e.l.e.v.e.n

57 9 0
                                    

Besok. Besok puncaknya. Aira sudah memantapkan hatinya. Setelah besok berlalu tak ada lagi kebebasan untuk dirinya pulang pagi, apalagi sampai menginap dikantor.

Setelah mengambil keputusan besar, ia tak henti-hentinya memikirkan keputusannya lagi.

Bisakah aku menjalaninya?
Bisakah aku memandang pria lain?
Dapatkah hatiku terbuka kembali?
Inikah takdirku? Salahkah aku memilihnya?

Pertanyaan itu selalu hinggap dikepalanya.

Ia terlalu takut memulai yang baru. Mengkhawatirkan yang belum terjadi. Takut Taehyung kembali saat ia sudah mencintai yang lain.

Hanya satu kesimpulan.

Aira takut salah memilih jalan hidupnya.

Termasuk takdirkah ini jika ia yang memilihnya?

∆∆∆

Pantulan cermin memperlihatkan betapa cantiknya gadis didepan Aira. Itu dirinya. Gaun putih pengantin, polesan tipis make up dan rambut panjangnya yang disanggul. Menawan.

Kecantikannya tidak sehati dengan raut wajahnya. Tercipta ketegangan, ketakutan dan keraguan disana.

Sejak dulu ia selalu membayangkan dirinya berpenampilan seperti ini, dan Taehyung mengenakan tuxedo hitam. Menantikan hari itu akan datang. Tapi sekarang apa? Harapannya telah pupus mengingat mempelai prianya bukanlah Taehyung, melainkan Yoongi.

Pengaruh dari kepasrahan, putus asa dan lamanya menanti pria yang dicintainya kembali padanya. Membuatnya mengambil keputusan besar ini. Ia sendiri tak yakin bisa menerima Yoongi sepenuh hatinya. Dapat mencintai calon suaminya sebesar ia mencintai kekasihnya dulu.

Tak lepas pikiran untuk melarikan diri dikepalanya jika tidak ada ibunya disana.

"Mom aku gugup." bosan melihat pemampilannya dicermin, Aira beralih menatap ibunya.

"Jangan gugup dong sayang, nanti cantiknya ilang." sembari memegangi pundak anaknya menatap wajah Aira dari cermin.

Ibunya lah yang merias anaknya. Ia harus merias wajah cantik putrinya yang akan memulai hidup barunya.

Ditengah pembicaraan Aira dan ibunya, pria manis dengan tuxedo setelan putih melintas didepan pintu mempelai wanita. Tempat Aira berhias.

"Yoongi?" Panggil ibu mertua menghampirinya.

"Kamu pasti mau nemuin Aira. Waktu kalian cuma 5 menit sebelum acara dimulai." menepuk bahu Yoongi, nyonya Seo berlalu.

Yoongi masuk kedalam, dilihat dari cermin Aira dapat melihat Yoongi dibelakangnya. Yoongi melempar senyum, tidak dengan Aira.

"Kamu udah siap?" Tanya Yoongi dibelakang Aira. Berjarak 2 meter.

"Saya gugup. Rasanya saya mau kabur aja dari sini. Boleh saya lari sekarang?" Pancaran mata Aira membenarkan perkataannya. Kegugupannya sangat terlihat. Aira masih sangat labil.

Sekarang Iya, sekarang tidak.

"Kenapa? Kita bisa mulai pelan-pelan buat terbiasa. Aku bisa bantu kamu. Jadi tolong jangan batalin hari bahagia ini...."

"Tapi saya ragu Yoongi...." air mata meluncur dari mata Aira.

Yoongi menghampiri Aira, ingin mendekap menenangkan gadis itu, tapi apa haknya? Bahkan pernikahan ini hanya sebagai kebahagian neneknya semata, tanpa ada cinta didalamnya. Jadi ia hanya memberikan sapu tangan pada Aira.

