Ini merupakan hari keenam aku dan Sarang menghabiskan waktu –berharga di sela-sela jam perkuliahan kami. Belum genap seminggu aku sudah merasa kewalahan dengan kegiatan ini. Empat hari lalu terbersit sebuah ide yang cukup menggiurkan dari otak cerdasku yaitu memanipulasi data-data untuk tugas –terkutuk Ms. Wang. Tapi ketika sunbae-ku mendengar ide keren tersebut ia langsung menyarankan untuk membuang jauh-jauh pemikiran yang menurutnya fatal itu dari kepalaku. 'Jangan pernah sekalipun kau berani memanipulasi data-data untuk tugas Ms. Wang karena entah ia memiliki kekuatan dari mana, wanita galak itu akan tahu rekayasa dari jawabanmu.' Begitulah kira-kira kalimat yang diucapkan Hwang Na Ra unnie tepat diakhir perkuliahan Mr. Choi.
'Dan lagi, jika kau masih ingin lulus tepat waktu dari pendidikan magister-mu ikuti seluruh peraturan dalam tugas ini. Jika tidak Ms. Wang akan dengan senang hati membuat kau mengulang mata kuliahnya di tahun depan sekalipun kau mahasiswa pertukaran pelajar. Aku sudah merasakannya semester lalu.' Persis seperti itu kalimat-kalimat yang diucapkannya padaku, aku yakin aku dapat menirunya dengan sangat baik. Oh, Tuhan tiba-tiba bulu kudukku berdiri. Terdengar menyeramkan.
Aku dan Sarang ditempatkan di divisi perencaan bisnis khusus EXO. Ya chingu, apa kau bisa menebak ini ulah siapa? Omooo, tepat sekali. Siapalagi kalau bukan Nona Kim Sarang yang terhormat. Ku beri tahu kau ulahnya, tepat sebelum hari pertama kami memulai tugas ini, ia sudah lebih dulu merengek-rengek pada pamannya untuk ditempatkan di divisi yang mengurusi EXO secara langsung. Padahal sebelumnya kami ditempatkan pada divisi perencanaan bisnis untuk idol pendatang baru SM yang baru debut 1 tahun lalu.
Terimakasih untuk Sarang, teman 'terbaik'ku itu karena ia berhasil membuat kami jadi super sibuk sekarang. Bagaimana bisa ia membuatku bekerja layaknya karyawan disini sampai pukul 9 malam? Demi artis-artis tampan yang sedang berpapasan denganku sekarang, aku bersumpah ingin sekali menarik rambut panjangnya sekuat tenaga. Ayolah, ia tahu dan ia pun sama sepertiku yang sudah terlalu sibuk dengan tugas-tugas mata kuliah lain, tapi mengapa ia harus menambahkan kesibukkan kami dengan berada di bagian ini? Tiba-tiba aku berniat untuk kembali ke Indonesia sekarang juga.
Jam di tengah ruangan menunjukkan pukul 11 siang. Aku baru saja mendaratkan kedua sikuku di meja –sementara ku diruangan ini, tapi namaku sudah disebut dua kali oleh Song Jong Hwa-ssi dari pojok ruangan. Ia menyuruhku untuk menghampirinya sekarang juga. Tuhanku Yang Maha Baik, apalagi ini?
"Adeuli-ssi, bisa tolong kau periksakan lalu kemudian revisi isi berkas rancangan ini untukku? Sepertinya ada kekeliruan sedikit pada konsep teaser yang diajukan oleh tim planning." Ucap pria gemuk ini sambil menyerahkan setumpuk kertas padaku.
Wahai siapapun kalian masyarakat Korea yang menyebut namaku, dapatkah kalian melafalkannya dengan benar? Aku agak sedikit aneh mendengar namaku sendiri.
"Baiklah sunbae-nim. Bisakah kau beri aku sedikit petunjuk mengenai kekeliruannya. Aku takut pemikiranku salah." Aku meminta penjelasannya.
"Akan ku email garis besarnya. Ku harap kau dapat menyelesaikannya sebelum pukul 6 sore nanti." Jawabnya sambil terus memusatkan perhatiannya ke laptop didepannya. Dia rupanya mengeksploitasi habis-habisan keberadaanku disini.
'Kau pikir aku mau mengerjakan ini sampai pukul 9 malam? Hah, jangan bermimpi. Aku akan menyelesaikannya dalam waktu paling lama 2 jam. Lihat saja Tuan Tukang Perintah. ' Aku berniat menjawab titahnya seperti itu.
"Baiklah sunbae-nim." Tapi sayangnya hanya 2 kata itu yang dapat lolos dari bibirku.
Aku mendudukkan tubuhku di kursi dan mulai mengecek setiap lembar dari tumpukkan kertas ini. Mengapa harus aku yang lebih dulu sampai dari pada Sarang sehingga aku yang disuruh mengerjakan ini? Mungkin jika ia tak diminta untuk menghadap dosen Etika Professi sepulang kuliah tadi, aku akan terbebas dari kerjaan menyebalkan ini atau minimal aku dapat berbagi kesusahan ini dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE UNTOUCHABLE | FF PARK CHANYEOL ❤
FanficIa pria yang menolongku. Seseorang yang sangat baik dengan menolong orang asing. Yang membuatku meneguk wine bersamanya ditengah dinginnya malam kota Seoul lalu terbangun di sampingnya pada pagi hari. Membuat jantungku kadang berdetak tak wajar kare...