Part 8

966 140 25
                                    

Isi kepala masih menimang-nimang dua pilihan. Lakukan atau tidak. Keduanya berada dalam posisi seimbang. Meski belum ada keputusan, saraf jari Rivaille bersikukuh mengetik balasan untuk pemuda di seberang sana. 


Eren Jaeger

Permainan apa itu, Heichou?


Rivaille meneguk ludah. Gawat. Bocah itu sudah terlanjur penasaran. Salahnya sendiri yang tiba-tiba memancing. 


Riv.

Namanya RP

Temanku bilang banyak yang memainkannya

Kau pasti sudah tahu kan


Eren Jaeger

Oh roleplaying?

Boleh, Sir!

Tentang apa?


Nah lho. Ditanya tentang apa, Rivaille tak tahu pasti. Ide bermain peran inipun juga usul Hanji yang lebih kekinian dibandingkan ia yang kolot, saat bertanya topik pembicaraan yang pas untuk bocah SMA. Dia juga tidak terlalu mengerti selain garis besar permainan itu sendiri. 

Akhirnya, Rivaille membalas agar tak perlu memakai tema-temaan segala. Ia langsung menentukan setting. Di sebuah ruangan—anggap saja ruang keluarga. Tengah-tengahnya ada sofa hitam panjang yang menghadap layar LCD televisi. Soal waktu kesampingkan dulu sejenak.

Riv.

Kau bisa menganggapku perempuan kalau risih

Menganggap laki-laki juga boleh


Rivaille tak tahu di penghujung sana, bocah itu terkikik sambil mengetik balasan mengiyakan. Si pemuda Jaeger bergumam pelan, "Saya mana bisa begitu. Memangnya roleplay seperti apa sih, Heichou."

Mereka memulai permainan peran dengan Rivaille yang tengah membaca novel di sofa. Penasaran karena iris obsidian tak kunjung lepas dari lembar tersebut, Eren menghampiri, bertanya. Kehadiran si bocah berhasil membuat tatapan Rivaille beralih dan menutup bukunya. 

Hingga mereka sampai pada babak yang menjadi rencana Rivaille. 


Riv.

Eren, sini *menepuk paha*


Sejak percakapan dimulai, Rivaille masih dilema tata cara penulisan dialog RP. Hanji tak memberinya tutorial. Jadi jangan salahkan ia. 


Eren Jaeger

Kenapa Sir? *duduk di atas paha Heichou*

Roomchat [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang