Siang, pulang sekolah.
Gang kecil berupa lorong yang terbentuk dari apitan dua rumah. Pencahayaan hanya bermodal dari lalu lintas jalan besar. Sinar matahari terhalang oleh bayang-bayang atap.
Sukar dilupakan, ke manapun Eren menemui tempat serupa. Memori lama terputar dalam mimpi, seperti rol film tanpa ujung. Terdapat satu atau lebih frame yang tak dapat dihapus, membuat mata mendelik dengan kesadaran langsung terisi penuh.
Skenario yang selalu berulang.
Eren lelah. Hati kecilnya bertanya, mengapa akhir-akhir ini kejadian itu terus menghantui alam bawah sadar. Bunga tidur menjelma menjadi sosok yang menyeramkan.
Keringat membasuh badan. Piyama memeluk erat, lengket enggan dilepas. Semakin sesak hingga ia memutuskan untuk bergegas mandi.
Seluruh fabrik dilepasnya. Saat itu, Eren baru sadar. Ada jejak kental pada bawahan piyamanya.
.
.
Buruk.
Markas Pasukan Jaeger hancur terkena serangan Pasukan Uma. Tak ada ampun mereka melancarkan tembakan, tanpa jeda sekalipun. Bahkan setelah bangunan batu megah tersebut menjadi puing-puing bermacam ukuran.
Lebih buruk lagi saat mulut si username Uma menyerocos tentang cewek.
Eren nyaris membanting ponsel.
"Jean," desisnya, "Bisa tidak sehari saja kau cerita hal selain tentang cewek?"
Jean mendongak. "Apa sih? Kau tidak mau mendengarkan ceritaku?"
"Untuk hari ini aku tak mau. Ah, aku kalah," Eren mendorong ponsel, meluncur ke tengah meja.
Jean menatap kesal. "Kenapa kau? Tiba-tiba jadi menyebalkan."
Satu pesan baru. Eren segera menekan notifikasi tersebut yang membawanya langsung ke ruang obrolan pribadi. Dari Farlan Church.
Sesaat setelah menerima pesan tersebut, Eren mendadak berdiri. "Klub basket ada kumpul sebentar. Kau pulang saja dulu," ucapnya seraya mengangkut tas di bahu.
"Aku masih mau di sini. Tunggu kelas sepi dulu, baru balik."
Eren tak menyahut lagi. Beberapa siswi mengiringi langkah pemuda tersebut keluar kelas. Sesekali menyentuh dan menggenggam tangan, diam-diam mengambil kesempatan. Sedangkan Eren sama sekali tak keberatan. Ia tetap menyahuti para perempuan tersebut dengan senyum ramah.
Sedikit tersendat memang. Eren melanggar janji Farlan yang menyuruhnya segera ke klub. Toh dia juga tetap sampai, setidaknya sebelum pembahasan di antara anggota klub basket semakin jauh.
"Maaf aku telat, Farlan-senpai!" ucap Eren di ambang pintu.
Melihat kedatangan Eren, mereka menyungging senyum, menyambut dengan memaafkan keterlambatan. Tapi tidak untuk Farlan Church, selaku kapten tim basket Akademi Maria.
"Jaeger."
Hanya disebut nama saja, Eren sudah tahu apa yang harus dilakukan. Ia jatuhkan tas, badan ikut turun. Kedua tangan dan jari kaki menahan badan. Naik, turun sebanyak satu seri.
Push-up selesai. Eren berdiri tegak kembali.
"Oke. Aku menyuruh kalian kumpul di sini untuk menjelaskan tanding hari Sabtu depan," Farlan memulai dengan lantang. "Pertandingan dimulai jam setengah sepuluh pagi. Kuharapkan kalian datang satu jam—atau kalau rajin dua jam—sebelum mulai."
"Lawannya?" Eren mengacungkan tangan.
"Dari SMA Rakuzan."
Mendadak hening. Rakuzan. Kata keramat bagi klub basket sekolah manapun. Kemampuan tiap anggotanya menyeramkan, terutama sang kapten. Rumornya, ia bisa membuat siapapun yang menghalangi bertekuk lutut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roomchat [HIATUS]
Fanfiction"Dunia maya tempat yang misterius. Dunia dimana kita bisa mengarang apapun sesuka hati, tanpa perlu takut ketahuan berbohong." [Requested] [WARN: R18+ BXB, HAREM] Disclaimer: Hajime Isayama, slight Fujimaki Tadatoshi :> Cover cr © Artist