"Percaya sama aku. Semuanya bakal baik-baik aja selama kita mau ngejalaninnya." kata Yoongi menenangkan.

"Dan satu lagi. Biasakan kata aku-kamu diantara kita. Kalo keluarga liat kamu ngomong gitu, kan jadi masalah.

Aku mau manggilin ibu kamu buat make up'in kamu ulang." dan berlalu.

Aku-kamu? Itu rasanya kaku untuk diucapkan oleh lidah Aira. Terasa canggung mengingat mereka tidak sangat kenal.


∆∆∆

Pernikahan digelar disebuah hotel milik Yoongi. Tamu-tamu berdatangan saling memberi selamat. Kebanyakan yang datang orang-orang kantor berpakaian formal dan beberapa klien. Jinsa datang bersama pacarnya, Sany pun ada, sekertaris Yoongi-Jungkook- dan beberapa kerabat. Acara ini sangat ramai. Mengingat Ceo Arm group yang menikah.

Jinsa, Sany, dan nyonya Seo sebagai pengiring mempelai wanita.

Kakak perempuan Aira tidak bisa menjadi pengiringnya karena perutnya yang besar. Mengandung anak ketiganya. Kakaknya baru tiba kemarin malam bersama sang suami dan kedua anak kembarnya yang berusia 4 tahun.

Jungkook, dan paman Kim sebagai pengiring mempelai prianya.

.....

"Ti...." mata Aira berkaca-kaca. Setelah debat batin akhirnya kata itu keluar juga dari mulutnya. Yoongi yang disampingnya menggelengkan kepala, membenarkan jawaban Aira. Aira menutup mulutnya berlari keruang rias.

Yoongi berusaha menenangkan tamu yang ricuh dan mengejar Aira.

"Aira?"

"Yoongi ssi, saya engga bisa. S-saya...." sebelum Aira menuntaskan ucapannya Yoongi sudah mendekap Aira kedalam pelukannya. Ia tak tahan melihat seorang gadis menangis dihadapannya, apalagi ini calon istrinya. Aira menangis didalam pelukan Yoongi.

"Kenapa kamu lari? Bukannya kemarin kamu udah setuju mau nikah hm?" Kata Yoongi lembut. Tangannya mengelus kepala Aira lembut.

"Tapi ini berat buat saya. Apa saya bisa.."

"Ustt." Yoongi membukam mulut Aira dengan telunjuknya.

"Kamu engga liat apa nenek aku didepan pas liat kamu lari? Kalo dia jatuh sakit gimana?" Aira baru menyadarinya. Dia lupa kesehatan nenek Yoongi masih belum pulih.

"Tapi saya masih ragu." katanya kemudian.

"Percaya sama aku. Kita bisa ngejalanin hidup bersama. Aku janji buat kamu nyaman dan bahagia sama aku." Yoongi kembali membawa Aira kedalam pelukannya.

Selang beberapa menit, Aira mengangguk. Mereka kembali keaula melanjutkan ritual pernikahan.

....

Setelah mengucapkan janji suci, Yoongi berkenan mencium istrinya. Ia mencium dahi Aira, para tamu bersorak meramaikan.

"Hyung selamat ya. Istrimu cantik banget." Jungkook berucap setelah menyalami Aira.

"Makanya cepet nikahin tuh cewek lo." sahut Yoongi.

Dibelakang Jungkook ada Sany yang mengucapkan selamat pada Aira. "Aira aku ikut seneng ya. Semoga kalian langgeng." walau mendengar ocehan Jungkook, Yoongi juga dapat mendengar ucapa gadis didepan istrinya itu, dibelakang Jungkook. Serentak mereka saling pandang.

Langgeng? Mungkin itu berlaku untuk Yoongi karena prinsipnya. Tapi bagaimana dengan Aira? Bahkan ia masih mengharapkan Taehyung.


To be continue..




Gimana? Ada yang baper nggak?

Voment juseyo.

MYG or KTH?✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang