Setelah disibukan dengan segala persiapan keberangkatanku ke Korea dan hari-hari yang diisi dengan segala wejangan dari kedua orangtuaku, akhirnya aku menginjakan lagi kakiku disini. Kepulanganku dari Korea sebulan lalu lantas membuat kedua orangtuaku menjadi over protective. Bagaimana tidak, sebulan belakangan mereka memberlakukan jam malam untukku. Setelah jam 8 malam, aku tak diperbolehkan menapakkan kaki diluar rumah apapun alasannya. Mereka berdalih tidak dapat melihatku dalam jangka waktu yang lama, jadi aku harus banyak-banyak menyetor muka ku pada pengelihatan mereka. Memangnya aku anak umur 15 tahun.
Aku juga sudah melakukan perpisahan dengan Cayla dan Cilla. Mereka terlihat sedih dengan keberangkatanku. Berlebihan sekali, mengingat aku hanya setahun di Korea. Kami melewati satu malam dengan menginap di sebuah hotel. Benar-benar melakukan quality time. Tak akan bertemu dengan mereka dalam waktu setahun sepertinya membuatku menjadi sedikit sensitif malam itu. Untung saja kami memiliki topik pembicaraan yang sangat menarik.
Apalagi kalau bukan tragedi malam pertama kami tiba di Korea. Percakapan ini diawali sendiri olehku. Sebenarnya sudah dari jauh-jauh hari aku sangat penasaran dengan nasib mereka kala itu. Tapi kesibukan masing-masing sedikit mempersulit pertemuan kami.
"Jadi tolong ceritakan padaku nona-nona apa yang terjadi malam itu?" Aku mulai membuka percakapan ini sambil menyulut sebatang rokok.
"Aku tak tahu dengan jelas dengan yang terjadi. Tapi yang pasti malam itu banyak sekali polisi dan wartawan yang datang. Mereka memeriksa seluruh orang disana. Termasuk kami berdua juga harus melewati pemeriksaan urin. Sepertinya ada pesta narkoba yang dilakukan kalangan artis malam itu dan berita itu terendus sampai kehidung polisi." Cilla menjelaskan.
"Kami terpaksa harus pulang pukul 4 pagi karena runtutan pemeriksaan. Belum lagi kau yang menghilang entah kemana. Kau bisa bayangkan seberapa takutnya kami berdua?" Cayla menimpali perkataan Cilla.
"Kalau kau, kemana kau malam itu? Seingatku kau mencari toilet sebelum kita benar-benar berpisah."
"Aku? Yah, aku seperti itu lah. Bukan hal yang penting untuk diceritakan." Jawabku asal. Bukannya aku tak ingin menceritakan bagaimana malam itu. Aku cuma malas mendengar mereka berjerit-jerit histeris nanti.
"Ya!! Katakan dimana kau malam itu? Cayla bangkit dan berdiri dihadapanku.
Aku mendengus keras. "Kau melanggar pasal pemaksaan atas privasi seseorang." Aku menjawab lebih asal lagi.
"Privasi kepalamu. Kami penasaran." Ucap Cilla.
"Baiklah akan aku ceritakan. Tapi kalian harus berjanji jangan berjerit-jerit setelah mendengar ceritaku. Ingat, kanan kiri kamar kita berisi orang lain yang mungkin sedang tidur. Dan satu lagi, tak ada intrupsi!" Aku memberikan syarat.
"Firasatku buruk." Kata itu yang keluar dari bibir Cayla dan langsung ku tanggapi dengan tatapan horror.
Memang benar mereka tak mengintrupsi sama sekali ketika aku menceritakan nasibku malam itu. Mereka benar-benar mendengarkan dengan seksama namun disertai tatapan yang sulit kuartikan. Dan sampailah ceritaku pada bagian dimana aku terbangun dengan pria itu disampingku. Diranjangku. Oke maksudku, ranjangnya yang lebih dulu kutiduri.
Seketika mereka berdua menjerit histeris secara bersamaan. Apa ku bilang? Mereka pasti menjerit bukan? Aku hanya memasang wajah jengah dengan kehebohan mereka sambil berusaha menutup mulut-mulut liar itu dengan bantal. Aku tak ingin diusir dari hotel ini karena mengganggu kenyamanan tamu lain pada jam 2 pagi. Setelah mereka menghentikan jeritan mereka, satu pertanyaan yang meluncur dari bibir binal Cayla, "Kau yakin tak melewatkan sesuatu yang nikmat, mengingat kalian seranjang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE UNTOUCHABLE | FF PARK CHANYEOL ❤
FanficIa pria yang menolongku. Seseorang yang sangat baik dengan menolong orang asing. Yang membuatku meneguk wine bersamanya ditengah dinginnya malam kota Seoul lalu terbangun di sampingnya pada pagi hari. Membuat jantungku kadang berdetak tak wajar kare...