Akashi menyadari ada sesuatu yang kurang beres. Sungguh di luar kebiasaan ketika ia melihat seorang kenalannya bertandang ke salah satu kedai kecil dekat sekolahnya. Kalau tidak salah ingat, Akashi tahu pria itu pernah mendeklarasikan bahwa tak akan sudi ia mampir ke kedai tersebut.
Lalu, apa yang sekarang dilihatnya? Orang itu melanggar keputusannya sendiri.
"Kau mau ke mana, Akashi-kun?" tanya Kuroko begitu sang kekasih melepas genggamannya.
"Ada kenalanku di situ. Aku ingin menyapanya," jawab Akashi. Kecup singkat berlabuh di pipi. "Kau boleh duluan kok. Sampai ketemu besok, Tetsuya."
Sosok pemuda bersurai kemerahan itu lenyap di balik pintu yang mewujud tirai. Meninggalkan Kuroko yang berjalan pulang dengan wajah merona.
.
Darius Zackley menyambut. Akashi memesan oden seraya mengambil tempat di sebelah si pria kenalannya. Mendengar suara yang--nyaris sama--orang itu menoleh. Kristal biru keabuan menatapnya nanar, meski ada sedikit keterkejutan di sana.
Ia mendecih. "Pulanglah. Anak kecil tak boleh pulang larut."
"Saya lebih penasaran dengan keadaan Anda saat ini, Sir Rivaille," ungkap Akashi. "Jarang-jarang Anda ke sini. Katanya kejauhan dari rumah Anda."
Iris kuning cerah bergulir mengamati isi meja pria tersebut. "Dan ditemani ... sake."
"Bukan urusanmu. Diam saja."
Kesenyapan antara mereka berdua digantikan oleh keseruan para lelaki tua yang bergerombol di meja pojok. Sorak-sorak pemain lawan mengambil joker dan adu panco meriuhkan suasana kedai. Untuk kali ini saja, Rivaille mengizinkan mereka bersenang-senang secara terbuka saat tenggelam oleh alkohol.
"Tidak bersama Sir Erwin?"
"Bacot."
Giliran Akashi mendecak. Ia menelan kuah oden-nya beberapa sendok. Hangatnya mengalir dan berhasil meredam kekesalan.
"Kau," sendawa Rivaille memutus sejenak, "saat ini masih tinggal dengan orang tuamu?"
"Sendiri. Tapi hari ini ada Tetsuya menginap."
"Dasar pasangan homo." Pria itu mencibir.
"Anda pun tak jauh beda dengan saya," balas Akashi jutek. Menyaksikan Rivaille menenggak gelasnya hingga habis dan minta tambah membuat pemuda itu mendesah. "Hei, saya tahu Anda ada masalah. Kenapa tak ceritakan saja semua pada saya?"
"Aku tak percaya dengan mulut ember sepertimu."
"Saya tebak, pasti berhubungan dengan Eren Jaeger."
Kursi terdorong mundur, menimbulkan jeda yang kemudian disusul kembali oleh keriuhan dari bapak-bapak. Sejumlah uang disodorkan kepada Darius Zackley sebelum meninggalkan tempat. Sedangkan Akashi tak percaya pria tersebut justru terpicu oleh nama itu, yang berarti benar.
"Tunggu, beneran?" tanyanya, spontan berdiri. "Saya cuma asal menebak lho. Entah kenapa tiba-tiba saya ingat Anda pernah mengincar anak itu di UKS waktu--."
Kibasan tirai melenyapkan siluetnya.
.
.
Mikasa A.
Senin mulai ujian semester
Eren Jaeger
Hah seriusan?
Mikasa A.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roomchat [HIATUS]
Fanfic"Dunia maya tempat yang misterius. Dunia dimana kita bisa mengarang apapun sesuka hati, tanpa perlu takut ketahuan berbohong." [Requested] [WARN: R18+ BXB, HAREM] Disclaimer: Hajime Isayama, slight Fujimaki Tadatoshi :> Cover cr © Artist