Hampir jantungan Carla ketika terdengar kursi makan di belakangnya bergerak. Spontan ia menoleh. Mata membulat tak percaya. Sang putra telah duduk manis di meja makan, berbalutkan jaket cokelat muda dan celana training abu-abu.
Sebuah pemandangan yang tak biasa terlihat di awal hari.
Susu dan teh hangat selesai diseduh. Carla membawa keduanya ke meja makan, bergabung bersama deretan menu sarapan.
"Tumben bangunnya lebih pagi," komentarnya seraya duduk di depan Eren.
"Iya. Mau jogging dan latihan basket sebentar."
Carla bertopang dagu. Ia tersenyum mengamati putranya yang tengah makan dengan rakus. Dari mulut, kerap kali terdengar kecap-kecap berisik.
"Ada apa memangnya? Tanding?"
Eren mengangguk dengan pipi menggembung penuh lumatan makanan. Air liur banyak membantu mendorong gumpalan lunak tersebut ke kerongkongan, dan Eren baru menjawab, "Iya. Lawan SMA Rakuzan."
"Hee.... Sekuat itukah mereka, sampai kau rela bangun lebih awal?"
"Banget. Kok, ibu tahu? Ada kenalan di sana?"
"Bukan. Biasanya kan, kalau ada jadwal tanding, kau bangun seperti biasa. Bahkan bisa lebih siang. Makanya, ibu pikir pasti lebih kuat, kalau sepagi ini."
Eren membalas hanya dengan anggukan, fokus tak lepas dari rencana latihan ke depan dan nikmatnya masakan buatan Carla.
Makanan di piring cepat ludes. Susu langsung ditenggak hingga habis. Ia beranjak mengambil tas sekolahnya dan berlari memakai sepatu di pintu depan.
"Nanti kau langsung ke sekolah?" tanya Carla yang mengekor dari belakang.
"Iya. Aku sekalian ganti di sana."
Sepatu terikat kuat dan rapi, pemuda itu melakukan pemanasan sebentar, lalu berpamitan, "Aku berangkat dulu, Bu."
Eren bergegas meninggalkan rumah. Memulai agenda olahraga langsung dengan jogging sambil mengingat kembali pesan penyemangat dari Rivaille semalam.
.
Prinsip Rivaille yang dipegang sejak pertama kali mengenal Eren: tidak akan membocorkan identitasnya.
Ujung-ujungnya, mereka malah main tebak-tebakan sepanjang malam. Eren menebak, Rivaille menjawab. Pertanyaan bocah itu masih dalam kategori umum, seperti nama, tempat tinggal, hobi, pekerjaan, makanan dan minuman favorit.
Rivaille tak akan menjawab jika ditanya nama asli dan tempat tinggal. Ia menegaskan Eren untuk tetap memanggilnya Heichou. Dari jawaban teka-teki yang selalu salah inilah Eren mengetahui beberapa fakta.
Heichou laki-laki, berumur tiga puluh lima tahun, bekerja sebagai karyawan perusahaan swasta. Hobinya bersih-bersih, membaca buku, dan mendengar musik. Jenis teh favoritnya adalah teh hitam, dan sering mengonsumsinya, baik saat senggang maupun sibuk. Ia tak terlalu pilih-pilih kalau menyangkut makanan. Apapun ia terima.
Eren tidak menyangka Rivaille sudah berkepala tiga. Ia mengira pria tersebut masih pertengahan atau awal dua puluhan, atau bahkan seusia.
Eren Jaeger
Heichou
Sabtu depan saya ada tanding. Mau nonton?
Undangan langsung dari Eren. Kapan lagi kesempatan seperti ini datang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Roomchat [HIATUS]
Fanfiction"Dunia maya tempat yang misterius. Dunia dimana kita bisa mengarang apapun sesuka hati, tanpa perlu takut ketahuan berbohong." [Requested] [WARN: R18+ BXB, HAREM] Disclaimer: Hajime Isayama, slight Fujimaki Tadatoshi :> Cover cr © Artist