Chapter 20

329 54 8
                                    

Song Nari POV

Sejak kejadian yang tidak cukup
mengenakan itu terjadi dan meninggalkan goresan dalam ingatan membuatku menghindar diri serta bersembunyi karena takut bertemu dengan pria itu. Sebenernya kata takut bukanlah kata yang tepat, rasa kesal dan marah mungkin terdengar lebih tepat.

Berbagai macam cara sudah ku coba agar tidak bertemu dengannya. Mulai dari menahan diriku untuk tidak pergi kekantin saat makan siang, pulang lewat jalur berbeda karena jalur yang biasanya ia gunakan melewati Fakultas Kedokteran serta menata ulang jadwal part-timenya di Cafe milik Jimin agar tidak terjadinya pertemuan pada jam-jam tertentu.

Jimin sudah tahu alasanku mengubah jadwal, namun ia belum mengetahui cerita dibaik alasanku mengubah jadwal, karena yang aku tahu Jimin dan Yoongi berteman baik. Entah jika aku menceritakannya Jimin akan membela Yoongi atau membelaku, yang jelas aku tak mau masalah ini semakin diperpanjang . Cukup aku, Yoongi dan Tuhan saja yang tahu.

Jimin berjalan mendekatiku yang sedang membereskan meja kasir, jam sudah menunjukan pukul tengah malam pertanda cafe sudah harus tutup.

"Sepertinya kau bisa kembali ke jadwal semula, kau tidak akan bertemu Yoongi hyung untuk beberapa waktu." Katanya padaku. 

Waktu mendengar itu seharusnya aku senang karena tidak perlu susah payah lagi menghindar apalagi memutari fakultas saat pulang karena aku akui itu sungguh melelahkan. Sayangnya ekspresi Jimin saat mengatakan kalimat itu padaku membuat hatiku tidak tenang.

Jimin memasang wajah yang terlihat frustasi dengan segurat kecemasan didalamnya. Pria itu mengacak rambutnya kasar sambil menghembuskan nafas panjang.

"Apa ada masalah?" Tanyaku tiba-tiba. Sial kenapa aku bertanya?

"Nari-ya, Yoongi hyung menghilang." 

Aku nyaris ambruk saat Jimin mengatakan hal itu, kakiku terasa lemas dan tenggorokanku terasa kering. Rasa kesal dan marah yang sempat aku emban berubah begitu cepat menjadi rasa khawatir yang berlebih. Tentunya menimbulkan tanda tanya besar dalam diriku. Kenapa aku beraksi berlebihan seperti ini?

"Kau baik-baik saja?" Jimin menatapku khawatir karena perubahan sikapku.

"Sunbae sudah menghubunginya?" Tanyaku khawatir tak mengindahkan pertanyaannya.

"Tidak ada yang bisa menghubunginya untuk sekarang ini. Ponselnya tidak aktif."

"Kapan terakhir Sunbae menghubunginya?"

"Taehyung baru saja menghubunginya lagi tadi, tapi ponselnya tidak aktif." Ucapnya sambil menghela napas panjang, kemudian ia menatapku dengan tatapan yang tak bisa kutebak.

Aku berusaha menghindar kontak mata dengannya karena aku merasa Jimin sedang menyelidiki sesuatu dari diriku. Aku melepas apron yang kupakai kemudian berjalan cepat untuk menggantungkannya - ia masih menatapku dengan pandangan itu - kemudian aku mengambil tasku di loker sebelum akhirnya berjalan lagi kehadapan Jimin.

"Waktu kerjaku telah selesai, aku pulang duluan sunbae." Aku membungkukkan badanku kemudian berjalan cepat meninggalkannya. Namun tangan besar Jimin menarik pergelangan tanganku membuatku menoleh padanya.

"Song Nari... Aku...Aku benar-benar minta maaf tapi bisakah kau menceritakan padaku apa yang terjadi malam itu?" 

Pertanyaan yang keluar dari mulut Jimin membuatku terdiam membisu. Aku ingin memberitahunya tapi aku baru sadar bahwa aku tidak bisa.

"Tidak ada apapun yang terjadi malam itu." Jawabku sambil menunjukan senyum palsu.

"Nari-ya, tolong jangan membohongiku. Sudah seminggu ini kau berperilaku aneh dan sekarang Yoongi hyung juga menghilang." Nada bicara Jimin mulai terdengar frustasi. Aku tahu ia yang menemukanku menangis di pinggir Sungai Han waktu itu dan aku tahu juga seberapa penasarannya dia tentang hal ini. Namun aku tidak sangup untuk mengakatakannya.

LOCKED (min yoongi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang