"Jadi apa dia cuma main-main?"
***
Alet sudah berdiri di depan koridor utama sekolah pagi sekali. Senyumnya sumringah, tak menciut sedikit pun. Pagi ini Alet harus menuruti perintah Syasya. Semalam, Alet menelpon Syasya untuk curhat perihal Langit yang sama sekali tak ada kabar.
"Besok pagi, lo siapin sarapan buat Langit. Sebelum lo kasihin tuh sarapan, lo harus senyum! Gaboleh engga pokonya harus!"
Alet sempat menolak untuk melakukan hal bodoh itu. Bagaimana jika Langit kegeeran? Bisa aja Alet dianggap murahankan. Namun sahabatnya itu mendesaknya untuk melakukan hal bodoh hari ini.
Ketika Alet menginjakkan kakinya di ruang kelas Langit, saat itu juga napasnya terbuang lega. Langit belum datang berarti dia tak perlu susah payah memberikan bekal yang sebenarnya dibuat untuk dirinya.
"Ada perlu apa mba?"
Alet refleks memutar kepalanya ke samping, ke arah cowok dengan mata coklat bening dan senyum tipis di bibirnya. "Ah enggak," Alet menyembunyikan kotak bekalnya di belakang tubuhnya. Langit mengerutkan keningnya sejenak, "Lo bawa apaan?"
"Gue gak bawa apa--"
Elakan Alet terpotong setelah Langit mengambil kotak bekal itu dengan paksa. "Ngapain diumpetin coba? Lo malu? Kalo malu entar di tempat sepi aja gimana?"
"Apa sih? Dasar otak mesum!"
Langit mendengus geli, "Maksud gue lo ngasih bekel nya kan bisa calling gue dulu entar gue samperin ke kelas lo."
"Udah ah gue mau ke kelas,"
"Yaudah makasih ya,"
Alet berlalu menuju kelasnya dengan setengah berlari. Di tengah perjalanan, Alet tanpa sadar ternsenyum. Senyum isyaratkan beberapa makna.
Di kelas, ia sudah disambut ketiga temannya yang kepo. "Gimana berhasil?" tanya Syasya memegenagi kedua pundak Alet.
"Berhasil apaan emang gue udah ngelakuin misi atau semacam nya gitu."
"Dia dari tadi ngintipin lo, Let." ucap Jessy yang mendapat lirikan tajam dari Syasya. "Ohh, jadi lo ngintipin gue dari tadi? Terus pas gue minta temenin lo bilang kebelet boker, tau taunya ngintipin." ucap Alet dengan tangan bersidekap di bawah dada.
"Udah lah, Let. Sikat aja," dukung Bila.
"Masalah boker itu emang beneran, tapi kalo masalah ngintipin, maafin gue lah, gue kan cuma kepo, Let." Syasya memasang puppy eyesnya. Membuat Alet semakin bingung bagaimana mengobati penyakit kepo sahabatnya itu.
"Gue maafin deh, asal lo harus turutin apa yang gue mau."
"Apaan?"
Alet memasang wajah berpikir, "Lo harus mau pdkt sama si Barus."
"Setuju," ucap Bila dan Jessy berbarengan. "Ogah gue amit-amit, amit-amit." Mereka pun tertawa, senyuman mereka mengembang tak tertahan.
***
Bel pulang berbunyi, Alet segera memasukkan buku beserta peralatan lainnya ke dalam tasnya. Begitu pun dengan Syasya. Suasana sekolah menjadi ramai tak beku lagi. Jessy pamit untuk bergegas pulang duluan karena sudah dijemput ayahnya. Namun langkahnya terhenti di daun pintu. Sepertinya ada hal yang tak mengenakkan di sana.
Alet, Syasya dan Bila segera mengikuti. Ternyata itu Marcel dengan seorang cewek. Tidak berduaan, namun sangat mencolok mata. Jika saja mereka tahu siapa ketua osis yang mereka idolakan itu. Mungkin akan sama jadinya seperti Alet sekarang. Muak.
Jessy akhirnya berlalu. Tinggal mereka bertiga yang masih menyusuri koridor sekolah.
"Lo bener ga mau ikut, Bil?" tanya Alet.
