Part 20

557 74 33
                                    

Patung replika ikan hiu bertuliskan 'Stoquarium' berdiri di tengah halaman depan. Tepat di hadapan Eren yang bengong sesaat, masih tak mengerti dengan tangan lain yang menggenggam.

"A-anu!" Eren melepas pegangan secara sepihak. Ia segera merogoh dompet, melirik sejenak isinya. "Tiket itu, berapa harganya?"

Rivaille mengerling. "Tak perlu diganti. Aku pun dapat gratis dari si penipu."

Pria bermarga Ackerman itu berhasil memancing rasa penasaran Eren. Tampak dari langkah pemuda tersebut yang lebar-lebar—berusaha bersanding di sebelah Rivaille. "Maksud Anda? Anda kenal dengan si pelaku?"

"Dia temanku," aku Rivaille, "dan bukan hanya kau. Aku juga dibohongi olehnya."

Eren manggut-manggut seiring dengan tapak yang membawa raga memasuki gedung. Cahaya minim penerangan dari lampu neon, lewat sinar akuarium kaca berukuran paling besar di tengah atrium. Iris Eren melebar. Dirinya sukses ditelan rasa takjub.

"Kau mau lihat ke sana?" Rivaille menunjuk kaca transparan raksasa yang ada di seberang mereka.

Eren mengangguk setuju. Tanpa sadar tungkai jenjangnya bergerak lebih cepat mendahului Rivaille. Genggaman mereka terlepas.

Ikan-ikan kelas hiu kecil berseliweran mengibas ekor dalam air tepat ketika Eren menjejak beberapa meter di depannya. Fokusnya berganti terus, antara ikan yang lewat dan papan informasi kecil yang tersedia.

Ia menarik ponsel dari dalam saku. Memotret hewan-hewan tersebut untuk diunggah ke Kilogram. Mikasa dan Armin pasti ikut kagum melihatnya!

Dari belakang, Rivaille berjalan mendekat. "Sini kufotokan."

"Ah, enggak! Saya sudah selesai kok foto-fotonya!" sangkal Eren, cepat-cepat mengantungi ponselnya. "Kita harus cari pelakunya dulu!"

Lagi-lagi Rivaille harus menyusul langkah pemuda tersebut. Mereka bersebelahan kembali, menuju arah lorong berlapiskan kaca akuarium. Tubuh bawah ikan pari menyambut dengan mulut yang seolah tersenyum.

"Tadi Anda melihat pelakunya? Dia ke arah sini?" tanya Eren. Sesekali mengamati jalan yang mereka susuri.

Rivaille menggeleng. "Aku cuma mengikutimu. Biar kita bisa cari sama-sama."

Eren mendengung. Entah mengapa Rivaille bisa merasakan kekecewaan dalam nadanya.

"Oh iya." Mereka berhenti sejenak di pinggir. Eren menyodorkan tangan. "Saya Eren Jaeger. Dan Anda ...?"

Di balik kacamata hitam Rivaille mengernyit. Seharusnya tak perlu lagi mereka berkenalan—ia mengucap dalam hati. Ada buah pikiran di mana Rivaille akan memalsukan nama menjadi Asep, tapi ia urungkan.

"Rivaille." Pria itu menyambut, membalasnya erat.

Dia tidak tahu nama ini. Aku yakin.

Mata Eren membesar. Rasa familier menjalar. Nama Rivaille sangat mirip dengan seseorang yang saat ini ruang obrolannya tertimbun. Sedangkan Rivaille menegang. Tanda-tanda itu—ia tidak menduga Eren tahu.

Sangsi, Eren bertanya, "Anu maaf, apa Anda ... pemilik akun Riv. di Lime?"

Genggaman lepas secara sepihak. Rivaille semakin menurunkan topinya, menaikkan letak kacamatanya. Untuk suatu alasan, dada mencelus lega. Dia tidak tahu.

"Kalau ... benar?"

Mulut menganga, bertambah lebar, tanpa bisa menahan keterpanaan. Seketika keluar aura cerah, nyaris menerangi seisi atrium.

Roomchat [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang