22. Teman

1.9K 101 0
                                    

"Kalo misalnya gue emang gak pernah membekas di hati lo sebagai pria, gue pengen membekas di hati lo sebagai teman."

***

"Gimana bro udah dapet belom?" tanya salah satu teman Marcel sembari menyeruput minumannya. Marcel menggeleng keras. "Lo harus cepet-cepet bro, atau lo mau kena hukumannya?" lanjutnya lagi.

"Mana mau gue,"

"Trus pacar lo gimana?"

"Ya gue ngomong lah sama dia, untungnya dia gampang dibegoin." Marcel dan temannya itu tertawa puas. Saat sedang asyik menikmati minumannya, Alet beserta Bila melintasi mejanya dan memilih duduk di meja sebelahnya.

Marcel sudah tersenyum dan memberi kode pada temannya untuk mendoakannya. Namun langkah kakinya tiba-tiba tertahan saat menelisik ada pria lain di samping Alet. Marcel kembali ke tempat semulanya. "Lo gak jadi nyamperin, bro?"

"Lo liat aja, ada tikus di sana gue jijik liatnya." Marcel memilih pergi tanpa berkata-kata lagi. Marcel sengaja melewati kelas 10. Ia juga sengaja tebar pesona ke arah degem-degem yang berteriak histeris saat Marcel mengumbar senyum pada mereka.

Marcel menghentikan langkahnya saat sudah sampai di depan kelas yang tidak lain adalah kelas Langit. Di sana ada Rachel sedang duduk sembari memakan bekalnya. Marcel merasa sudah memiliki target baru untuk selanjutnya. Rachel menyadari ada seseorang yang menatapnya dari tadi. Ia merasa senang juga merasa risih karena yang menatapnya itu adalah Marcel.

Tiba-tiba Aimee memergoki Marcel yang tetap berdiri di ambang pintu dengan senyuman di wajahnya. Aimee melihat ke arah jendela, menemukan Rachel di sana. Aimee berdehem pelan, membuat Marcel terkejut bukan main. 

"Lo ngapain disini?" ketus Aimee. Marcel membelalakkan matanya. Ia malas harus berurusan lagi dengan gadis di hadapannya. Tepat saat Aimee berniat untuk menghampiri Rachel. Ia melihat Langit diikuti Alet dan Bila mulai mendekat.

Aimee menghampiri Langit. "Langit kamu udah makan? Aku bawain sandwich buatan aku nih." ucap Aimee sembari menyodorkan kotak makannya. Langit menghembuskan napas pelan. Ia menghempas kotak makan itu hingga mencium lantai lalu beranjak pergi tanpa berucap sepatah kata pun.

Rachel di dalam kelas terperangah saat mendengar suara bantingan di luar. Ia segera menghampiri keributan di luar. Pandangannya menyatu saat melihat sepotong sandwich tergeletak di lantai. "Ada apa?" Aimee dengan wajah merah padam mulai menatap Alet tajam.

"Gue udah berapa kali bilang sama lo, sedikit aja lo nyentuh kehidupan gue lo dalam masalah besar," ujar Aimee menyudutkan Alet. Aimee meninggalkan Alet dan Bila.

"Ada apa sih, Ay?" Rachel masih saja penasaran. "Gue sebel aja tuh sama si cupu, gara-gara dia sandwich gue ditolak sama La.." perkataan Aimee tersendat saat ia menyadari Rachel yang tengah ia ajak bicara sekarang. "Marcel," lanjut Aimee. Rachel mengangguk-nganggukkan kepalanya.

"Lo sabar ya, Ay. Suatu hari nanti Kak Marcel pasti tau siapa yang selalu ada buat lo."

"Jangan terlalu lembek Chel."

"Iya-iya gue tau,"

Rachel menepuk-nepuk punggung Aimee berusaha menyemangatinya. Namun sepersekian detik kemudian, jagatnya mulai kembali berjalan. Aimee melihat pemandangan mengasyikkan disana. "Gue punya ide, gimana kalo kita buat Alet pacaran sama si Marcel."

Dengan begitu gue dapet double, Langit gak bakal deket-deket sama si cupu, dan si cupu juga bakal kena imbas sakit hati. Batin Aimee yang tertawa bak penyihir jahat.

"Loh bukannya lo gak mau dia deket-deket sama Marcel?"

Aimee berkata dengan sedikit gagap. "Bukan gitu, ya dengan gitu dia gak bakal deket sama Langit kan? Dan gue tau kalo si cupu itu gak suka sama Marcel, hubungan mereka gak bakal lama yang pastinya. Dua masalah terselesaikan," jelas Aimee. Rachel dengan polosnya menyetujui usul Aimee yang jelas-jelas hanya memanfaatkannya.

BellvaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang