23. Kedekatan Kita

2.5K 473 36
                                    

Jisoo kembali ke kamarnya bersama Mingyu. Laki-laki jangkung itu langsung mengajak Jisoo kembali sehabis kekasihnya itu mulai berbincang banyak dengan Seokmin. Tentu saja Mingyu tidak ingin hal itu terjadi lagi. Mingyu khawatir jika ini mungkin saja akan membuka jalan ingatan Jisoo tentang Seokmin.

Maka dari itu, Mingyu harus menjauhkan Jisoo dari Seokmin secepat mungkin. Apalagi, buku harian Jisoo sebelumnya sudah ia amankan. Meskipun Jisoo masih belum bisa mengingat Seokmin setelah membaca buku harian itu.

Mata Jisoo menatap seorang anak kecil yang duduk di salah satu kursi di lorong rumah sakit. Melirik peristiwa unik yang menurutnya sangat lucu. Bocah laki-laki itu sedang menulis di salah satu buku dari buku-buku yang ia bawa. Dia langsung menarik lengan baju Mingyu untuk menghampiri bocah itu.

Mata Jisoo berbinar ketika melihatnya lebih dekat. Melihat setiap inci dari tiap kata yang anak laki-laki itu rangkai di bukunya. Tidak lupa, ada beberapa gambar kecil disana yang berfungsi untuk memperindah catatannya hari ini.

Jisoo lantas menyapanya. "Hei, kau sedang apa?"

Bocah laki-laki itu menengadahkan kepalanya. Menampilkan matanya yang tenggelam di tengah senyum. Memamerkan deretan giginya yang putih sambil mengajak Jisoo duduk di sebelahnya.

"Aku sedang menulis buku harian."

Buku harian? Untuk apa?

Jisoo tersentak. Entah apa yang terlewat di pikirannya, namun empat kata itu langsung muncul disana tanpa Jisoo sadari. Dia sedikit menggelengkan kepalanya.

Mingyu mengusap puncak kepala Jisoo, hangat. "Ada apa, Sayang?"

Jisoo menggenggam tangan Mingyu yang tadi ia gunakan untuk mengusap rambutnya. Tersenyum kecil dan mengatakan bahwa ia baik-baik saja. Pandangannya kembali ke arah bocah laki-laki di depannya.

"Buku harian, ya? Apa manfaatnya dengan menulis disana?" tanya Jisoo lagi.

Dengan buku harian, kau bisa menulis apa yang kau lakukan dan kau rasakan pada hari ini.

Ah, ingatan itu lagi!

Suara yang selalu terngiang di kepala Jisoo. Jisoo sama sekali tidak bisa berpikir siapa laki-laki yang 'berbicara' di dalamnya. Jisoo kembali mengatur napasnya seolah tidak ada apapun yang terjadi. Dia terlalu lelah meyakinkan Mingyu kalau ia baik-baik saja.

"Dengan buku harian, hyung bisa kembali mengenang masa lalu yang indah. Hyung juga bisa mendapatkan banyak ketenangan dengan buku harian. Apalagi, jika kita melakukannya dengan orang yang kita sukai."

Mengenang masa lalu yang indah?

Dada Jisoo rasanya seperti ditembus ribuan panah. Seperti ada suatu hal yang terlewati di dalam fase kehidupannya. Namun, ia benar-benar tidak mengingatnya. Yang ada di pikirannya hanyalah mamanya, Wonwoo, keluarganya, dan Mingyu.

Hanya itu orang-orang yang bisa Jisoo ingat. Ia tidak ingat siapapun.

Jisoo tiba-tiba tersentak dengan sentuhan halus di punggung tangannya. Rasa hangat menyelimuti tangannya akibat perlakuan si bocah laki-laki di depannya.

"Hyung ingin mencoba menulis buku harian?"

Matanya langsung menatap penuh harapan ke arah Mingyu yang menampakkan wajah terkejutnya. Bukannya Mingyu tidak mau, tapi benda itu terlalu sensitif dan langsung mengarah pada masa lalunya bersama Seokmin. Mingyu mencoba keras untuk meyakinkan Jisoo.

One Week Memories | Seoksoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang