"Disinilah aku, merindumu yang merindunya"
-
Monday November 20 2017
-
Senin pagi yang cerah. Aku rasa. Mentari pagi bersinar terang. Awal yang bagus memulai hari yang baru dan lupakan masa lalu. Masa lalu yang pahit tentunya.Entah mengapa pagi ini menjadi tak biasa. Pagi yang sudah membuatku tak enak hati. Terlihat pemandangan antara Si Tampan dan Si Cantik di depan sana. Ya, kau dan dia. Tak enakkan?.
Sekitar 1 jam yang lalu upacara selesai. Aku melihatmu sedang asik berbincang dengan sahabat karibmu. Sebut saja ia Si 44. Entah mengapa panggilannya seperti itu, mungkin karena aku memanggilmu Si 43. Sepertinya pembicaraanya sama dengan yang aku lihat sebelumnya. Tapi aku masih tidak tahu apa yang sebenarnya kalian bicarakan.
Mencoba menghiraukan kejadian tadi, aku kembali ke dalam kelas seorang diri. Aku menghampiri kawan sebangku ku. Sebut dia 18. Aku duduk tepat di sebelahnya.
Tiba-tiba Si 18 itu berkata "Mereka berdua cocok ya!" Sambil melirik ke tiga bangku di depanku. 'Siapa?' ucapku dalam hati. Oh, Ternyata terlihat pemandangan antara Si Cantik dan Si Tampan. Aku mencoba memahami kata-kata Si 18 tadi dan aku diam seribu bahasa. Entah apa arti diamku itu.
Selang beberapa menit kemudian aku menjawab. "Iya". Ya, sesingkat itu. Mengucapkannya dengan intonasi yang tak dapat diartikan.
Berdasarkan apa sebenarnya Si 18 itu mengatakan bahwa kau dan dia itu cocok. Mungkin karena kelihatannya, tadi kau lama berbicara dengannya.
Apa ini yang dinamakan dengan cemburu?. Sebenarnya apa definisi dari cemburu itu?. Tanda cinta? Maaf menurutku definisi cemburu tak se-mainstream itu. Kau hanya bisa membuat Hormon Oxytocin-ku naik saja.
Setelah kejadian beberapa menit yang lalu. Aku lekas pergi--untuk menurunkan Hormon Oxytocinku-- dan meninggalkan Si 18. Aku pergi menuju perpustakaan sekolah yang berada di sebelah aula sekolah. Keadaan perpustkaan hari ini sangat sepi.
Suasana hatiku sedang buruk, jadi aku mencoba memperbaikinya dengan buku-buku disini. Terpilihlah buku karya penyair terkenal Sapardi Djoko Damono, berjudul Hujan Bulan Juni. Siapa yang tak kenal dengan puisi terkenal itu.
Membacanya dengan saksama dan mencoba memahami arti secara rinci isi dari buku ini. Menurutku memahami isi buku ini tak sesulit memahami isi dari hatimu. Akan kuberi tahu puisinya.
"Hujan di bulan Juni"
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
Maaf saja aku tak bisa setabah, sebijak, dan searif hujan bulan juni.
KAMU SEDANG MEMBACA
rendezvouz [SELESAI]
General FictionHarus berhati-hati dengan pikiran logis dan perasaan hati. Itu yang harus dijalani Rinjani Satyarana Kinnas dalam proses melupakan seorang laki-laki, Aksara L. Agara Putra yang merupakan cinta lama dan pertama Rinjani. Di sisi lain ada seorang laki...