Part 2

1.5K 208 86
                                        

Riv.

Pagi, Jaeger

Bangun-bangun Eren tidak menyangka notifikasi Lime muncul. Dua hal yang tak biasa ia temukan. Pertama, Heichou yang mengirim. Kedua, ini jam lima pagi.

Eren gemetaran, hendak membalas. Jarinya pelan-pelan menekan keyboard, menghindari typo.

Eren Jaeger

Pagi juga, Heichou

Riv.

Baru bangun?

Eren Jaeger

Iya

Balasan selanjutnya membuat dada Eren terasa hangat, seiring dengan pipi yang sedikit merona kesenangan.

Riv.

Begitu

Semangat sekolahnya, ya

😊😊

Beberapa detik setelah mendapat pesan dan emotikon dari Heichou, Eren langsung melesat ke kamar mandi.

.

.

"Eren, kau tak apa-apa, kan?"

Sudah berapa kali Armin bertanya, sejak mereka bertiga beranjak dari kediaman Jaeger. Mikasa menghentikan topik pembicaraan karena diputus oleh si remaja Arlert. 

"Aku baik-baik saja, Armin. Kenapa dari tadi kau bertanya begitu terus?" sahut Eren mulai muak. 

Pemuda bersurai pirang tersebut melirik. Pemandangan seorang pria dewasa mengajak anak perempuan masuk ke dalam mobil di sebelahnya mengundang kekhawatiran Armin. Bukan keselamatan si anak karena ia tahu mereka berdua adalah bapak dan anak tetangga Eren.

"Oh." Mikasa mulai mengerti begitu ia melirik ke arah yang sama. 

"Aku takut mood-mu terganggu," lanjut Armin.

"Tidak semudah itu setelah aku disemangati seseorang, Armin!" Nada bicara Eren berubah ceria seketika.

Mikasa mendelik. Siapa yang bisa menyemangati Eren sampai ia bahagia begini? Pikirnya begitu.

"Heee... siapa?" tanya Armin penasaran.

"Ada, orang di Lime. Gara-gara dia, jam lima tadi aku langsung mandi," jawab Eren seraya membuka ponselnya, hendak menunjukkan.

Mikasa dan Armin mendekat. Balon kata berisi semangat dari Heichou dinampakkan lagi.

"Emotnya menjijikan," komentar Mikasa.

"Cuma ini, Eren?" Armin memandang heran.

"Iya. Tapi kan, disemangati orang asing itu rasanya jadi sesuatu yang membahagiakan, tahu! Ini seperti disenyumi oleh orang yang nggak kita kenal!" Eren berusaha membela.

Armin tersenyum kecil, manggut-manggut.

"Eren," Mikasa membuka suara, "Siapa cewek itu?"

"Ini?" Eren menunjuk nama akun Riv. di layar. "Aku nggak tahu dia cewek atau cowok. Orang asing yang katanya dapat kontakku dari guru di sekolah."

"Sekolah kita?"

Eren mengangguk.

"Beri aku kontaknya," Mikasa langsung merebut ponsel Eren.

Roomchat [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang