Jean duduk bersimpuh di depan pintu kamar atas perintah Eren, setelah caci-maki dan pengusiran ditujukan kepadanya berkali-kali. Kedua kaki yang saling menempel bergerak-gerak gelisah.
"Kenapa tiba-tiba kau datang ke sini?" Pertanyaan bernada dingin dari dalam ruangan memecah kesenyapan. Jean bahkan bisa merasakan bulu kuduknya meremang.
"Kan aku sudah kirim pesan waktu itu. Memang enggak ada di inbox-mu? Apa jangan-jangan kau sudah lupa caranya membaca?" Jean membalas ketus. Ia jadi semakin merasa tak nyaman dengan situasi aneh ini.
"Kalau kau ke sini cuma mau mengatai, mending pulang."
Jean menghela napas. Sabar, sabar. Ia harus mengembalikan anak itu ke sekolah lagi. Melampiaskan kekesalan di dalamnya tak akan membuat Eren mau membuka pintu untuk orang lain.
"Hei, kau beneran tak ada niat membukakan pintu untukku? Aku kelihatan seperti orang bodoh tahu, kelihatan ngobrol dengan pintu begini."
"Memang. Makanya pulang sana kalau mau dianggap normal."
Desah berat mengembus dari mulut si muka kuda. "Baiklah jika itu maumu," ucapnya seraya menyelipkan sebuah buku ke celah kecil di bawah pintu. "Catatan hari ini. Siapa tahu berguna. Tapi jangan lupa nanti dibalikin."
"Enggak butuh. Punya Armin dan Mikasa saja belum kubuka sama sekali."
"Terima saja. Aku sudah capek-capek nulis, nih. Anak teladan harus jadi panutan. Telan materi banyak-banyak sana."
Berat hati, Eren menerimanya. Ia tak yakin catatan Jean akan memberi manfaat yang sebanding dengan milik kedua sahabatnya.
Si muka kuda berdiri. "Oke. Sesuai permintaanmu, aku pulang."
Tak ada balasan dari dalam. Jean anggap sebagai persetujuan. Ia lekas turun, berpamitan dengan orangtua Eren sebelum angkat kaki dari kediaman Jaeger.
Beberapa menit setelahnya, seorang tamu datang lagi. Kali ini seorang Erwin Smith. Meski belum mau berhadap secara langsung dengan siapapun, Eren tetap duduk menghadap pintu. Ia menerima setiap penjelasan singkat dari catatan yang diberikan sang wali kelas. Sampai dua puluh menit kemudian, beliau beranjak pergi. Eren tidak menyangka gurunya akan terus rajin mengunjungi di hari-hari berikutnya.
Sampai pada satu malam, Rivaille mengirim sesuatu.
Riv.
Hei
Kukirimi sesuatu untukmu
Seharusnya hari ini sudah sampai
Tentu hal itu mengundang rasa penasaran Eren. Tepat setelah dirinya menerima pesan tersebut, Carla menyelipkan sebuah amplop dari bawah pintu. Katanya dari Rivaille, dan menanyakan siapa orang itu. Eren hanya menjawab teman.
Amplop cokelat berukuran sedang dibuka. Adalah sebuah kolase dari berbagai macam potongan majalah, membentuk potret dirinya yang sedang berbincang dengan teman-teman lain. Ada sosok Mikasa, Armin, Jean, Connie, Sasha, Marco, dan masih banyak lagi. Mereka mengerubungi bangku Eren. Masing-masing gestur mereka membuat Eren dapat merasakan hebohnya suasana dalam kolase tersebut.
Di balik pigura berukuran 34 x 29 senti, sebuah foto berukuran kecil tersemat di pojok kiri bawah. Potret acuan untuk karya kolase yang dibuat. Eren sempat bertanya-tanya Rivaille mendapat foto itu dari mana. Kata-kata aku kenal kau dari gurumu dulu membuat Eren berhenti untuk tidak terlalu menyelidiki terlalu jauh.
Bisa saja guru itu dapat fotonya dari salah satu akun Kilogram temannya kan?
Eren segera meraih ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roomchat [HIATUS]
Fanfic"Dunia maya tempat yang misterius. Dunia dimana kita bisa mengarang apapun sesuka hati, tanpa perlu takut ketahuan berbohong." [Requested] [WARN: R18+ BXB, HAREM] Disclaimer: Hajime Isayama, slight Fujimaki Tadatoshi :> Cover cr © Artist