Chapter 18

349 51 25
                                    

"Ibu jangan lakukan itu."

Jimin memegangi kedua tangan ibunya yang sedang menatapnya kesal.

"Ibu tidak akan melakukan itu kalau kau mau menjauhinya." Nyonya Park menarik tangannya dari genggaman Jimin.

Jimin menghela nafas panjang. Kenapa ibunya tidak pernah mengerti situasi yang sedang terjadi sih. Padahal Jimin sudah berulang kali menjelaskannya.

"Tidak bisa bu. Aku sudah berteman dengan Yoongi hyung sejak SMA dan ibu tau sendiri dia membutuhkanku." Jimin berusaha menjelaskannya lagi pada ibunya yang tak pernah memberikan kepercayaan pada Min Yoongi.

"Temannya kan bukan hanya kau! Ibu hanya mencemaskanmu!" Sahut ibunya kesal sambil menekuk kedua tangannya di dada.

"Tenanglah bu. Tidak ada yang perlu dicemaskan. Jimin baik-baik saja." Ucap Jimin kemudian berdiri dari tempat duduknya.

"Lihat, aku baik-baik saja bukan? Masih sehat dan tampan seperti biasanya kan?" Katanya lagi sambil menyibak poninya ke atas seperti biasanya.

Nyonya Park tertawa pelan melihat kelakuan anaknya. Ia kemudian mengangguk pelan.

"Baiklah-baiklah kau menang lagi, ibu selalu kalah jika berdebat denganmu seperti ini." Nyonya Park menghembuskan nafas pelan kemudian berdiri.

"Ibu sudah mau pulang?"

"Ya, ibu mau pergi ke reflexiologi." Ucapnya sambil berjalan ke arah pintu cafe diikuti Jimin.

"Kenapa ibu pergi kesana?"

"Aku harus menenangkan pikiran karena anakku sendiri tidak mendengar ucapanku." Nyonya Park melirik Jimin kesal.

"Ibu jangan mulai lagi." Jimin menghela nafas panjang.

"Arraseo! Arraseo! Ibu pergi dulu." Ucap Nyonya Park sambil berjalan ke arah mobil yang pintunya sudah dibukakan oleh supir pribadi.

"Ne eomma. Hati-hati di jalan." Jimin melambaikan tangannya sampai mobil yang dinaiki ibunya menghilang di sudut jalan. Pria itu menghembuskan nafas lagi.

Sudah berapa kali ibunya datang ke cafenya hanya untuk mengingatkan pria itu untuk menjauhi Yoongi. Sudah berapa kali juga Jimin menolaknya dengan tegas. Baginya pertemanan lebih penting dari keselamatannya sendiri.

"Jimin hyung!" Sesorang meneriaki namanya dari sebrang jalan.

Terlihat Jungkook berjalan mendekatinya sambil tersenyum.

"Jungkookie? Kenapa kau disini? Bukannya ini masih jam sekolah untuk tingkat akhir?" Sahut Jimin sambil melirik arloji merk Gucci nya.

Jungkook hanya tertawa pelan sambil menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tak gatal.

"Bolos untuk sehari saja tidak masalah kan?" Ucapnya sambil berjalan memasuki cafe diikuti Jimin.

Jimin hanya bisa menggeleng pelan melihat kelakuan Jungkook. Tapi ia tak bisa melarangnya.

Jungkook bukan orang yang bisa di nasehati, mungkin nasehat yang selama ini ia dengar hanya masuk kuping kanan keluar kuping kiri.

"Kau mau minum apa, biar ku buatkan."

"Wah, hyung peka juga. Kebetulan aku haus, Vanila Latte nya satu ya." Ucapnya sambil terkekeh pelan kemudian duduk di salah satu bangku yang tersedia.

"Oh iya, jangan lupa whip creamnya yang banyak ya hyung." Katanya lagi.

Jimin tetawa pelan sebelum akhirnya berjalan ke mesin kopi untuk membuat pesanan.

LOCKED (min yoongi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang