Udah seminggu lebih gue di Jakarta, tapi yang gue lakuin cuma nonton film, makan sama tidur di rumah. Gue bener-bener kayak pengangguran banget. Sebenarnya gue pengen banget ketemuan sama sahabat-sahabat gue dan jalan sama mereka. Tapi nyatanya mereka juga lagi sibuk sama urusan masing-masing.
Gue keluar dari kamar dan mendapati rumah dalam keadaan sepi. Bokap sama Nyokap lagi ke Semarang nganter Tio. Perut gue kemudian keroncongan. Gue pun memutuskan untuk bikin mie instan di dapur. Dan ketika gue lagi bikin mie instan, tiba-tiba saja hape gue berdering. Tasha nelpon gue.
"Halo," sapa gue sambil ngaduk-ngaduk mie instan yang udah melar karena kelamaan gue rebus.
"Cha, bukain pintu dong !" gue mendengar suara Kisti diujung telepon, Perasaan yang nelpon si Tasha, kenapa suaranya jadi Kisti ?
"Bukain pintu ?"
"Gue, Tasha sama Meta di depan rumah lo, nih. Bukain pintu cepet ! Panas di luar !" seru Kisti.
"Tunggu sebentar," kata gue lalu mematikan kompor dan pergi keluar.
Ketika gue ngebuka pintu pagar, gue langsung melihat Tasha, Meta sama Kisti berdiri di depan pagar rumah gue sambil kipas-kipas karena kepanasan.
"Kalian pada ngapain disini ? Kalian gak kerja sama kuliah ?" tanya gue Tasha, Meta dan Kisti.
"Ini hari sabtu Ocha sayang. Gak ada orang yang kerja dan kuliah di hari sabtu," kata Kisti lalu masuk ke dalam halaman rumah gue.
"Aaaa !! Ocha !!!" seru Tasha sama Meta yang langsung meluk gue.
Gue, Tasha, Meta dan Kisti kemudian masuk ke dalam rumah.
"Kok rumah sepi, Cha ?" tanya Tasha.
"Bokap Nyokap pada ke Semarang nganter Tio. Besok baru balik," kata gue.
"Laper nih. Pesen makanan yuk !" kata Meta.
Gue pun teringat sama mie instan yang udah melar di dapur. Daripada gue makan mi instan yang udah melar, mending gue delivery aja. Gue dan sahabat-sahabat gue memutuskan untuk pesen masakan cepat saji sebagai makan siang kami.
"Cha, lo utang cerita sama kita," kata Kisti di sela-sela makan siang kami.
"Nanti aja ceritanya kalau ada Yoan sama Anas. Gue capek kalau mesti cerita dua kali. Karena panjang banget," kata gue.
"Pokoknya cerita sekarang !" kata Kisti.
Gue menghela napas. Dan gue pun memulai sesi curhatan hari itu. Gue cerita mulai pertama kali gue sampe di Korea, jadi manager EXO, tentang Angga, tentang insiden dan masalah internal para member EXO dan juga tentang Mas Iko.
"Gila, Cha. Hidup lo jadi ribet," kata Kisti.
"Senggaknya sekarang hidup Ocha gak cuma berkutat sama makan, tidur, oppa," kata Meta.
"Iya, tapi jadi makan, tidur, oppa dan dijodohin," kata gue sebal.
"Kenapa jadi semerawut gini sih, Cha ?" ujar Tasha.
"Gak tahu ah ! Gue pusing !" kata gue.
"Eh, udah jam lima. Gue mesti pulang, nih. Ada acara keluarga di rumah," kata Meta seraya menatap jam tangannya.
"Acara apaan, Met ? Lamaran ?" tanya Tasha membuat Kisti ngakak.
"Emang gue Ocha ! Meta balik dulu, Cha. Eh, Ocha di Jakarta sampe kapan ? Pengen ngumpul full team nih sama Yoan Anas," kata Meta.
"Gak tahu, Met. Kayaknya gue terancam gak akan balik ke Seoul. Bokap minta gue berhenti jadi manager ," kata gue lemes.
Beberapa hari yang lalu, gue sempat berdebat dengan Bokap. Dia minta gue untuk resign. Tapi sesungguhnya gue gak mau resign. Gue udah terlalu enjoy dengan pekerjaan gue sekarang. Ya, walaupun gue udah kena apes dua kali karena jadi manager EXO, tapi herannya gue sama sekali gak kapok.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Manager [Completed]
Fiksi PenggemarJadi manager EXO ?? Well...gimana rasanya ??? Selama hampir dua puluh tiga tahun gue hidup, gue ngerasa kehidupan gue biasa aja. Gue mengharapkan sesuatu yang 'WAH' terjadi dalam hidup gue. Sampai pada akhirnya sesuatu yang 'WAH' itu terjadi. Tapi...