Chapter 26

663 44 21
                                    

Nari POV

"Apa Yoongi membenci ayahnya?"

Jimin mengalihkan pandangannya begitu mendengar pertanyaanku. Ia menegak kopinya sekaligus mengabaikan rasa panas yang menjalar melalui rongga mulutnya. Terlihat jelas sekali jika ia menghindar untuk menjawab.

Ia melirikku sekilas, "Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?"

Aku harusnya sudah bisa menduga, tentu saja bagi Jimin pertanyaan ini adalah pertanyaan yang cukup sulit untuk dijawab.

"Oke, abaikan saja pertanyaanku tadi. Maaf sudah bertanya seperti itu." Aku membungkukan badanku menyesal.

Jimin memekik terkejut melihatku membungkuk, "Tidak−, bukan itu maksudku. Aku... aku hanya terkejut tiba-tiba kau mengajukan pertanyaan seperti itu." Jimin menarik napas panjang sambil menatapku dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Gwenchanayo. Aku mengerti."

Aku memutuskan untuk melangkah pergi setelah berpamitan padanya. Tapi ia menahan tanganku lebih dahulu.

"Aku akan memberitahumu."

Aku membalikkan badanku dan memusatkan fokusku padanya. Ia menarik napas seakan mengumpulkan kekuatan untuk meyampaikannya.

"Ya, kau benar. Yoongi membenci ayahnya."

Aku mendesah pelan, "Seberapa benci?"

"Benar-benar benci. Bukan seperti saat ia membenci badut-badut taman hiburan, bukan saat ia membenci makanan-makanan manis. Lebih dari itu." Ia menarik napas sebentar.

"Benci sampai kau ingin orang itu hilang dari kehidupanmu. Lenyap dari pandanganmu dan mati dalam ingatanmu."

Aku cukup tertegun mendengarnya. Seakan aku juga bisa merasakan kebencian yang Yoongi rasakan. Bulu kudukku merinding dan entah kenapa kepalaku tiba-tiba terasa pusing.

Aku mulai paham. Seberapa benci Yoongi terhadap kesalahan ayahnya. Siapapun akan merasakan hal yang sama jika memiliki masa lalu yang buruk seperti itu. Walau sang ayah sudah ingin berubah mau bagaimanapun Yoongi seperti tidak akan pernah bisa memaafkannya.

Ada rasa ganjal di hatiku, sesuatu yang buruk pasti pernah di lakukan ayah Yoongi terhadapnya sehingga sudah bertahun-tahun berlalu tetap tidak bisa dilupakan.

Rasa ingin bertemu dengan kakakku membuat ego mengambil alih diriku dengan memanfaatkan orang lain. Dan tentu saja membuatku merasa sangat buruk.

Apa aku sejahat itu? Bukankah aku pernah mengatakan bahwa aku menyukainya? Lalu mengapa aku melakukan hal seburuk ini?

Aku melirik jam yang tepajang di dinding restoran sambil bergerak gelisah. Jam sudah menunjukan pukul 7.30 dan itu artinya setengah jam lagi Min Jun Ki-ayah Yoongi- akan segera tiba.

Ini salah. Aku harus mengakhiri ini semua. Aku tidak bisa membohongi Yoongi seperti ini, aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri. Sebesar apapun aku ingin bertemu dengan kakakku, tetap saja ini adalah cara yang salah.

Aku menoleh terkejut ketika melihat Yoongi sedang berjalan kearahnya. Ia menatapku tajam dengan napas yang sedikit terengah.

"Gwaenchana?" Yoongi mengeluarkan pertanyaan diluar dugaanku. Dia tidak seharusnya mengkhawatirkanku.

"Aku sekarang mengerti kenapa porsi makan satu orang bisa seharga 50.000 won." Ia menggeleng menatap keseluruhan interior restoran, "Sepi sekali." Ucapnya lagi seakan berbicara sendiri.

"Sunbae, Uri Gapsida*." Aku menarik lengannya dengan cepat. Waktu hanya tersisa 20 menit lagi sebelum Jun Ki tiba.

(*Uri Gapsida : Ayo pergi dari sini)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOCKED (min yoongi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang