1. Pertemuan Pertama

5.4K 720 30
                                    

"Maaf, tapi aku tidak mengenalmu."

Mata Jisoo menumpahkan sedikit air mata kekecewaan.

"Kau siapa?"

Memori di otaknya berjalan kembali.

"Apa kau mengingat kejadian minggu lalu?"

Jisoo menenggelamkan kepalanya di atas meja. Sedikit melamun dengan wajah lirih.

Besok adalah hari pertamanya masuk sekolah. Kepindahannya dari Amerika termasuk dalam pengobatannya kali ini. Dia butuh suasana baru. Jisoo bingung, apa yang akan terjadi keesokkan harinya di sekolah.

Tapi, dia sudah membulatkan tekadnya. Bahkan dia bersikukuh memegang prinsipnya. Prinsip yang sudah dia jalani beberapa tahun sebelumnya.

Dia tidak boleh punya teman.

Dan tidak akan pernah boleh.

Dia pikir, mempunyai teman hanya akan menambah beban di kepalanya. Dia juga berpikir, akan sedikit melelahkan jika harus mengingat nama sebanyak itu. Dia juga berpikir, akan percuma juga dia mempunyai teman.

Karena Jisoo tidak akan pernah bisa mengingat teman-temannya sebelumnya.

Ingatannya akan hilang saat senin tiba. Dia akan melupakan semua kejadian pada minggu sebelumnya. Ingatannya akan kembali ke titik nol dimana dia tidak bisa mengingat dengan baik.

Namun, itu hanya berlaku untuk teman-temannya. Dia masih bisa mengingat keluarganya ataupun bahan pelajaran yang dia pelajari. Dia hanya akan kehilangan ingatannya untuk teman-temannya. Entah apa yang sebenarnya terjadi pada laki-laki manis itu.

Jadi, untuk apa Jisoo mempunyai banyak teman jika dia akan selalu melupakan teman-temannya?

-One Week Memories-

Jisoo dipersilakan duduk di sebelah Seokmin yang kebetulan kursi itu memang kosong sebelumnya. Derap langkah pelan kini terdengar nyaring di telinga Seokmin mengingat matanya masih terpaku pada sosok manis yang sedang menuju ke arahnya.

Jisoo hanya memasang wajah datar. Dia mendaratkan bokongnya dan enggan membalas ataupun menyapa Seokmin yang masih terpaku oleh Jisoo.

Bagaimana bisa ada pria semanis ini? Batin Seokmin bergemuruh.

Seokmin masih menatap Jisoo dengan lekat. Laki-laki itu seolah tidak peduli dengan tatapan Jisoo yang menusuk seolah risih dengan apa yang Seokmin lakukan.

Apakah aku harus menyapanya?

Dada Seokmin berdegup. Tidak biasanya dia mengalami hal seperti ini. Efek pandangan pertama yang Jisoo berikan benar-benar luar biasa berdampak besar pada jantung Seokmin. Laki-laki tinggi itu memberanikan diri untuk menyapa laki-laki kelahiran Amerika itu.

"H-hai."

Jisoo masih menatap Seokmin dengan sinis. Wajahnya sangat tidak bersahabat. Namun, Seokmin malah membalasnya dengan senyuman. Tangan Seokmin mengulur hendak mengajak Jisoo untuk bersalaman.

"Namaku Lee Seokmin. Semoga kita bisa berteman baik."

Ahh, lebih dari teman pun aku sangat bersedia.

Jisoo hanya terdiam mendengar kalimat singkat tadi. Matanya mengerjap pelan. Dia tidak boleh membiarkan Seokmin menjadi temannya.

"Aku tidak butuh namamu."

Alis Seokmin saling bertaut. Seolah tidak paham dengan apa yang Jisoo katakan tadi. Dia terkekeh kecil.

"Kalau kau tidak tahu namaku, bagaimana kita bisa berteman?" ujar Seokmin sambil masih tersenyum hangat. Dia memamerkan eye smile. Tapi, itu tidak berdampak apapun pada Jisoo yang masih menatapnya dengan tatapan tidak bersahabat.

One Week Memories | Seoksoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang