#6

211 14 1
                                    

" Hate and forget you is not easy, as you know"
-
Wednesday, November 15 2017
-
Mungkin kau tidak ingat akan pertemuan kita yang pertama. 3 tahun yang lalu tepatnya, sekitar 3 bulan sebelum masuk sekolah yang baru. Hari itu aku menghadiri acara workshop pendidikan.

Aku datang seorang diri. Acara di mulai sekitar pukul 11.00 dan sekarang jam masih menunjukkan pukul 10.00, jadi aku masih mempunyai waktu sedikit untuk santai. Waktu senggangku, aku gunakan untuk berkeliling tempat tersebut.

Kejadian itu terjadi sekitar pukul 10.30 pagi di gedung pertemuan yang cukup terkenal. Tepatnya di ruang galeri tempat tersebut. Aku melihat siluet seseorang di balik gordyn jendela ruangan.

Tak aku hiraukan siluet itu, berlagak​ normal seperti biasanya. Terpampang foto-foto karya fotografer amatir. Sama halnya dengan diriku saat ini, mencoba memahami apa arti rasa ini sebenarnya. Aku adalah seorang amatir.

Masih ingat jelas dengan kata - kata penulis terkenal ini. Tere Liye. Begini katanya "Lupa itu adalah saat kita mengingat hal yang menyakitkan dengan tersenyum. Benar - benar tidak ada lagi sakit hati atau penyesalan"

Tapi, mungkin aku takkan pernah lupa akan hal itu. Dan itu berarti masih ada rasa sakit hati atau penyesalan. Entahlah. Berbicara tentang penyesalan dan sakit hati, apa persamaan dari dua hal tadi? Sama-sama pahit. Menurutku.

Aku tertarik dengan satu potret. Potret dimana seorang gadis duduk termenung di bukit, dengan bertahtakan bintang-bintang angkasa. Misterius dan dingin. Aku merasa bahwa gadis itu menggambarkan sosok diriku. Mengapa?. Karena pada saat itu aku sedang mengharapkan kefanaan menjadi ada.

Aku sentuh lembut potret itu. Tertulis di pojok kanan bawah '43', entah apa maksud angka tersebut. "Kadang yang terlihat hanya sebuah paradoks semata". Tiba-tiba​ suara bariton yang  dulu sangat asing bagiku bersuara. Aku menoleh, kau melihatku dengan tatapan penasaran. Aku rasa.

Melihatmu memakai kemeja putih panjang dikeluarkan dan digulung sampai siku beserta jeans hitam panjang, seperti ada sesuatu mengganggu indera penglihatanku ini. Ah sudahlah.

"Dan kefanaan yang terjadi hanya sebuah kehampaan, yang sebagian orang harap bisa menjadi ada. sama halnya dengan gadis ini, mungkin dia tahu ini hanya sebuah kefanaan tapi dia duduk diam termenung mengharap kefanaan itu menjadi ada".
Balasku.

Jam sudah menunjukkan pukul 10.50, yang artinya aku harus bergegas pergi ke tempat acaranya. Kau masih diam memikirkan kata-kataku tadi. Aku berlalu meninggalkanmu tanpa pamit.

Dari jarak 5 meter, samar-samar​ aku mendengar kau bicara pelan. Menarik. Entahlah aku rasa itu yang ku dengar. Dan pertemuan pertama kau dan aku berakhir disini. Aneh. Dan baru sekarang aku sadar, jika rasa ini bisa tumbuh dengan siapa saja, dimana saja, dan entah kita tak tahu kapan.

Ingatkah kau?

rendezvouz [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang