, alasan kenapa dia bisa tahu ke mana Key bisa pergi, itu karena dialah yang Key kejar. Saat Key tiba-tiba menolehkan kepalanya, Riko tak punya waktu untuk pergi ke arah pohon. Satu-satunya tempat yang tepat adalah sembunyi di balik rerumputan.

Naasnya, Key melihat rumput yang bergerak itu lalu memutuskan untuk mendekatinya meski Adit sudah melarang. Melihat itu, dia pun berlari menjauh. Tapi Key terus saja mengejarnya. Dia terus berlari dan berlari, hingga akhirnya dia tersandung batu dan hilang dari pandangan karena tertutup rerumputan.

Namun sepertinya Key tak menyadari hal itu, karena gadis itu terus bergerak melewatinya. Mengarahkan pandangan ke depan dengan langkah sedikit berlari. Dengan masih menahan sakit di sekujur tubuh, dahi Riko mengernyit. Beberapa pernyataan muncul menyumpal benaknya. Sepertinya, dia salah kira. Mungkin, bukan dia yang Key kejar. Melainkan hal lain yang lebih besar. Hal yang bisa mengalihkan seluruh perhatiannya.

Sampai kemudian, suara Adit mencairkannya dari kebekuan pernyataan. Dengan susah payah, dia berdiri. Berjalan tertatih mengejar Key yang belum begitu jauh. Sesekali dia juga berjalan menoleh ke belakang, takut Adit sudah dekat dan kembali mendahuluinya. Dan setelah beberapa kali memastikan tapi kemungkinan itu tak ada, dia bernafas lega.

Riko tersenyum puas, lalu kembali fokus dengan Key. Tapi baru juga beberapa meter berjalan, dia tersentak. Kembali Key tiba-tiba saja berhenti dan langsung menoleh ke belakang. Riko buru-buru merunduk, bersembunyi di balik rerumputan tinggi.

Apa Key melihatnya? Kalau memang begitu adanya, untuk apa dia bersembunyi? Lebih baik dia keluar saja dari rerumputan itu. Tapi alasan apa yang akan dia utarakan nanti? Bilang karena hatinya yang  menyuruh? Tentu saja itu bukan pilihan terbaik. Yang ada, di mata Key dia hanya akan terlihat bodoh.
Lalu?

Belum juga Riko menemukan jawaban yang tepat, Key sudah kembali meluluhlantahkan hatinya karena nama Adit yang justru terdengar. …

Dan begitu menyadari Key mendekat pada jurang, Riko pun mempercepat langkahnya. Keluar dari persembunyiannya. Menahan Key yang tinggal selangkah lagi dengan jurang.

****

The Climbing Love (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang