Hukuman skors tersisa tiga hari lagi. Beberapa jam lalu, sang kapten mendapat kabar dari para anggota grup basket. Eren Jaeger resmi keluar—begitu kata mereka berdasarkan pertanyaan Sir Nile selaku guru pembimbing.
Ponsel pintar terhempas ke atas kasur. Surai cokelat keabuan diremas kuat-kuat. Ia menggeram murka. Murka kepada diri sendiri. Betapa bodoh, Farlan mengutuk berkali-kali. Bagaimana bisa perempuan yang ia cinta sejak lama dapat dilihatnya dari seorang lelaki? Obat jenis apa yang ditenggak malam sebelumnya?
Bel mendentang nyaring. Berdecak kesal, Farlan menyeret kaki ke arah pintu.
.
"Aniki enggak mau menjelaskan," Isabel membenahkan roknya. Kemudian duduk di atas karpet.
"Makanya kau ke sini, berharap aku beritahu semua?"
Isabel nyengir kuda. Jawaban membenarkan tersurat jelas sekali. Farlan mendesah berat. Berharap Isabel datang berniat menjenguk adalah kesalahan.
"Aku tidak mau kalau kau lapor-lapor ke orang tuaku. Mereka akan bertanya macam-macam nanti," Farlan mengambil setenggak air. "Dan aku terancam dipindahkan."
Perempuan bersurai kemerahan tertawa. "Tenang saja! Mulutku enggak seember itu kok!"
Sebagai seseorang yang mengenal baik sejak kecil, Farlan mendengus tak percaya. Sudah berapa banyak rahasia yang bocor gara-gara lambe Isabel?
Sementara perempuan itu repot-repot mendatangi rumahnya yang bertempat pada apartemen murah. Tentu hanya untuk memenuhi rasa penasaran tersendiri. Senang sih, tapi kalau alasannya Rivaille tak ingin memberitahu, rasanya gondok juga.
Lelaki itu diam sejenak. Sedikit tertunduk, ia menjawab, "Aku... nyaris menghilangkan sesuatu yang berharga."
"Apa itu apa?" Isabel beringsut mendekat. Maniknya membinar penuh tanya.
Ke... perjakaan? Kesucian?
Farlan tak mampu menjawab.
"Barang... kepunyaan cewek-cewek."
Untuk sesaat pria itu sangsi. Benar kan, Eren Jaeger kepunyaan para perempuan—dalam artian figur lelaki pujaan.
Sebuah seringai usil mengembang. Isabel menyikut-nyikut pinggang teman semasa kecilnya. "Berlagak bad boy macam di novel-novel nih ceritanya, sampai rela diskors sekolah. Enggak usah sampai mencuri barang cewek juga kali kalau mau caper."
Farlan mengelak, diam-diam menggeser posisinya perlahan. Dari pelipis meluncur butiran dingin, menurunkan suhu telapak tangan karena gugup. Apalagi jantungnya begitu berisik. Mana mau Farlan bila Isabel mengetahuinya.
Untunglah suguhan jus jeruk instan di seberang menarik perhatian si perempuan. Gelas itu diraihnya dengan sedikit menjauh, menyisakan setengah cairan.
"Oh iya aku mau cerita," Isabel membuka kunci ponselnya. "Jadi kemarin-kemarin Aniki minta bantuan aku buat bikin ini."
Farlan melongok, membelalak. Sebuah pigura kolase hasil akhir tampak di sana, menampilkan sosok seorang yang sangat ia kenal.
"Tumben dia mau repot bikin beginian," gumamnya.
Isabel mengangguk. "Soalnya dia pengin membujuk kenalannya biar mau masuk sekolah."
"Tapi kenapa Jaeger dan teman-temannya?"
"Ya karena si Jaeger ini yang mogok sekolah," Isabel beralih menatap Farlan. "Teman sekolahmu?"
"Mantan anggota klub basket, setahun di bawahku," ucapnya, mengingat kabar dari grup akan keputusan mutlak Eren yang keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roomchat [HIATUS]
Fanfiction"Dunia maya tempat yang misterius. Dunia dimana kita bisa mengarang apapun sesuka hati, tanpa perlu takut ketahuan berbohong." [Requested] [WARN: R18+ BXB, HAREM] Disclaimer: Hajime Isayama, slight Fujimaki Tadatoshi :> Cover cr © Artist