" And maybe now, I realize that I am not worthy of you"
-
Wednesday November 1 2017
-
Mundur?. Mungkin itu pilihan terbaik. Aku cukup bahagia melihatmu tertawa lepas. Walau alasanmu tertawa bukan karenaku lagi. Tempatku telah tergantikan olehnya. Olehnya yang serba lebih dariku.Jam istirahat, free class, waktu senggang, sampai belajar pun. Kau terlihat selalu bersamanya. Bisa apa aku, jika kau terlihat sangat nyaman dengannya, hingga tak ingat waktu dan bukan hak-ku untuk melarang.
Sedikit rasa kesal dan jengkel. Sudah pasti.Nyaman. Satu kata berjuta makna. Entah nyaman terhadap suasana, nyaman terhadap tempat, atau nyaman terhadap seseorang. Ini yang terjadi padamu, nyaman terhadap seseorang. Tapi sayangnya, aku belum berhasil membuatmu nyaman terhadapku.
Aku melihatmu dari tempat dudukku sedang berada di barisan belakang, sedang asik berbincang dengannya. Perbincangan yang sebenarnya malas aku dengar, hanya bisa membuat hatiku panas. Apa peduliku?, Masa bodoh dengan itu.
Kau dan aku berdua tertawa lepas, berbincang tak ingat waktu, segala topik dibahas, tapi sekarang? Hanya sekedar angin lalu. Telah tiba saatnya, melupakan semua yang pernah terjadi.
Tapi melupakanmu bukanlah hal yang mudah. Tak semudah kau menggantikanku dengannya.
Disitu terlihat kau yang dulu telah kembali. Kembali bangkit, bangkit dari kejadian lalu. Tapi aku bahagia melihatmu kembali seperti semula lagi. Teringat lagi aku akan kejadian empat hari yang lalu. Hari sumpah pemuda.
Sebenarnya tidak ada sangkut pautnya dengan kau. Di hari itu sekolah libur, jadi aku tak melihatmu. Seharian di habiskan hanya untuk memikirkanmu, yang entah memikirkan siapa. Mungkin dia.
Sabtu pagi yang normal, seperti biasanya. Di sambut mentari dan suara kicau merdu burung ceria. Sampai tiba-tiba aku melihatmu. Mengapa bisa? Entah. Pagi yang sudah membuatku berkeringat.
Di situ terlihat kau kelelahan setelah jogging pagi, sambil memegang sebotol air mineral. Menurutku bahagia itu sederhana. Melihatmu setiap saat itu cukup bagiku. Walau sakit terasa.
Memang mencintai dalam diam tak semudah teorinya. Dibutuhkan perjuangan, pengorbanan, dan kesabaran yang extra. Seperti yang terjadi padaku belakangan ini, melihat kau dengannya. Tak apalah, lagi pula kau dan aku hanya teman. There are no rules. Just a friend to you.
Aku (n.) yang tergantikan

KAMU SEDANG MEMBACA
rendezvouz [SELESAI]
General FictionHarus berhati-hati dengan pikiran logis dan perasaan hati. Itu yang harus dijalani Rinjani Satyarana Kinnas dalam proses melupakan seorang laki-laki, Aksara L. Agara Putra yang merupakan cinta lama dan pertama Rinjani. Di sisi lain ada seorang laki...