Jisoo masuk ke kamarnya dengan wajah yang bersemu merah. Dia memegangi kedua pipinya yang memanas akibat pelukan yang tiba-tiba saja ia lakukan meskipun awalnya Seokmin yang meminta.
Jisoo menyalakan ac di kamarnya. Tubuhnya benar-benar memanas akibat pelukan itu. Dia terduduk di bibir ranjang sambil tersenyum lebar. Dia tahu, dia seharusnya tidak merasakan hal ini.
Namun, ia benar-benar tersipu akibat Seokmin malam ini. Dia masih belum bisa mengatur detak jantungnya. Seokmin berhasil membuatnya lupa sekarang.
Matanya tidak sengaja menatap sesuatu di bawah ranjangnya. Sebuah kertas yang tampak kotor itu muncul pada bagian atasnya. Jisoo sedikit penasaran dengan kertas apa itu. Dia mengambilnya dan melihat ke sekeliling kertas berukuran A3 itu. Tulisan itu membuatnya mengingat sesuatu.
'Lee Seokmin adalah temanmu. Baca buku harianmu di atas meja'.
Detik pertama, ia hanya diam. Kepalanya kembali meraba-raba. Buku harian? Tapi, di buku hariannya bersama Seokmin, yang juga pemberian dari Mingyu, itu hanya berisikan catatan-catatan mereka saat mereka dirawat di rumah sakit hingga sekarang.
Apa ada buku harian lain?
Jisoo, aku punya sesuatu untukmu.
Tangan Jisoo bergetar hebat ketika ingatan tentang hal itu mulai mengalir di kepalanya. Ia mulai mencoba mengingat kejadian apa yang sudah terjadi.
Buku harian?
Bahkan, suaranya pun jadi ikut terdengar.
Ya, tulis semua yang sudah terjadi padamu dan apa yang kau rasakan. Aku pikir, note milikmu kemarin terlalu kecil untuk dijadikan buku harian. Jadi, aku membelinya sembari menunggu kau di toilet tadi.
Oh, astaga, apa yang sudah ia lupakan selama ini? Seokmin memberinya buku harian? Jisoo dengan keras mengingatnya. Ia harus kembali mengingat, bagaimana pun caranya. Tentang Seokmin, dan tentang kenangan mereka.
Aku tidak ingat apa yang terjadi saat itu, tapi aku yakin dengan menuliskan semuanya, aku bisa mengingat kejadian-kejadian manis yang sudah terjadi. Termasuk dalam mengingat Seokmin.
"ASTAGA, BUKU HARIAN PEMBERIAN SEOKMIN!"
Jisoo bangkit dari duduknya. Entah mengapa, ia begitu panik. Dengan bergegas, ia mencari di lemari bukunya. Meja belajar pun tidak luput dari tempat pencariannya. Jisoo harus menemukan buku harian itu.
Jisoo langsung keluar dari kamarnya begitu mendengar ada seseorang yang masuk ke rumahnya. Rupanya, ibu Jisoo sudah pulang dari rumah Wonwoo. Jisoo sontak menanyakan perihal buku harian itu.
"Ma, apa mama mengetahui dimana buku harianku?" tanya Jisoo panik.
Ibunya yang baru saja pulang itu sontak terkejut. "Kau mengagetkanku saja, Sayang. Tentu saja buku harianmu ada di atas meja belajarmu, kan?"
"Tidak, bukan yang itu." Jisoo mendekat ke arah ibunya. "Buku harian pemberian Seokmin. Aku tidak ingat bagaimana bentuknya, tapi Seokmin memberikanku sebuah buku harian. Bukan buku harian yang aku isi bersamanya, ma. Buku harian yang lainnya."
Ibunya paham. Buku harian bermotif polkadot yang Jisoo cari. Buku hariannya dulu yang hanya ia isi sendiri. Yang selalu Jisoo tulis mengenai temannya, Seokmin. Buku harian itu.
"Aku membawanya ke rumah sakit. Tapi, aku tidak ingat lagi itu ada dimana."
Tangan Jisoo mendingin. Kenapa ia selalu tidak diberikan kesempatan untuk mengingat Seokmin?
KAMU SEDANG MEMBACA
One Week Memories | Seoksoo [✔]
FanfictionSejak mengenal Hong Jisoo, Lee Seokmin jadi takut jika harus berhadapan dengan hari Senin. Jisoo mengalami hal yang tidak terduga dan membuat Seokmin terus menerus berusaha menjadi temannya. Melakukan hal apapun, merelakan waktunya, dan tetap bekerj...