Saran Penyajian - sambil mendengar lagu Lord Huron The Night We Met.
-
Usaha kabur gue beberapa Minggu lalu dari cafe berbuah manis. Disela-sela gue lagi nengok ke belakang untuk memastikan semuanya aman, gue nabrak orang dan kepala gue mendarat tepat di tiang lampu jalan.
Orang-orang di sekitar agak khawatir gitu sama gue, tapi gue bilang aja gue aman-aman aja. Padahal bisa bisa benjol gede nih. Gue nggak langsung pulang, gue langsung cabut ke kampus karena kampus cuma di sebrang cafe.
Satu minggu lagi gue ke Indonesia buat mengerjakan tugas dari dosen tercinta. Beliau sudah kasih hal apa aja yang harus gue lakukan disana. Dia juga nentuin harus darimana gue memulai perjalanan. Disaat gue lagi packing Ranu datang ke kamar gue.
Tok...tok...tok
"Masuk!"
"Hmm, Rinjani. Sudah selesai packingnya?"
"Belom, Ran. Ada apa?" Jawab gue sambil memasukkan beberapa peralatan kesehatan ke dalam koper.
"Mau gue bantu?"
"Ehh, nggak usah gue bisa sendiri kok. Santai aja."
"Gue mau ngajak lo dinner besok malam. Will you come with me?."
"Of course, Boleh. Dimana?" Gue langsung terima tawaran Ranu tanpa pikir panjang.
"Di De' Archemist And Dine. Jam 8"
"Oke, Ran."
Tiba-tiba terlintas dipikiran gue, kenapa juga gue harus menghindar dari Aksara. Toh dia juga nggak ada salah. Pradnya juga, kenapa gue menghindar dari dia. Apa gue masih punya rasa buat Aksara dan berat menerima kenyataan kalau Aksara sudah punya pasangan. Huft.
-
Hari ini adalah hari dimana Ranu ngajak gue dinner. Pertama kali loh, dulu pernah waktu di Ambon gue diajak makan di pinggir jalan. Seru banget. Sekarang gue sedang berdiri didepan cermin untuk memoleskan sedikit make up. Hanya foundation, mascara, blush on dan lipcream nude.
Buat dinner hari ini gue memakai baju hitam, celana hitam dan abaya hitam sebagai outer, hijab abu-abu, dan tas jinjing putih. Untuk sepatu gue cuma pakai blok heels hitam. Gue segera menyelesaikan semuanya, karena Ranu sudah menunggu gue diluar.
"Bismillahirrahmanirrahim"
Ketika gue keluar ternyata Kak Lia sudah pulang dari Praha. Dia ke Praha buat urusan pekerjaannya.
"Masya Allah, Cantiknya Rinjani." Puji Kak Alia melihat gue dari ujung kaki sampai kepala. Pujiannya sedikit mengagetkan gue.
"Kak Lia bisa aja. Masih cantik Kak Lia dong." Jawab gue agak canggung.
"Ah, kamu. Yasudah sana cepat. Ranu sudah nunggu kamu. Apapun yang kamu pilih itu yang terbaik, Rinjani." Ucap Kak Lia yang agak ambigu.
"Iya kak. Assalamualaikum"
"Waalaikumsallam"
Gue segera menuju ruang tamu tempat Ranu menunggu gue. Disitu terlihat Ranu yang sangat amat berbeda. Ranu terbalut dalam setelan jas yang sangat amat pas di tubuhnya. Terakhir kali gue liat Ranu pakai setelan jas itu waktu perpisahan sekolah di Bogor. Huft, Bogor beserta memorinya.
Amboi, rupanya sahabatku tampan juga.
Ranu melihat gue dengan tatapan agak berbeda. Selama hampir 2 menit dia terpaku melihat gue.
"Ran. Ranu Anggara Putra Lubis. Woy!" Ucap gue agak kencang kepada Ranu. Karena dia natap gue terlalu dalam. "Ayo. Nanti kemalaman loh."
"Masya Allah. Ayo" Ucap Ranu berbisik tapi masih bisa terdengar sama gue. "Ladies first"
KAMU SEDANG MEMBACA
rendezvouz [SELESAI]
General FictionHarus berhati-hati dengan pikiran logis dan perasaan hati. Itu yang harus dijalani Rinjani Satyarana Kinnas dalam proses melupakan seorang laki-laki, Aksara L. Agara Putra yang merupakan cinta lama dan pertama Rinjani. Di sisi lain ada seorang laki...