"Bukannya ga mau, Let. Nyokap gue nyuruh pulang cepet sekarang. Sorry ya," Alet membalasnya dengan anggukan maklum. "Gue duluan ya bye," Bila melambaikan tangannya.
Alet dan Syasya sudah masuk ke pekarangan sekolah. Alet melihat Langit sedang bersandar di pintu mobil orang. Tangannya memegang kotak bekal milik Alet. Alet berniat untuk lewat saja. Menunggu dipanggil oleh Langit. Namun desakan Syasya yang menyuruhnya untuk mendatangi Langit membuatnya melakukan hal bodoh lagi.
"Ekhem," Alet berdehem pelan membuat Langit mendongakkan kepalanya. Langit memberikan kotak bekal kosong dengan senyuman lima sentinya. "Nih, enak banget masakan nyokap lo, bikin nagih."
"Eh, kok lo tahu itu masakan nyokap gue?"
"Gue kan pernah makan masakan nyokap lo, bahkan bantuin nyokap lo masak," cengir Langit.
"Eh iya,"
"Eh, gue gak bisa nganterin lo pulang. Motor gue di bengkel, Yoga udah gak mau minjemin motornya."
"Gak papa, gue pulang bareng Syasya." Langit melihat ke belakang Alet. Tidak jauh berdiri Syasya yang so sibuk memainkan gadgetnya.
"Yaudah hati-hati ya, kalo ada yang godain lo entar telpon gue ya," Langit segera berlalu. Alet menghampiri Syasya dan buru-buru masuk ke angkot yang kebetulan cepat lewat.
Tadinya Alet mengusulkan untuk pulang terlebih dahulu. Namun karena waktunya sudah mepet, mereka pun langsung ke cafe yang diceritakan Syasya.
Hampir setengah jam mereka habiskan untuk perjalanan. Namanya juga naik angkot. Coba saja diantara mereka berdua ada yang bisa naik motor. Mungkin akan sampai sebelum sepuluh menit pun.
Saat sudah sampai di depan cafe. "Gue kayaknya mau pulang aja deh," langkah Alet terhenti di samping jendela kaca cafe yang menunjukkan situasi cafe. "Loh kenapa? Ayolah kan gue yang traktir."
Di salah satu meja cafe, Langit dan kawan-kawannya berkumpul. Mereka terlihat sumringah dikelilingi degem-degem mereka. Salah satunya mungkin Alet kenal, dia masih SMP, dan merupakan adek kelasnya waktu SMP.
"Gimana kalo kita ke taman aja,"
"Yah gak seru lah,"
"Ayolah," Alet memohon.
"Lo kenapa sih, Let? Kita kan udah jauh-jauh ke sini." Syasya masih keukeuh untuk masuk ke cafe. Saat Alet memberikan kode untuk melihat ke sampingnya. Syasya jadi meluap-luap. Ingin dirinya menggobrak meja dan berkata kasar, namun sayang pada giveawaynya.
Jika mendengar lagu Raisa, semua jadi serba salah. Akhirnya Syasya menuruti perkataan Alet untuk ganti lokasi. Dan benar saja, moodnya yang rusak kembali membaik dengan indahnya pemandangan di taman. Langit sedang cerah. Alet suka itu, apalagi bentuk awan yang seperti aromanis, ingin dirinya menjilati.
Burung-burung saling bersahutan, Hijau daun membuat nata kembali fresh. Terbayang kejadian tadi, namun Alet berusaha lupakan sejenak. Jangan terlalu dipikirkan.
"Tadi kenapa Langit ga nganterin lo?"
"Motonya di bengkel katanya."
"Tapi tadi gue liat motornya di parkiran," ungkap Syasya yang membuat Alet sedikit kepikiran. Jadi apa dia cuma main-main?
***
Tbc
Jgn lupa vote dan comment:) Selamat malammmXoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
Bellva
Teen FictionAlette Aozora. Gadis yang sangat menyukai langit. Siang ataupun malam, ia sangat menyukai bagaimana Tuhan menghiasi langitnya. Ia suka saat matahari terbit di pagi hari, saat dimana komorebi sedang indah-indahnya. Ia suka saat senja, saat dimana ma...