Senin pagi yang ribut bagi Seokmin.
Berlarian menuju kelasnya dengan panik. Napasnya memburu. Dengan berbagai cacian orang yang ditabraknya tidak menurunkan semangatnya saat berlari menuju kelasnya.
Tujuannya hanya satu, yaitu Jisoo.
Kemudian, meminta maaf dari laki-laki manis itu. Kemudian, mereka akan berteman lagi dan bergaul seperti biasa. Itu ekspetasi Seokmin. Namun, dia benar-benar berharap semoga minggu ini seperti minggu-minggu sebelumnya.
Mata Seokmin melebar begitu melihat Jisoo hendak menuruni tangga saat Seokmin berlari. Dia berhenti seketika dan mengamati wajah Jisoo yang semakin lama langkahnya mulai mendekati Seokmin.
Jisoo dengan dingin dan tanpa menoleh ke arah Seokmin, melewati laki-laki bangir itu dengan santai. Seolah tidak ada Seokmin disana.
Seokmin langsung menahan tangannya. Jisoo membalikkan badannya untuk melihat siapa yang berani mengganggunya.
"Aku Lee Seokmin. Kau mengingatku?" ucapnya langsung. "Kita teman dekat."
Mata Jisoo berotasi malas. Melepaskan tangan Seokmin dari lengannya dan raut wajahnya menunjukkan bingung seolah benar-benar tidak mengenali Seokmin.
"Aku tidak punya teman bernama Seokmin."
Seokmin menganga. Apa Jisoo tidak mengingatnya lagi? Oke, mungkin ini adalah suatu hal yang wajar. Maka Seokmin akan mulai memperkenalkan dirinya lagi dan mengulang semua memori minggu sebelumnya untuk Jisoo.
Karena Seokmim pikir, pasti akan terbantu jika ia membaca buku hariannya.
"Aku Lee Seokmin. Kita sering makan siang di atap." Seokmin tersenyum lebar. Namun, yang didapatnya hanya sebuah tatapan sinis dan cibiran dari bibir Jisoo, kemudian kata-kata kasar yang benar-benar menyakitkan.
"Aku sudah bilang, aku tidak tahu siapa Lee Seokmin." Jisoo menatap tajam mata Seokmin. "Berhentilah seolah mengenalku, bodoh!"
Jisoo membalikkan badannya dan hendak pergi meninggalkan Seokmin yang lagi-lagi masih terkejut dengan apa yang terjadi. Dia menahan tangan Jisoo lagi. Tapi, dengan lebih erat agar laki-laki manis itu sulit melepasnya.
"Apa kau tidak membaca buku harianmu?"
Jisoo benar-benar meledak. "Aku tidak punya buku harian dan aku juga tidak sudi punya teman yang menyeramkan seperti dirimu, dasar orang gila!"
Karena memang, kertas A3 yang ada di belakang pintu kamar Jisoo sekarang hanya menjadi teman-teman semut kecil di bawah ranjangnya. Terjatuh akibat kecerobohan Jisoo yang terlalu kesal sehingga menutup pintunya terlalu kencang.
Dan buku harian itu menghilang entah kemana. Wajar saja, kan, Jisoo tidak mengingat Seokmin sama sekali?
-One Week Memories-
"Pasti! Dia pasti membuang buku hariannya karena dia terlalu marah padaku saat minggu lalu." Seokmin mengacak surainya sendiri. Mingyu yang ada di sampingnya mulai merasa kasihan pada sahabat bodohnya itu.
Seokmin langsung menemui Mingyu setelah apa yang sudah terjadi hari ini menyangkut Jisoo. Tentu saja, Seokmin akan histeris. Dan Mingyu kali ini mencoba menghibur temannya karena memang Seokmin sudah benar-benar putus asa kali ini.
Tapi Seokmin bertekad, ia akan tetap mendekati Jisoo agar laki-laki itu mengingatnya.
"Kau berpikir begitu, Seok?" tanya Mingyu.
Seokmin mengangguk kuat. "Ya, karena dia sangat membenciku saat itu, lalu membuang buku hariannya karena dia benar-benar marah padaku. Huaa, aku harus memulai dari awal lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
One Week Memories | Seoksoo [✔]
FanfictionSejak mengenal Hong Jisoo, Lee Seokmin jadi takut jika harus berhadapan dengan hari Senin. Jisoo mengalami hal yang tidak terduga dan membuat Seokmin terus menerus berusaha menjadi temannya. Melakukan hal apapun, merelakan waktunya, dan tetap bekerj...