1. Alette dan Marcel

6.9K 385 123
                                    

"Don't talk as if you love her, because love comes from the heart not from bullshit."

***

SMA Laskar akan mengadakan sebuah acara pensi. Dalam rangka perayaan ulang tahun SMA. Alet hanya terdiam, Alet sama sekali tak tertarik dengan acara ini. Acara pensi hanya bisa diikuti orang-orang yang mempunyai bakat yang bisa dipentaskan, itulah yang terselip di pikiran Alet. Alet tak mungkin menampilkan bagaimana ia melukis di atas panggung. Itu benar-benar konyol. Karena dirinya anggota OSIS di sekolahnya, Alet harus disibukkan dengan persiapan-persiapan pensi. Itu yang Alet benci. Padahal Alet baru saja diresmikan menjadi anggota OSIS belum lama ini. Namun ia sudah merasa lelah dengan tugas yang diembannya itu.

Alet banyak dikagumi siswa-siswa lainnya. Terutama di kalangan pria. Namun sayangnya, Alet masih terlalu polos. Sudah banyak orang yang ia tolak. Bahkan ketua OSIS yang sekaligus kakak kelasnya pun menyukai Alet. Namun karena Alet adalah tipikal orang yang kurang peka, Marcel -ketua OSIS- selalu kehabisan cara untuk mendekati Alet.

Alet mulai terkenal saat ia memenangkan kompetensi melukis nasional meski dirinya masih kelas X. Saat ini, Alet dan teman-teman OSIS lainnya sedang melaksanakan rapat pembagian tugas. Alet mengikat rambutnya, membenarkan jasnya, merapikan lagi pakaiannya. Alet mendapat bagian mengurus dekor panggung. Marcel juga, entah kenapa Marcel seperti sengaja membuat Alet satu tugas dengannya.

Di tengah-tengah rapat, Marcel banyak mengajak Alet berdiskusi. Setelah rapat usai, tiba-tiba Marcel menarik tangan Alet, "Let pulang sekolah kita ke gramed yuk." Alet segera melepas tangan Marcel dari tangannya. Alet menempelkan satu jarinya ke kening, "Kayanya gak bisa deh." Marcel terlihat kecewa, ia sudah beberapa kali ditolak mentah-mentah seperti ini. Namun kali ini berbeda, Marcel mendapatkan alasan yang membuat Alet tak akan menolaknya.

"Ayolah Let, gue gak bakal ngajak lo kemana-mana lagi. Kita Cuma beli peralatan buat dekor doang, janji." Marcel tersenyum merasa menang. Alet tak bisa lagi menolak. Marcel itu ibaratkan sambil menyelam minum air, Alet sudah tahu ujung-ujungnya Marcel pasti akan mengajaknya jalan kemana-mana. Hari ini seperti direncanakan, Marcel juga kebetulan membawa mobil. Marcel biasanya membawa motor, jika saja Marcel membawa motor Alet masih mempunyai alasan untuk menolak. Sepertinya memang Marcel sudah merencanakannya.

"Hari ini sengaja buat lo gue bawa mobil soalnya lagi musim ujan gue tau lo ga suka ujankan?" Ucap Marcel sembari membukakan pintu mobil untuk Alet. Alet hanya mengangguk setuju. Ia memang tak menyukai hujan. Di sepanjang jalan, Marcel terus mendominasi pembicaraan. Alet hanya sesekali menanggapi dan selebihnya Alet hanya mendengarkan celotehan Marcel. Sesekali juga tertawa meskipun menurut Alet sedikit garing. Jangan salah, Alet memiliki selera humor yang tinggi. Sebenarnya Alet tak ingin tertawa oleh lelucon Marcel yang recehan, namun Alet tak ingin Marcel tersinggung atau apalah intinya Alet hanya sekedar menghargai Marcel.

Alet benar. Sebelum membeli peralatan untuk pensi, Marcel membelokan setirnya ke arah cafe dengan alasan ia lapar karena belum makan. Alhasil Alet hanya dapat mengikutinya. Marcel menang kali ini, Alet mengakuinya. "Let makan dulu ya, gue laper kalo gak buru-buru makan alamat busung lapar nih," ucap Marcel dengan wajah yang benar-benar memelas. Alet ingin sekali menjawab bahwa terlewat makan siang sekali saja tak akan mungkin busung lapar. Alet melihat ke luar mobil, langit terlihat indah.

Awan yang tak beraturan bentuknya terlihat abstrak namun indah. Sudah dari sejak lama Alet suka langit. Di sepanjang perjalanan, Alet terus melihat ke langit. Ini membuat Marcel sedikit kesal. Namun ada seseorang yang melihat Alet namun Alet tak menyadarinya karena terus melihat ke atas. Ia tersenyum penuh arti melihat Alet yang sudah lama ia cari. Setelah perkenalan singkat itu, Alet dan dirinya tak pernah lagi bertemu.

BellvaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang