Terimakasih untuk red wine semalam yang membuatku tidur sangat nyenyak sampai-sampai baru berniat bangun pada pukul 11.00 AM KST. Tubuhku serasa menghianati otakku untuk bergegas bangun. Ia masih enggan bergerak dari atas kasur empuk ini. Aku berusaha membuka mataku yang terasa sedang digantungi batu 100kg. Dan alangkah terkejutnya aku melihat pemandangan di depan mataku. Aku ingin berteriak karena kaget namun suaraku tercekat di tenggorokan. Mataku terbelalak. Bagaimana bisa pria ini sekarang sudah ada disampingku? Bukannya tadi pagi ia tidur di sofa? Aku yakin sekali karena 2 kali terbangun untuk ke kamar mandi dan Menara Pisa ini masih setia dengan sofanya. Reflek aku langsung memeriksa pakaianku, hanya untuk lebih meyakinkan ia tak menjahatiku. Syukurlah masih lengkap dan taka da yang berserakan dilantai.
Aku berusaha menggeser tubuhku ketepian kasur untuk beranjak dari dekat orang asing ini perlahan. Tapi ternyata mantelku tertimpah oleh kaki raksasanya. Aku menariknya pelan-pelan. Bagaimana bisa mantelku tertimpah olehnya padahal sedang ku kenakan. Apakah, apakah kami tidur terlalu 'rapat'?
Memikirkannya saja membuatku bergidik geli. Hanya tinggal 10 cm lagi mantelku tertarik sempurna, sang empunya tubuh mengubah cara tidurnya, dari telentang menjadi miring kearahku yang sedang dalam posisi miring menghadapnya. Wajahnya hanya berjarak 5 cm dari wajahku. Aku membuang muka jauh-jauh. Matilah aku!! Badanku seketika membeku. Kantukku seketika hilang. Kurasa penghangat ruangan kamar ini tak berfungsi dengan baik.
Setelah aku dapat menelaah situasi dan mengurangi kekakuan tubuh ini, aku mulai kembali menarik mantelku. 'Jangan bangun, jangan bangun. Tolong. Percaya padaku ini tidak baik.' Aku membaca mantra didalam hati. Dan alangkah terkejutnya – lagi aku ketika pria itu mengeluarkan suara serak khas bangun tidur yang sumpah demi siapapun yang berada di kamar ini, suara itu sangat seksi. "Kau sudah bangun?" Suara itu. Suara itu begitu rendah, serak dan manja.
"Aaaaaaah. Kau mengagetkanku!!" ucapku setengah menjerit, serius aku kaget sekali. Seperti maling yang sedang tertangkap basah.
"Apa kau barusan saja mendesah?" Wah, pria ini tidak waras. Apa dia tidak bisa membedakan suara orang mendesah dengan orang yang sedang kaget?
"Kepalamu mendesah!! Angkat kakimu, kau menimpah mantelku."
Dia mengeluarkan suara seperti 'oooo' sambil menggeser kakinya.
"Kenapa kau bisa tidur disampingku? Bukannya sampai pukul 6 pagi kau masih di sofa itu?" tanyaku sembari bangkit dari kasur, setelah dapat menetralisir keanehan suasana ini.
"Sleep Walker.." jawabnya singkat.
"Apa kau yakin?" aku curiga dia berbohong.
"Terserah kau." Jawabnya sambil merapatkan syal nya kembali.
Aku sangat mati penasaran dengan yang satu ini. Apa sih sebenarnya yang dia sembunyikan dengan syal itu? Apa kulit wajahnya bersisik? Mengeluarkan nanah? Bibirnya sumbing? Atau menutupi sisa-sisa bukti malam yang panas sebelum bertemu denganku? Setia sekali dia dengan syalnya.
"Aku lapar."ucapnya lagi. Lalu urusannya denganku apa?
"Bisa antarkan aku ke Indonesian Embassy?" aku tak menjawab ucapannya. Malah balik bertanya.
-----
Chanyeol P.O.V
Pukul 6 tadi aku merasa badan ku terlampau sakit untuk melanjutkan tidur di sofa ini. Kaki panjangku cukup lelah untuk terus-terusan menggantung. Aku melirik sisa ruang di ranjang itu. Sangat mengiurkan sekali. Jujur sebenarnya agak berat untuk tidur disebelahnya, tapi tubuhku benar-benar buruk sekarang. Aku belum istirahat dengan cukup dari kemarin. Setelah latihan selama 5 jam non-stop untuk mengisi acara di Jepang minggu depan aku dan member lain langsung merayakan ulang tahun Jun Myeong Hyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE UNTOUCHABLE | FF PARK CHANYEOL ❤
FanficIa pria yang menolongku. Seseorang yang sangat baik dengan menolong orang asing. Yang membuatku meneguk wine bersamanya ditengah dinginnya malam kota Seoul lalu terbangun di sampingnya pada pagi hari. Membuat jantungku kadang berdetak tak wajar kare...