Vor dem Ende

54 4 0
                                    

Setelah wejangan dari nenek, keesokan harinya gue langsung pergi ke destinasi yang ada gue sebutkan sebelumnya. Dan langsung gue lanjutkan ke Jogja buat ke Taman Sari aja.

Taman sari adalah kebun keraton sejak masa Sultan Hamengku Buwono I (HB I) pada tahun 1758-1765. memiliki luas lebih dari 10 hektare dengan sekitar 57 bangunan baik berupa gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, maupun danau buatan beserta pulau buatan dan lorong bawah air.

Disana gue di temani oleh Ayu, teman lama gue. Dia bukan orang asli sini sebenarnya tapi saat ini dia kuliah di salah satu universitas negri disini. Dia mengambil jurusan kedokteran, gue memikirkannya saja udah pusing. Kebetulan dia lagi libur makanya dia menawarkan untuk menjadi tour guide dadakan disini.

"Serius ke Tamansari aja?" Tanya Ayu sambil menyalakan mesin motornya.

"Iya, lagian waktu gue nggak cukup kalo kemana-mana. Gue sih pengennya cepet kelar ini tugas biar gue bisa balik ke Austria. Lagaknya gue udah mulai nggak betah disini."

"Yaudah kalo gitu. Aksara?"

"Kalo gue jawab nggak, berarti gue bohong."

"Let it go-in ajalah menungso kayak gitu"

"Pastinya." Gue segera memakai helm dan melaju menuju Tamansari

Sampailah kami berdua di Tamansari. Ramai seperti biasanya, walaupun bukan high season. Disini rencananya gue cuma bakal foto-foto arsitektur kebun Keraton di zaman HB l ini. Yang digunakan sebagai objek wisata hanya sebagian saja. Ini bukan pertama kalinya gue kesini, gue inget pertama kali kesini itu sama Kakek gue. Tapi 2 tahun lalu Kakek meninggal dunia karena Kanker darah atau leukemia.

Suasana disini ternyata tidak ramai sama sekali. Cuma ada beberapa turus dan warga sipil sedang ber swafoto ria. Memang sih Tamansari sangat instagramable, jadi wajar banyak yang rela datang kesini cuma buat foto-foto. Lumayan buat memperbaiki feeds di instagram.

Setelah sekitar 2 jam keliling Tamansari, beberapa jam kedepan gue bakal meninggalkan jogja untuk bertolak ke destinasi selanjutnya dan mencoba enjoy menjalani tugas kuliah ini. Yang sekarang gue pikirkan cuma bagaimana nanti kuliah gue berjalan dengan lancar dan setelah lulus akan mendapatkan pekerjaan sesuai dengan ekspektasi.

_______________________________________

Akhirnya setelah berbulan-bulan 'berkenalan' lagi dengan indonesia tercinta ini, tugas kuliah gue rampung juga. Alhamdulillah. Banyak yang gue kunjungi. Tentu saja. Sabang sampai Merauke sudah di ceklis dalam daftar. Tapi satu pesan Mr.Munich yang gue hampir lupakan. Destinasi terakhir harus ke Gunung Semeru. Why?, I dunno.

Mendaki gunung sebenarnya bukan hal baru bagi gue, karena dulu gue sempat menjadi SISPALA dan MAPALA. Untuk Gunung Semeru gue bakal ikut sama Garry lagi, karena kebetulan dia sama kawannya mau refreshing ke Semeru. Untuk jalur pendakian kita semua lewat via Ranu Pane.

Dari Basecamp Ranu Pane menuju Landengan Dowo memakan waktu sekitar 30 menit. Untuk menuju puncak Mahameru memakan waktu sekitar 13-14 jam. Karena kami tidak terburu-buru kadi kami berjalan dengan santai. Menginap disini lima hari sudah cukup. Sejauh ini perjalanan gue aman dan lancar.

"Ger?!" Gue manggil Garry yang sedang minum. Ia mengangkat alisnya tanda merespon.

"Lo nggak bawa Aksara kan?"

"Kalo gua bilang dia ada di belakang lo gimana?" Otomatis gue langsung negok ke belakang. Nihil.

"Sialan lo, Ger"

Setelah mencapai Sang Mahameru posisi gue sekarang ada di Oro-oro Ombo dekat tanjakan cinta dan Ranu Kumbolo. 'Ranu, lo apa kabar. Miss you already'. Ngomongin tentang tanjakan cinta. sebenernya gue bukan orang yang percaya mitos tapi gue iseng mencoba mitos kalau melewati tanjakan ini nggak boleh menoleh kebelakang. Konon katanya kalau kita memikirkan pasangan kita, cintanya akan abadi. Yang gue pikirkan bukan Aksara yang pasti tapi cinta orangtua gue semoga abadi.

Sampailah gue di Ranu Kumbolo lagi. Nggak akan bosen kalau bahas tentang Ranu Kumbolo. Keindahannya sudah nggak bisa di deskripsikan sebenarnya. Sekarang sudah malam hari, Garry dan Zaky—teman Garry—sudah siap-siap untuk makan. Malam hari disini sangat amat indah, kita busa melihat galaksi bima sakti, rasi bintang dan bulan.

"Nih, udah jadi." Ucap gue ynag sudah selesai memasak tumis kangkung ala-ala dan nugget ayam andalan. "Nikmatin aja lah ya"

"Yaelah Rin, makan nasi aja udah Alhamdulillah." Ucap Zaky yang memang soken orangnya. Garry tetap cool mengambil nasindan lauk sekadarnya tadi.

"Oke siap. Kalo sebat jangan deket-deket gue ye" gue sangat benci asap rokok dan rokoknya maka dari itu gue peringatkan mereka berdua kalo mau merokok jauh-jauh dari gue dulu. Pernah waktu itu Garry ngerokok depan gue dan berakhir naas satu bungkus rokok beserta perokoknya gue ceburin ke sungai.

Hype film 5cm dulu sangat tinggi. Para "pendaki 5cm" ramai-ramai datang ke Semeru. Tapi ada hal yang nggak boleh di contoh dari film 5cm yaitu renang di Ranu Kumbolo, setau gue danau ini danau keramat suku Tengger. Kita hanya diperbolehkan mengambil air tanpa berenang. Jadi, alangkah baiknya kita menghargai apa yang menjadi keercayaan mereka.

Kebiasaan gue kalo lagi mendaki, pasti susah tidur. Alhasil gue begadang tapi kali ini begadang gue spesial ditemani bintang-bintang dan tentunya di Ranu Kumbolo.

Gue nggak pernah khawatir dengan bagaimana keadaan gue nanti di masa depan, karena apa yang gue lakukan di hari ini itu menentukan akan bagaimana kita di masa depan. Gue nggak akan mikirin tentang cinta dulu, karena cukup beberapa tahun belakangan gue buang buat masalah love-hate relationship. Nggak ada galau, nggak ada gelisah, nggak akan lagi bucin, nggak akan lagi...Aksara.

rendezvouz [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang