Jika Jisoo sebelumnya pernah kehilangan ingatannya setiap hari Senin, maka Seokmin pun sama.
Kehilangan ingatan yang membuatnya sulit mengontrol emosi.
Sifatnya akan berubah-ubah tiap minggu. Ingatannya juga belum sepenuhnya pulih. Bayangan masa lalu kembali memasuki otaknya. Bayang-bayang kepedihan selalu hadir, dan membuat dia akan meremas kepalanya kuat-kuat.
Jisoo khawatir.
Dia tidak ingin kekasihnya merasakan hal ini. Ditatapnya mata laki-laki itu hangat. Memberikan aliran lembut yang ia pancarkan melalui genggaman tangan, dan senyum cerah yang menghiasi bibir tipisnya
Setidaknya, itu akan membuat Seokmin sedikit tenang.
"Kau kenapa?" tanya Jisoo, pelan. Seokmin sudah menghancurkan beberapa barang saat ini. Napasnya naik turun. Jujur, Jisoo takut saat Seokmin sedang dalam emosi yang memuncak.
Maka dari itu, jika Seokmin sedang 'kambuh', maka Jisoo lebih memilih menghindar daripada bibirnya akan selalu menjadi korban.
Seokmin sering menyakiti Jisoo secara fisik, jika ia sedang marah. Kilat matanya mungkin akan membunuh semua orang yang mengganggunya. Namun, Jisoo sama sekali tidak pernah mendendam jika Seokmin menyakiti tubuhnya.
"Apa kau mau memukul sesuatu?" tanya Jisoo lagi. Diusapnya lengan kekar itu dengan perlahan. Mencoba membuat kekasih bangirnya ini untuk tetap tenang. "Pukul aku saja, ya? Daripada kau harus menjatuhkan beberapa vas bunga ataupun piring, itu akan membuat tangan dan kakimu terluka."
Seokmin menggeleng. Dia menangkup wajah mungil itu dengan kedua telapak tangan besarnya. Mendaratkan sebuah ciuman di kening Jisoo dan langsung memeluknya.
"Apa aku terlihat semenakutkan itu, sweet? Aku sama sekali tidak berniat untuk menyakitimu."
"Tapi tanganmu akan terluka jika terus menghancurkan beberapa benda ini, Seok. Kau boleh melampiaskan amarahmu padaku."
"Tidak, aku baik-baik saja."
Jisoo mendesah pelan. Jika Seokmin sudah seperti ini, maka dia akan kembali melancarkan aksinya. Dengan beberapa percobaan bunuh diri misalnya. Jisoo tahu, Seokmin merasakan sedikit gangguan pada dirinya.
Maka, Jisoo segera datang untuk menenangkannya. Memeluknya dan memberikan ciuman tepat di bibirnya. Itu sudah berhasil menenangkan jiwa buas Seokmin. Dan Seokmin selalu lemah akan hal itu.
Seokmin pernah memukuli Jisoo. Dan selalu berakhiran Seokmin akan membungkukkan badan memohon permohonan maaf yang sedalam-dalamnya pada kekasihnya itu. Jisoo tidak masalah jika Seokmin memukulnya. Asalkan dia tenang dan tidak menghancurkan barang lagi.
"Mau eskrim?" tawar Jisoo.
Seokmin menggeleng. "Tidak."
"Lalu, apa yang kau mau?"
"Jisoo."
"Hm?"
"Aku hanya mau dirimu. Kau lebih baik dari semangkuk eskrim."
Jisoo terkekeh. Kekehannya berhenti seketika ketika Seokmin sudah memiringkan kepalanya dan menyapu bibirnya dengan kasar dan menuntut.
-One Week Memories-
"Bagaimana, sweet? Kau mau?"
Bagaimana mungkin Jisoo menolak?
Seokmin mengajaknya untuk bersepeda bersama. Sekedar menikmati musim semi dengan sinar matahari yang hangat. Seokmin mengajak Jisoo untuk berpiknik. Dan Jisoo sama sekali tidak bisa menolaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Week Memories | Seoksoo [✔]
FanfictionSejak mengenal Hong Jisoo, Lee Seokmin jadi takut jika harus berhadapan dengan hari Senin. Jisoo mengalami hal yang tidak terduga dan membuat Seokmin terus menerus berusaha menjadi temannya. Melakukan hal apapun, merelakan waktunya, dan tetap bekerj...