epilog

2.9K 443 46
                                    

"Jisoo-ya, mama disini!"

Laki-laki manis itu menoleh. Mata kucingnya tenggelam di tengah senyumnya. Dia langsung menghampiri wanita paruh baya itu dengan menggenggam raport di tangannya.

"Selamat untuk kelulusanmu, Jisoo Sayang."

Jisoo memeluk ibunya erat. Kemudian, menciuminya dan mengambil bunga yang ibunya sengaja beli untuk dirinya. Mereka berfoto bersama, mengingat hari ini adalah hari kelulusannya dari SMA.

Ibu Jisoo tiba-tiba saja tertawa di tengah foto mereka. Membuat Jisoo sedikit bertanya-tanya ada apa yang terjadi. Ibunya hanya membuat kode.

"Sepertinya ada yang ingin bertemu denganmu. Mama menunggumu di mobil."

Ibu Jisoo langsung berlari menjauhi anaknya. Benar-benar meninggalkan Jisoo dengan orang yang dimaksud. Jisoo sontak menoleh ketika ada yang memanggil namanya dan dia melemparkan senyum manis pada orang itu.

"Mingyu-ie, selamat atas kelulusanmu."

Mingyu bisa melihat senyum kucing disana. Senyum yang ia rindukan selama ini. Mingyu mengusap tengkuknya canggung. Kemudian, menyerahkan sebatang bunga pada Jisoo.

Jisoo ragu untuk menerimanya. Namun, Mingyu mencoba membujuk Jisoo untuk menerima bunga darinya.

"Tidak apa, aku sudah minta izin Seokmin untuk ini." Mingyu terkekeh hingga menampilkan taringnya. "Selamat juga atas kelulusanmu. Semoga kau bahagia selalu."

Jisoo mengangguk. Dia lantas mengambil bunga itu dan mengucapkan terima kasih. Mereka berbincang sebentar. Dan Jisoo menyinggung hubungan Mingyu dengan Wonwoo yang akhir-akhir ini semakin dekat.

"Mungkin, kau bisa mengajarkanku bahasa isyarat. Agar aku bisa dengan mudah berkomunikasi dengannya, boleh?"

Jisoo tentu saja mengangguk. Sambil menepuk-nepuk pundak Mingyu dan izin pulang lebih dulu. Namun, Mingyu menahannya.

"Seokmin menunggumu di atap. Kau tidak ingin kesana?"

Jisoo memiringkan kepalanya. Ah, kekasihnya itu memang cukup merepotkan!

-One Week Memories-

Seokmin memejamkan matanya sambil menikmati angin yang berhembus. Ia sendirian disini. Menunggu Jisoo yang tidak juga datang. Seokmin menggigit bibirnya.

"Mungkin dia malah bernostalgia bersama mantan kekasihnya."

"Kata siapa, Mr. Derrick?"

Seokmin menoleh. Matanya tenggelam di tengah senyumnya. Dan mulai menyambut kehadiran Jisoo dengan sebuah pelukan erat. Jisoo membalasnya dan mempererat pelukan mereka.

"Aku akan merindukan tempat ini." Seokmin membuka pembicaraan tanpa melepaskan pelukannya. "Aku akan merindukan dimana aku mengikutimu kesini, makan siang bersamamu, dan kita saling bercerita disini."

Jisoo mengangguk. "Benar. Aku akan merindukan ini semua. Lepaskan pelukanmu, Seokmin! Aku tidak bisa bernapas!"

Seokmin terkekeh dan melepaskan pelukannya. Lalu, dia mengajak Jisoo untuk duduk. Setidaknya mereka harus menikmati suasana atap sekolah untuk terakhir kalinya. Bersama-sama.

"Apa kita akan terus bertemu Seungkwan, Mingyu, bahkan Hansol?" tanya Seokmin sambil menatap lurus ke depan. Sorot matanya menunjukkan kekhawatiran disana.

Jisoo mengangguk. "Hm, apalagi Seungkwan sepertinya sudah menemukan orang yang tepat untuknya. Mingyu akan baik-baik saja bersama sepupuku mulai sekarang."

"Hansol dengan Seungkwan? Mingyu dengan Wonwoo?" Seokmin terkekeh. "Ah, aku sedikit merindukan Wonwoo. Semoga mereka akan selalu bahagia."

Mereka kemudian saling berbincang untuk beberapa lama. Sesekali, Jisoo melemparkan sedikit candaan yang membuat Seokmin tertawa.

"Kau tidak membawakanku bekal?" canda Seokmin. Laki-laki bangir itu sontak membuat Jisoo tertawa.

"Bekalmu akan kubuatkan di rumah saja."

"Ah, kekasihku lucu sekali!" Seokmin memeluk Jisoo dari samping sambil mencuri kecupan kecil di pipi laki-laki manis itu yang berhasil membuat Jisoo merona.

Mereka akhirnya sepakat untuk menjadi sepasang kekasih seminggu setelah kejadian Senin yang indah di atap. Seokmin memberanikan dirinya untuk menyatakan perasaannya pada Jisoo. Dan Jisoo tentu saja menerimanya.

"Ngomong-ngomong, kau tidak rindu dengan Chan? Dia yang membantumu saat di Amerika, lho!" Laki-laki bangir itu menyandarkan kepalanya di bahu Jisoo.

Jisoo mengangguk. "Tentu saja, apa dia sekarang datang?"

Seokmin melirik arlojinya. "Hm, bersama ibu dan ibu mertuaku."

"Eung?"

Seokmin menegakkan kepalanya. Kemudian, menggenggam tangan itu dan segera mengajaknya keluar dari atap sekolah.

"Mereka sudah menunggu kita terlalu lama."

Jisoo masih tidak mengerti dengan ucapan Seokmin barusan. "Siapa, Sayang?"

"Aku sudah bilang kalau Chan, ibu, dan ibu mertuaku sudah menunggu kita terlalu lama."

Jisoo melepaskan genggaman tangan itu dan melipat kedua tangannya di depan dada. Dia begitu kesal karena Seokmin terlalu mengulur pembicaraan.

"Chan, ibuku, dan ibumu sudah menunggu kita terlalu lama. Ayo, kita hampiri mereka!"

Mata Jisoo membulat. Dia sontak memukuli lengan Seokmin. "Apa yang kau rencanakan? Ayo, jujur!"

"Hanya sebuah pesta kecil untuk merayakan hari kelulusan. Makan siang dengan keluarga kita bersama-sama di restoran yang sudah ibuku pesan? Bagaimana?"

Seokmin bisa melihat rona merah yang tercetak di pipi Jisoo. Ah, Jisoo masih terlalu malu untuk bisa bertemu ibu Seokmin sekarang. Dia juga takut ibunya akan menanyakan hal aneh-aneh pada Seokmin nanti.

"Ibuku pasti senang calon menantunya akan datang."

"Aish, berhenti menggodaku!"

Kecupan pipi kembali Jisoo dapatkan dan Seokmin segera turun dari tangga menghindari amukan kucing yang sebentar lagi akan mulai.

"LEE SEOKMIN!"

-One Week Memories-























































2018, ©turquoises_

One Week Memories | Seoksoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang