24. Pertemuan di Sekolah

2.5K 453 49
                                    

"Tidak perlu takut, semuanya akan baik-baik saja."

Mingyu mengelus puncak kepala orang di depannya. Mencoba menenangkan Jisoo akan gugupnya. Laki-laki manis di depannya itu hanya menggigit bibirnya sambil menggenggam erat ujung seragam. Sedikit khawatir untuk hari ini.

Jisoo mulai memasuki kelas. Sontak, ia menjadi pusat perhatian di ruangan itu. Ini yang membuatnya membenci apapun yang baru. Selalu menjadi pusat perhatian banyak orang seakan ia akan ditelan saat ini juga.

Jisoo membelalakkan matanya ketika melihat seseorang yang berlari dari arah belakang langsung memeluk tubuhnya dengan erat. Menggumamkan beberapa kata bahwa orang itu sangat merindukan kehadiran Jisoo.

Boo Seungkwan.

"Aku rindu sekali padamu." Seungkwan masih memeluk Jisoo erat. "Aku merasa sepi sekali rasanya."

Jisoo menautkan alisnya. Tentu saja, dia tidak ingat siapa orang yang memeluknya ini. Dia menatap Mingyu, siapa tahu kekasih jangkungnya itu mengenal laki-laki tembam di depannya ini.

"Ini Boo Seungkwan, dia temanmu."

Seungkwan langsung menepuk keningnya. "Ah, aku benar-benar lupa. Kau pasti melupakanku, Soo. Apa ingatannya masih menghilang saat hari Senin?"

Mingyu mengangkat bahunya. "Mungkin sekarang sedikit membaik. Sudah jangan membicarakan tentangnya, kau membuat wajahnya menekuk dengan jelek."

Jisoo langsung memukuli Mingyu atas apa yang sudah laki-laki jangkung itu katakan. Dia tidak tahu sama sekali masalah apa yang di katakan oleh Seungkwan dan Mingyu. Namun, ungkapan lupa ingatan setiap hari Senin itu bisa ia tangkap dengan baik. Entahlah, dia hanya merasa pernah mendengarnya. Tapi, dimana?

Jisoo kini diantar Mingyu ke tempat duduknya. Masih kosong. Mengingat hari masih cukup pagi hingga bel sekolah berbunyi. Mingyu memperkenalkan Hansol pada Jisoo. Namun, Jisoo tidak mengingat Hansol sama sekali. Dia bahkan melempar senyum termanisnya pada laki-laki bule itu.

Jisoo mulai terduduk di kursinya, tanpa memikirkan siapa itu Hansol. Dan mulai tenggelam dalam dunianya sendiri.

Namaku Lee Seokmin. Semoga kita bisa berteman baik.

Desiran ingatan itu kembali menghampiri otaknya. Sontak saja, dia langsung mengarahkan pandangannya ke sebelah. Ke kursi duduk Seokmin yang masih kosong. Kini, dia menghadapkan tubuhnya ke belakang, ke arah Seungkwan yang sedang menyantap makanannya.

"Apa Seokmin belum datang?"

Seungkwan menggeleng. "Dia selalu datang saat mendekati bel berbunyi. Ah, kau pasti lupa, ya? Tapi, kenapa kau mengenal Seokmin, huh?"

"Tentu saja aku mengenalnya. Dia teman baikku, kami berkenalan di rumah sakit."

Jisoo sontak berdiri dari duduknya sambil memeluk buku hariannya di dada. Dan melangkahkan kakinya keluar untuk menunggu Seokmin disana. Jisoo masih mengingat baik apa permintaan Seokmin sebelumnya, yaitu menjaga perasaan Mingyu. Maka dari itu, Jisoo tidak mau Mingyu melihatnya bertukar buku harian dengan Seokmin, walaupun Mingyu sudah mengetahuinya.

Jisoo menunggu Seokmin di koridor sekolah. Dia melirik arlojinya berkali-kali. Sambil sesekali bersenandung kecil karena begitu lamanya Seokmin untuk datang ke sekolah. Kakinya menggertak lantai sehingga menghasilkan irama yang beraturan.

Jisoo bisa melihat sosok tinggi yang mendekat ke arahnya. Wajahnya menunjukkan bahwa ia masih mengantuk dan berjalan dengan gontai ke sekolah. Senyum Jisoo terbit, mendapati orang yang ditunggunya sudah datang. Jisoo sontak berdiri untuk menyambut kedatangan Seokmin.

Kau masih tidak mau berteman denganku?

Jisoo menggelengkan kepalanya cepat.

One Week Memories | Seoksoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang