PART 2 | Restroom

306 10 0
                                    

        Kurang lebih delapan jam tak menapakkan kakiku di tanah membuatku terserang apa itu yang dinamakan jet lag. Perubahan cuaca dan suhu serta waktu membuatku terduduk lemas di Incheon International Airport, Seoul.

"Come on, Ad. Taksi kita sudah menunggu. Kau bisa beristirahat di mobil atau di hotel nanti." Ucap Cayla sambil menarik-narik lenganku.

Mau tak mau aku menarik koperku dengan malas. "Bisakah kita ke smoking area dulu?" Tanyaku lagi, berharap mereka mau. Cuma ingin merokok. Tapi semua itu hanyalah hayalan setelah Cilla membuka mulutnya.

"Kau tahu? Korea negara yang menganut azas fresh air. Kau akan kesusahan mencari smoking area. Hahaha" Jelas Cilla. Bahagia sekali sepertinya mengetahui aku dan Cayla akan puasa merokok.

Akhirnya taksi yang kami tumpangi membawa kami kesebuah hotel berbintang di tengah-tengah kota Seoul. Sesampainya di kamar aku langsung merebahkan tubuhku di kasur. Seketika rasa kantuk merasukiku. Terdengar ocehan dari Cayla dan Cilla yang kompak mencemoohku kampungan dan payah karena memilih tidur daripada mengelilingi setidaknya tempat-tempat wisata di sekitar hotel kami.

Tapi ternyata nyali meraka tak sebesar mulutnya. Dengan alasan kasihan meninggalkanku sendiri dikamar, mereka mengurungkan niat untuk berkeliling. Padahal aku tahu dengan pasti, mereka takut tersasar. Cih!

-----

Waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 PM KST. Kami memutuskan untuk mencari makan malam karena sedari siang perut kami belum diisi apapun. Berbekal peta yang disediakan hotel tempat kami menginap dan kecanggihan teknologi akhirnya kami memutuskan untuk makan disalah satu restoran makanan khas Korea yang namanya saja sulit untuk disebutkan apalagi diingat.

Setelah perut terisi penuh dan beberapa pertimbangan kemana kaki kami akan pergi, Cayla menawarkan ide yang menurutku not bad. Pergi ke club adalah salah satu destination kami. Penasaran sekali bagaimana cara masyarakat Korea menghamburkan uangnya untuk sekedar mendengar musik.

Dan disinilah kami sekarang, di depan pintu masuk club yang dari namanya saja sudah terkesan misterius. The Untouchable. Ah, aku makin penasaran.

Setelah melewati beberapa prosedur keamanan, kami melenggang masuk kedalam. Dengar-dengar banyak artis yang sering datang kesini, Justin Bieber salah satunya. Hanya dengar-dengar sih, tapi berharap bertemu juga. Hahaha.

Tempat ini tidak terlalu besar tapi tidak bisa dibilang kecil. Kelap kelip lampu dan suara hingar bingar musik langsung membuat kami tak sadar menggoyang-goyangkan kepala.

Jangan berpikir kami tidak mencari tahu dulu cara berpakaian dan manner mereka yang berkunjung. Untuk mencari tahu –setidaknya berusaha menyamakan saja, kami harus berganti-ganti baju dan aksesoris sampai 2 jam. Terserah kalau kalian mau tertawa, tapi kami sangat tidak ingin jadi pusat perhatian disana karena terlihat sedikit, 'aneh'.

Aku menggunakan dress 10cm diatas lutut berwarna hitam dengan tangan buntung. Tidak terlalu ketat tapi lumayan memamerkan bentuk tubuh. Aksesoris secukupnya, tatanan wajah mengikuti trend wanita-wanita Korea, high-heels 9cm dan tak ketinggalan mantel tebal namun classy berwarna abu-abu gelap.

Cayla menggunakan kemeja crop-tee tak berlengan berwarna peach dan rok hijau tosca yang super ketat. High-heels 9cm berwarna hitam. Sangat tabrak lari. Ia berkilah outfit nya hari ini sedang digandrungi di Korea, ketika mendengar aku berdecih mengejek outfit-nya. Sedangkan Cilla menggunakan semi long coat berwarna merah maroon dengan belahan dada yang tidak main-main rendahnya. Belahan dadanya itu, uhhh meng-go-da. Bajunya itu sebenarnya tidak bisa digolongkan kedalam jenis long coat karena panjangnya saja hanya 5cm diatas lutut. Tapi Cilla tetap mengotot kalau itu jenis long coat. Hah. Sudahlah. Terserah dia saja.

THE UNTOUCHABLE | FF PARK CHANYEOL ❤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang