#11

129 8 2
                                    

"Think of me in the depths of your despair"
-
Thursday, January 4 2018
-
Hari ini masih dalam masa liburan, tapi tinggal menghitung hari lagi untuk masuk ke sekolah. Dan segera bertemu dengan kau.

Libur tahun ini aku memutuskan untuk tetap berada di rumah saja. Selama 2 minggu liburan, waktuku sebagian besar aku gunakan untuk meghabiskan stok buku-buku yang terbengkalai--belum dibaca-- sejak aku aktif di organisasi HRHPA.

Barusan aku telah selesai membaca novel yang cukup terkenal karya Ika Natassa. Critical Eleven. Kalau ditanya bagian yang paling aku favoritkan dari Novel ini, akan ku beri tahu. Bagian yang paling favorit menurutku adalah bagian dimana dijelasakan arti Critical Eleven itu sendiri.

Dalam dunia penerbangan dikenal dengan istilah critical eleven, sebelas menit paling kritis di dalam pesawat-tiga menit setelah take off dan delapan menit sebelum landing. Ini melihat dari statistik yang mengatakan 80 persen kecelakaan pesawat umumnya terjadi dalam rentang waktu 11 menit itu.

Sama halnya dalam sebuah hubungan. Tiga menit pertama kritis sifatnya karena saat itulah kesan pertama terbentuk, lalu ada delapan menit sebelum berpisah-delapan menit ketika senyum, tindak tanduk, dan ekspresi wajah orang tersebut jelas bercerita apakah itu akan jadi awal sesuatu ataukah justru menjadi perpisahan.

Aku mengutip sedikit dari novel itu. Hal menarik sebenarnya untuk dibahas. Critical Eleven dalam hidupku mungkin baru setengah berjalan. Baru 3 menit pertama yang aku rasakan.  Terciptanya kesan pertama. Kau harus tahu apa kesan pertamaku padamu.

Dalam 3 menit pertama itu, Aku merasa kau itu dingin layaknya kutub utara. Ekspresi wajahmu tak terbaca, tapi menarik untuk 'dibaca' dan yang membuatku terkesan adalah tatapan matamu, kadang tajam bak pedang yang baru di asah kadang sayu bak es yang meleleh terkena panasnya api yang membara.

Tapi, 8 menit terakhir belum terjadi. Akankah terjadi sebuah Perpisahan? Atau malah akan menjadi awal dari 'sesuatu', Ah entah. Empat hari lagi aku akan berjumpa dengan kau. Entah 'kejutan' apalagi yang akan terjadi.

Kau ingat, dengan percakapan antara kau dan aku yang terjadi setahun lalu itu?. Ah pasti tidak. Asal kau tahu sampai detik ini aku masih penasaran siapakah sosok beruntung itu sebenarnya, yang sampai-sampai mengharuskanmu bangkit.

Kalau boleh aku menebak-nebak, pasti sosok itu sangat - sangat berarti dalam kehidupanmu. Terpikir lagi, masihkah kau dengan dia?, ataukah dia hanya menjadi pelarianmu saja?.

Asal kau tahu, menjadi pelarian itu tidak enak. Kenapa? Karena seperti layaknya pelari yang berlari diatas lintasan lari, ketika ia sudah mencapai garis finish, kemungkinan besar ia akan melupakan lintasan dan melakukan selebrasi. Nah, yang jadi Pelarinya itu kau, lintasannya ibaratkan saja dia dan yang menjadi garis finishnya adalah sosok itu, selebrasinya?, Ibaratkan saja seperti cerita-cerita dongeng yang pasti berujung dengan happily ever after. Seolah-olah​ dia hanya 'menjembatani' anatara kau dan sosok itu. Menyakitkan bukan?. Tapi, aku masih yakin kau bukan​lah tipe orang yang seperti itu.

Jangan patahkan keyakinanku itu atau nanti akan menjadikannya sebuah ragu.

rendezvouz [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang