"Seriously? Kau sudah berhasil bertemu langsung dengan anak itu, bahkan dengan ibunya juga. Kenapa tidak chat langsung saja ke dia?" protes Erwin sedikit berbisik. Sesekali netra biru mudanya mengerling ke arah pemuda yang duduk di bangku peron. "Aku sibuk mengoreksi ujian anak-anak di sekolah, tahu. Kukira ada darurat apa kau menyuruhku cepat-cepat ke stasiu--"
"Kukirimkan kacang edamame nanti."
"Aku tidak akan bisa kau sogok begitu, Rivaille."
"Dengan stok sake dari rumahku."
Erwin mengangguk mantap, berdeham mengucapkan deal. Kemudian memutus sambungan sementara. Siapa yang tak mau diberi tambahan stok alkohol ditambah camilan yang dapat menemaninya di kala sendirian? Tentu saja pria itu tak mau melewatkan kebaikan Rivaille.
Karena itu, dia bersedia menguntit Eren, setidaknya sampai stasiun. Rivaille pun mengerti ketika teman sepermainannya itu sudah mulai mendumel. Omelan orang-orang sabar terkadang membuat Rivaille gentar juga.
Lensa kamera ponsel mengedip beberapa kali. Menangkap siluet pemuda bersurai brunet memasuki kereta sebelum melaju langkah per langkah. Ia beralih ke kontak telepon, menghubungi Rivaille yang langsung diangkat. Erwin sempat berpikir, betapa cepat Rivaille membalas teleponnya bila berhubungan dengan Eren.
"Dia sudah berangkat ke Orvud," lapor Erwin. "Berjanjilah nanti malam kau bawakan edamame dan alkoholmu. Aku kembali ke sekolah."
Terdengar decak kecil di sudut seberang telepon. "Baiklah."
.
Sebuah dunk telak menjadi pertanda permainan memasuki masa istirahat. Terengah, Eren bergegas duduk di pinggir lapangan sambil menenggak minumnya.
"Permainanmu bagus. Satu skor lagi dan kau menang," ucap Akashi, ikut duduk di sebelah Eren.
"Terima kasih. Kau pun lebih bagus dariku," balas Eren, tersenyum di wajah letihnya.
"Kalau tak salah, akhir bulan ini timku akan latih tanding lagi denganmu. Anggap saja ini pemanasan sebelum saat itu tiba."
"Ah, iyakah?"
"Ketua tim kalian tidak memberitahu?" Akashi mengerjap terkejut.
"Masalah itu ... aku sudah lama keluar dari klub basket. Jadi untuk info-info tanding begitu enggak update lagi." Eren nyengir sambil menggaruk belakang kepala.
Akashi menatap lurus ke arah lapangan. "Sayang sekali. Kupikir kita bisa lebih sering bertemu."
"Kau bisa menghubungiku seperti tadi kan." Eren terkekeh. Namun, satu kejanggalan dalam kalimatnya membentuk pertanyaan, melintas di benaknya. "Tunggu. Seingatku, kita belum pernah bertukar kontak?"
"Oh, aku mendapatkannya dari kenalanmu."
Pemuda bersurai cokelat itu mengernyit. Kenalan yang mana? Apakah salah satu anggota klubnya? Banyak sekali relasi, saking terkenalnya ia di kalangan masyarakat sekolah. Salah satu keuntungan yang didapat dari menjadi seorang murid teladan, meski Eren sendiri tidak menyadari.
"Kenalanku banyak. Coba, sebutkan namanya. Siapa tahu aku ingat."
"Kenapa sepenasaran itu? Kau mau mengomelinya karena telah menyebarkan kontakmu sembarangan?" Akashi beringsut mendekat.
"Enggak, bukan begitu." Eren menunduk, menautkan jejarinya. Suasana mendadak menjadi canggung. "Aku ... aku cuma enggak suka. Takut kalau kontak itu dikasih dan dipakai dengan tujuan yang jahat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Roomchat [HIATUS]
Фанфик"Dunia maya tempat yang misterius. Dunia dimana kita bisa mengarang apapun sesuka hati, tanpa perlu takut ketahuan berbohong." [Requested] [WARN: R18+ BXB, HAREM] Disclaimer: Hajime Isayama, slight Fujimaki Tadatoshi :> Cover cr © Artist