Kilas balik.
Menaiki mesin waktu menuju tiga hari yang lalu. Sabtu. Ruang kesehatan. Sprei putih ranjang dan seisinya kental akan bebauan obat. Tubuh pemuda itu bercondong padanya. Dekat, surai-surai kemerahan menggesek lembut rambut brunette. Sengaja sekali mengusir aroma obat-obatan dan menggantikannya dengan wangi khas tubuh rendah tersebut. Memang lebih dominan keringat, namun bisa terhirup pula aroma kolonye di kulitnya.
Selepas jeda sepersekian detik, dentum jantung memulai. Semakin lama semakin terdengar liar. Hembus nafas, suara yang keluar dari bibir tipis saat pria itu berbisik di depannya membuat gelombang detak naik-turun tak menentu. Semua masih bisa ia rasakan sampai detik ini. Bahkan menanti dan membalas pesan dari Heichou tak se-hype kemarin-kemarin.
Ah. Andai saja tak hanya untai rambut yang bersentuhan. Alangkah lezat bila bibir tipis itu meraup, menggigit, mengacak-acak miliknya hingga penuh oleh tali-tali saliva menjuntai....
Gawat! Masih pagi sudah memikirkan hal yang tidak-tidak. Eren sudah bisa merasakan pipinya menghangat tiba-tiba. Kesadaran jugalah yang memberitahu ia mengenai tatap, cekikik geli, dan kalimat "Imut sekali!" para siswi terhadapnya.
Kepala Eren langsung menunduk. Syukurlah bagian sana tak menggembung.
.
.
"Rivaille! Mohon bantuannya juga untuk yang ini! Nanti siang harus sudah selesai, ya."
Hanji sembarangan meletakkan setumpuk kertas di spasi kosong meja kerja Rivaille.
"Kali ini apa lagi?" Rivaille bertanya ogah-ogahan.
"Ini kumpulan laporan kegiatan bulan lalu. Tolong dijadikan arsip ya!"
Rivaille mengambil salah satu lembar dari tumpukan tersebut. "Ini seharusnya kerjaan Petra, kan? Kenapa bukan kau yang mengerjakan?"
"Aku juga mengerjakan bagian dia yang lain! Ingat, berbagi itu indah, Rivaille! Sharing is caring!"
"Oi, aku juga harus mengurus dokumen yang diminta Sir Shadis, dan itu harus dikumpul sebelum jam makan siang!"
Begitu menoleh, ia mendapati Hanji sudah berlari kabur sambil menjerit bahagia. Wanita berkuncir kuda itu tetap tertawa-tawa ketika berhasil membuat Rivaille melontarkan kalimat caci-makinya dari kejauhan.
Terpaksa pria tersebut harus terus berkutik di depan layar komputer. Setidaknya sampai jam makan siang selesai.
Walau begitu, ponsel di sudut meja tetap menjadi pusat perhatian Rivaille. Berharap lampu notifikasi hijau itu berkelap-kelip. Berharap layar gelap itu mendadak terang memunculkan kotak balasan dari Eren Jaeger.
Sebab tak seperti biasa Eren belum membalas pesannya sejak semalam. Dan belum ada sehari, setengah mati merasa kangen.
.
.
Rivaille bukan tipe orang yang suka spam. Salah satu fakta yang paling Eren ingat sampai kapanpun.
Sepanjang pelajaran, isi kepala pemuda itu terbagi. Pertama untuk kelakuan kapten Rakuzan tiga hari silam. Kedua untuk chat Rivaille. Sisanya penjelasan materi oleh Erwin di depan.
Bel istirahat berbunyi. Sekali lagi ia membuka daftar percakapan. Kolom nama Riv. belum menempati posisi teratas, tanda tak ada notifikasi.
Eren menghela nafas kecewa. Ia mengeskrol ke bawah. Matanya membulat. Buru-buru Eren menekan salah satu kolom percakapan dan mengetikkan balasan.
![](https://img.wattpad.com/cover/117392902-288-k928065.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Roomchat [HIATUS]
Fiksi Penggemar"Dunia maya tempat yang misterius. Dunia dimana kita bisa mengarang apapun sesuka hati, tanpa perlu takut ketahuan berbohong." [Requested] [WARN: R18+ BXB, HAREM] Disclaimer: Hajime Isayama, slight Fujimaki Tadatoshi :> Cover cr © Artist