"Sederhana namun sangat berharga."
***
"Fajar kenalin ini ibu kamu sekarang, dan ini Bulan kakak kamu juga sekarang." ucap ayahnya mengenalkan.
Bulan tersenyum manis. Melihat senyuman itu, mata Fajar mulai berbinar. Fajar dan Bulan semakin dekat, mereka sering bermain bersama. Fajar masih berumur enam tahun dan Bulan sudah berumur delapan tahun.
"Ibu, Fajal mau kaya ibu sama ayah. Fajal juga mau sama Kak Bulan, Fajal pengen nikahin Kak Bulan. Boleh ya bu?" kata Fajar dengan cadel.
Ibunya terkekeh mendengar ucapan Fajar. "iya iya boleh kok." ibu Fajar hanya menganggap itu hanya candaan, karena Fajar memang belum tahu apa-apa.
Fajar dan Bulan sering menghabiskan waktu bersama di ruang musik milik ayahnya. Fajar yang memainkan piano, dan Bulan yang menyanyikan lagu.
"Twinkle twinkle little star,"
"How I wonder what you are,"
"Up above the word so high,"
"Like a diamond in the sky,"
***
Langit bangun dari tidurnya. Lagi-lagi ia memimpikan kakaknya. Langit beranjak mengambil ponselnya di atas meja.
"Temenin gue latihan boxing,"
"Lo udah keluar rs emang?"
"Gue kabur,"
"Kebiasaan lo, lagian lo ajak Rachel aja gue gak bisa, lagian mana ada latihan boxing, bilang aja mau curhat apa susahnya."
"Bangke giliran gue butuh gak bisa,"
Gavin tertawa di seberang telepon sana. "Yaelah gitu amat lo, ntar gue beliin permen jari-jari deh janji gue. Udah ah gue sibuk,"
"Kalo gitu gue pinjem cewek lo."
Gavin tak bergeming. Yang disebut 'cewek lo' itu sudah pasti mengarah pada Alet. Langit sudah mengetahui hubungan mereka, Gavin yang memberitahunya. Gavin juga seringkali bercerita tentang Alet kepada Langit.
"Lo gak ngijinin ya sat?"
"Maksud lo dengan 'sat'?
"Bangsat."
"Fajar gak boleh ngomong kasar ya," Gavin berbicara menirukan gaya bicara ibu Langit.
"Emang dasar bangke lo," Langit menutup teleponnya sebelah pihak. Ia bergegas pergi meninggalkan rumah. Langit tak berpamitan kepada ibunya. Ia hanya melewati begitu saja saat ibunya sedang duduk santai di sofa ruang tamu. Meskipun ia pamit pun ia yakin ibunya tak akan peduli.
Langit menyalakan motornya, sasaran utamanya sekarang adalah rumah Alet. Sepanjang perjalanan, Langit bersenandung pelan.
Rumah Alet memang tak terlalu jauh, buktinya hanya beberapa menit Langit sudah sampai di depan rumah Alet. Sebuah mobil Honda Jazz terparkir di sana. Kemungkinan besar sudah ada yang mendahului Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bellva
Teen FictionAlette Aozora. Gadis yang sangat menyukai langit. Siang ataupun malam, ia sangat menyukai bagaimana Tuhan menghiasi langitnya. Ia suka saat matahari terbit di pagi hari, saat dimana komorebi sedang indah-indahnya. Ia suka saat senja, saat dimana ma...