"Pada akhirnya langit juga tahu siapa yang kusebut dalam do'aku."
-
Monday, March 19 2018
-
Setelah kejadian kemarin, aku mulai tersadar kembali bahwa memang kecil harapan untuk mendapatkanmu. Rutinitasku pasti berantakan, karena disetiap do'a dalam sholatku tak luput untuk menyebutkan namamu. Merapalkan namamu dengan benar dan pasti, walau sebenarnya Tuhan pun mengerti siapa yang aku maksud.
Kalau memang kau bukan untukku, harap harap doaku ini bisa menggantikan nama sebelumnya dengan namaku di Lauh Mahfuz sana.Waktu itu aku pernah mencurahkan isi hatiku kepada salah satu sahabat karibku. Hampir semuanya, termasuk tentang kau. Jadi, dia orang pertama yang tahu jika aku telah jatuh padamu. Eh, tunggu. Mungkin kedua lebih tepatnya, karena yang pertama adalah Si 182. Ah, iya jadi teringat. Kira-kira kabar Si 182 bagaimana ya?. Apa dia masih setia menungguku sampai saat ini?. Jika ya, aku kasihan kepadanya karena dia telah menunggu seseorang yang tidak menaruh hati padanya sedikitpun. Sebenarnya selain alasan yang pertama aku menolaknya, ada alasan lain yang membuatku ragu-ragu. Dia memang benar-benar jatuh kepadaku atau dia hanya kasihan melihatku tersakiti seperti ini terus. Mungkin alasan kedua lebih tepat.
Sampai pada saatnya aku bertanya pada diriku sendiri. "apakah aku pantas untuk mencintai?". Entah kapan pertanyaan itu akan berhenti berputar dalam pikiranku. Banyak orang beranggapan bahwasannya cinta adalah diatas segala-galanya, dan membuat orang itu lupa akan 'daratan' dan mungkin itu yang membuat banyak orang beranggapan bahwa cinta itu buta.
Prinsipku begini. Bagaimana kamu mau mencintai orang lain, sebelum kamu mencintai dirimu sendiri terlebih dahulu. Tapi itu tak mudah, walaupun aku yang menanamkan prinsip itu sendiri. Itu terjadi kalau kita masih punya cinta dan hal yang sangat mudah untuk dilakukan. Berbeda keadaan disini aku merasa cinta yang aku punya sudah tergantikan oleh rasa sakit. Mungkin 64% terisi oleh rasa sakit semua.
Berdiam sendiri dikamar adalah hal yang terbaik untuk saat ini. Melepas kepenatan yang akhir akhir ini menyulitkanku.Matahari telah tenggelam dengan sempurna beberapa menit yang lalu. Adzan maghrib dikumandangkan oleh muadzin dengan lantang dan merdunya. Langsung aku beranjak dari kasur dan segera berwudhu. Menunaikan sholat maghrib dengan khusyuk dan mulai 'berkomunikasi' dengan Tuhanku. Memang selama ini tidak ada yang aku percayakan, sekalipun ibuku, keluarga, dan sahabatku. Hanya Allah yang menjadi tempatku mencurahkan segala keluh kesahku.
menyesal walau sedikit
KAMU SEDANG MEMBACA
rendezvouz [SELESAI]
Fiction généraleHarus berhati-hati dengan pikiran logis dan perasaan hati. Itu yang harus dijalani Rinjani Satyarana Kinnas dalam proses melupakan seorang laki-laki, Aksara L. Agara Putra yang merupakan cinta lama dan pertama Rinjani. Di sisi lain ada seorang laki...