n.i.n.e

57 10 0
                                    

Hari-hari begitu cepat berlalu. Jika saat itu tinggal 15 hari, sekarang tinggal terhitung 8 hari lagi. Sudah 7 hari berlalu namun Yoongi belum berbuat apapun. Hari itu ia telah berjanji pada Aira menggagalkan pernikahan konyol yang disebabkan olehnya. Namun sampai saat ini tak ada yang diperbuatnya.

Mau melakukan apa? Mengatakan hal sebenarnya pada neneknya? Bahkan senyum rona bahagia tak sehari pun luntur dari wajah neneknya yang sudah keriput. Membicarakan seperti apa nanti pernikahan Yoongi, merencanakan ini dan itu, segalanya telah diurus. Tinggal menunggu hari puncaknya.

Melihat betapa bahagianya nenek tersayangnya itu berekspresi Yoongi tak tega menghancurkan kebahagiaan yang terpancar dari wajah keriput itu.

Setelah sekian lama neneknya susah sekali hanya untuk tersenyum setelah kepergian orang tua Yoongi, terutama Ayahnya —anak neneknya— tidak mungkin ia menciptakan raut kesedihan diwajah itu dengan fakta yang sebenarnya. Bahwa dirinya dan Aira tidak ada hubungan apa-apa.

Bagaimana jika penyakit jantung neneknya kambuh lagi seperti kematian orang tuanya?

"Bibi...." sembari berkata lirih Yoongi menghampiri bibinya didalam kamar bibinya, yang sedang merapikan pakaian.

Jika tak sanggup jujur pada neneknya, setidaknya ia harus jujur pada Bibinya.

"Iya. Kenapa Yoongi?" Yoongi berdiri dihadapan bibinya.

"Ada yang mau aku omongin." Yoongi menatap bibinya ragu.

"Ngomong aja." kini Yoongi sudah ikut duduk diatas kasur bersama bibinya.

"Menantuku,  kamu udah nyiapin makan malam belum?" baru Yoongi akan membuka suara, suara dan kedatangan nenek mengurungkan niatnya.

"Eh? Yoongi kamu ngapain disini?" neneknya menghampiri.

"Ah? Aku...aku...." tak ada ide melintas dikepalanya membuatnya gugup.

"Tadi Yoongi katanya mau ngomongin sesuatu. Mau ngomong apa?" jelas bibi Kim lalu matanya menoleh kembali kewajah Yoongi.

Tatapan neneknya membuat nyalinya menciut. Tak hanya tatapan penasaran dari neneknya tapi juga pamannya yang masuk kekamar ikut mendengarkan.

Bagaimana ini? Sepertinya ia tidak akan mengatakannya sekarang.

"Ngomong apa Yoongi?" tanya pamannya.

"Ah itu... aku... aku cuma mau nanya gaun pengantinnya udah diambil belum? Iya itu." dadanya terasa lega memberikan alasan yang cukup masuk akal.

"Oh ponakanku pengen cepet-cepet nikah ternyata. Padahal dulu dia suka masuk kamar duluan kalo diajak ngomongin yang beginian." perkataan pamannya membuat seisi kamar bibi Kim tertawa.

Yoongi kembali menghela napas, ia gagal dipercobaan pertama. Masih ada 8 hari lagi sebelum pernikahan berlangsung.

Ia akan mencoba lagi dan lagi.

∆∆∆

Yoongi. Pria itu sibuk dengan dokumen-dokumen kantornya, tak sempat memikirkan hal lain termasuk pernikahannya yang tinggal 5 hari lagi. Uang sahamnya turun membuat kepalanya terasa ingin meledak memikirkannya.

Sudah 6 tahun ia mempertahankan perusahaan ayahnya, tak akan ia sia-siakan keberhasilan ayahnya bertahun-tahun. Hanya ia penerus Arm group. Satu-satunya.

Untung ada Mee corp yang selalu membantunya. Perusahaan ibu Seo Sirae yang akan diambil alih oleh putrinya yaitu, Seo Aira.

Omong-omong soal Aira, Yoongi tak pernah bertemu dengan gadis itu lagi. Terakhir saat ia mengantarkan Aira kerumah gadis itu yang berakhir mendapat kejutan tanggal pernikahan yang sudah ditentukan oleh Nenek, bibi Kim dan nyonya Seo siang itu. Yah itulah pertemuan terakhir mereka.

Sampai saat ini tak ada satupun diantara mereka mengajak bertemu membicarakan pernikahan konyol. Yang akan digagalkan.

Yoongi tidak tahu apakah gadis itu sudah merencanakan sesuatu atau hanya menunggu dirinya bertanggung jawab. Tanggung jawab atas kelancangan dan kebodohannya.


∆∆∆

Seo Aira. Wanita sibuk itu untuk pertama kalinya tidak selera dengan pekerjaannya dikantor. Biasanya ia akan pulang larut, berangkat pagi, sibuk dengan laptop ditemani berkas telah ditanda tanganinya, kini jangankan disentuhnya dilirik pun tidak. Moodnya turun drastis. Tak ada gairah menghabiskan sepanjang harinya diruang megahnya.

Akhir-akhir ini ia lebih sering pulang awal tidak langsung kerumah melainkan pergi kesuatu tempat. Jembatan dekat jalan tol menjadi tempat favoritnya sambil menyesap coffee late kesukaannya.

Matanya memandang sebuah tempat yang ramai tiap malamnya. Ia merindukan tempat itu bersama seseorang yang selalu mengajaknya kesana.

"Kapan kamu balik my cow...."
lirihnya.

"Bentar lagi aku mau nikah...." angin menerpa wajahnya, membuat rambut yang sengaja ia gerai berterbangan memancarkan kecantikannya yang tak diragukan lagi. "Selametin aku...." bernada lirih.

"I miss you so bad." dalam satu hentakkan ia meninggalkan tempat itu.


To be continue..

MYG or KTH?✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang