HBD

534 66 22
                                    

Heu seharusnya ini dipost semalem, tapi mata saya gakuat minta merem dulu.

Yaudalaya. Gaada kata terlambat untuk mengucapkan habede.

Happy born day, Levi!! Satu harapanku untukmu: JANGAN MATI. Semoga kamu segera mendapat kebahagiaan oleh Om Hajime.

Pokoknya jangan mati! Terus hidup! Bangkit dan jangan kecewa sama keputusan Eren yang sekarang.

Bab ini khusus kudedikasikan untuk husbu sejuta umat sekaligus suami saya (uhuk).

.

.

"Eren! Ada surat untukmu!"

Segera Eren menemui sang ibu di ambang pintu rumah. Dahinya mengernyit begitu menerima selembar amplop tanpa nama pengirim.

"Dari siapa, Bu?" tanyanya bingung.

Carla mengedikkan bahu. "Sepertinya pagi ini baru sampai."

Eren segera membuka amplop di tempat. Lipatan kertas dibukanya, mendapati deretan huruf bertinta biru di sana.

Selamat! Kamu menjadi tamu undangan spesial pesta malam Natal tanggal 24 Desember!
Berikan kecupan dan hadiah teromantis untuk seseorang yang kau cintai!

Di bawahnya diberi alamat dan denah peta menuju tempat perhelatan.

"Oh, pesta Natal," gumam Eren.

"Ternyata temanmu." Carla tersenyum lega. "Jadi nanti malam kamu keluar?"

"Tidak. Aku tak begitu familier sama tempatnya."

"Eh, kenapa?!"

"Waktu ujian masuk perguruan tinggi sudah dekat, jadi aku mau belajar." Eren menjawab datar. "Lagipula, merayakan Natal di rumah seperti tahun-tahun lalu enggak buruk juga."

Carla menghela napas. Ia mengelus rambut Eren. "Sesekali cari angin juga tidak buruk kan. Gabung sana dengan teman-temanmu."

Tidak ada tanggapan apapun dari Eren selepas sosok Carla menghilang di belokan menuju dapur. Sekali lagi pemuda itu memandang undangan yang ditujukan padanya sebelum melangkah membantu sang ibu di dapur. 

.

Hanji menyesap es tehnya, kemudian bernapas lega. Satu kancing teratas sengaja dibukanya agar angin dari pendingin ruangan dapat menelusuri kulit di bawah fabrik dengan bebas. Di saat yang tepat Petra membawakan potongan kue brownies untuknya. 

"Oh, makasih, Say! Tahu aja aku laper!" 

"Habis kamu kelihatannya capek banget, Hanji-san. Kupikir kamu mau tambahan energi," jawab Petra, terkekeh. 

"Iyaaa." Hanji mendorong punggungnya semakin menekan sandaran kursi. Netranya bergulir melirik meja si pria cebol, memastikan pria itu tak ada di tempat. "Kerjaanku banyak banget! Belum lagi mengurus pesta untuk nanti, reservasi kue, segala macem."

"Pesta ...." Pandangan Petra jatuh pada kalender duduk di meja Hanji. Ia mengangguk paham.

Wanita itu meneguk ludah. Tak menyangka keputusannya akan sama seperti tahun lalu.

"Hanji-san, kalau boleh, bagaimana kalau saya saja yang buat kuenya? Jadi tak perlu keluar uang lagi," tawar Petra sambil menepuk pundak Hanji.

Si perempuan berpostur maskulin itu menatapnya penuh binar. Ia tak peduli bila remah-remah brownies masih menghiasi mulutnya.

Roomchat [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang